Happy reading
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Dada Bakti bergemuruh hebat, napasnya berjalan dengan tidak teratur, denyut nadi naik turun, keringat mulai membasahi seluruh tubuh.
Membuka paksa pintu UKS, ia panik. Setelah ditelepon oleh Lulu, Bakti segera mencari Bilqis. Dan bodohnya, ia tidak tahu Bilqis ada di mana. Setelah berpusing-pusing mencari, akhirnya terlantar di UKS. Tempat satu-satunya yang belum lelaki tersebut datangi.
"Bilqis!" teriak Bakti, menelisik titik per titik sudut UKS.
Lelaki tersebut sedikit menetralisir napas yang kian memburu, menyeka keringat yang keluar, memegang tenggorokan yang mendadak kering. "Bilqis ada?" Suara serak keluar dari mulut Bakti.
Semua yang ada di UKS menatap Bakti dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang bingung, cengo, atau ada yang tidak tahu harus berbuat apa.
Ada satu ranjang yang di tutup dengan gorden hijau. Insting lelaki tersebut menyatakan Bilqis ada di sana. Baru hendak langkah kakinya menerobos. Gadis berkacamata datang tiba-tiba, dia Lulu.
Lulu menggaruk pipi, menatap Bakti dengan tak enak hati. "Lu ngapain di sini?" Lulu memulai topik dengan hati-hati.
"Lu kan yang nelpon gue tadi? Bilqis mana? Dia kenapa? Sakit? Luka? Atau gimana?" desak lelaki tersebut dengan segelintir pertanyaan beruntun, tanpa jeda, tanpa satu tarikan napas.
Gadis bermata sipit tersebut tersenyum kaku, memegang lehernya dengan segera. "Kenapa tadi dimatiin telponnya? Padahal gue belum selesai bicara," decak Lulu sedikit sebal ketika mengingat sambungan telepon yang dimatikan sepihak oleh Bakti begitu saja. Padahal, ia belum selesai memberikan penjelasan seutuhnya.
"Gue, kan, panik. Mana Bilqis?" sentak Bakti buru-buru hendak membuka gorden.
"Heh! Ngapain lu maen buka-bukaan aja! Gak, gak," sergah gadis tersebut melentangkan kedua telapak tangan, berusaha menahan pergerakan dari Bakti.
Bakti menatap Lulu dengan sedikit tak percaya. Apa yang salah dengan dirinya? Ia hanya ingin memastikan bahwa Bilqis sedang baik-baik saja. "Kenapa gak boleh?!" cetus lelaki tersebut dengan memperlihatkan wajah tembok.
"Eum … ya–ya … karena … um … intinya gak boleh!" cegat gadis tersebut kekeuh tidak mengizinkan Bakti untuk masuk ke dalam.
"Ribet lu! Biarin gue masuk!" paksa Bakti mencoba menyingkirkan tangan yang menghalangi jalan.
"Enggak!"
"Biaran gue masuk!"
"Kagak!"
"Ck, kata gue biarin gue masuk ya biarin!"
"Kata gue enggak, ya, enggak!" tegas Lulu sambil mendorong Bakti agar menjauh.
Keduanya terlihat sedang adu mulut. Yang satu ingin masuk tapi yang satu tidak memberi akses untuk masuk dengan alasan yang tidak jelas.
"Lu, tuh liat siapa!" suruh Bakti menunjuk ke arah samping kanan.
Refleks, Lulu menoleh. Tapi, tidak ada siapa-siapa di samping sana. Matanya sedikit menajam, mencari titik yang dimaksud oleh lelaki tersebut. Apa lensa kacamatanya sedang bermasalah? Atau si Bakti sedang melantur untuk saat ini?
"Mana ad–"
"Anjir gue ditipu! Dasar Setan!" umpat Lulu ketika melihat Bakti sudah tidak ada di hadapannya.
Lulu dengan segera beralih, membalikkan badan, menyibakkan gorden dengan kasar. Sesuai dugaannya, Bakti keras kepala masuk ke dalam. Apa boleh buat, sudah terlanjur. Lulu tinggal diam untuk menikmati drama yang sebentar lagi akan tayang secara live dengan cuma-cuma tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret boyfriend☑️
Teen Fiction[FOLLOW DULU YUK, SEBELUM BACA!] Bakti Wirya Danuarta. Lelaki dengan seribu pesona, lelaki idaman wanita sejagat SMA Rajawali. Bakti-tubuh kekar, tegap, menjulang tinggi seperti tiang listrik. Bakti itu keren, Bakti itu Ketua OSIS paling WOW. Menyeb...