(Nebula terlihat redup, aku selalu ingin membuatnya bercahaya kembali di malam hari)
POV : Bara
Kehilangan cahaya bintang di malam hari membuatku sedih, tetapi meratapi kesedihan dia yang sudah pergi hanya akan menjadi hal bodoh untukku.
Aku kembali pulang ke rumah, aku memang selalu begitu. Di jadwal tertentu sebelum aku pulang. Aku selalu berjalan mengendarai sepedaku sesuai keinginannya. Terkadang toko buku tempat yang sesuai bagiku.
Ibu juga selalu tahu. Karena sebelum aku melakukan ini, terlebih aku meminta izin dulu pada ibu untuk terlambat pulang. Iya ibu selalu membalas, "hati-hati" itu sudah cukup untukku membuat hati seorang Bara lebih tenang.
"Assalamualaikum.. Bara pulang!" Ujar ku memasuki rumah.
"Wa'alaikum salam," balas ibu di rumah. Ibu melemparkan senyumnya kepadaku dengan pakaian serba merahnya. Ibu tampak indah seperti Rubin di mataku.
"Sudah pulang nak? Kamu sudah sholat?"
"Alhamdulillah, udah Bu waktu jalan pulang," ucapku sembari menghirup beberapa kali aroma masakan ibu yang terhidang di meja makan. Masakan ibu tidak ku lepas dari ruyapku.
"Boleh makan. Tapi ganti baju dulu," ucap ibu sembari merapihkan tempat makan.
"Oke..." Aku langsung berjalan ke kamar untuk mengganti pakaian.
"Bara!"
"Iya Bu?"
"Tadi Rafael ke sini bersama Yasmin."
"Yasmin Bu?" Tersentak nya aku mendengar nama Yasmin dari mulut ibu.
"Ingat Bara habituasi, bara harus terbiasa," batinku merongrong, "bagaimana pun ingat binatang saja bisa membiasakan dirinya, lalu kenapa aku yang lebih sempurna sebagai manusia tidak bisa."
Aku harus ingat halwa ketika mendengar nama Yasmin. Ini adalah cara awal aku melawan rasa gugup ku sendiri.
"Jadi secantik itu wanita yang kamu taksir?" Goda ibu.
"Hmm.. gimana pendapat ibu mengenainya? Apa dia cocok sama Bara?" Tanyaku dengan tatapan menunduk di depan pintu kamarku sendiri.
"Bagaimana ya? Wanita itu baik dan cantik seperti ibu, lantas kenapa ibu tidak menyukainya?"
"Ibu menyukainya dan pasti bila ibu saja menyukainya apalagi kamu. Ia, kan Bar?"
Aku menghela pelan, wajahku tak bisa menipu. Aku langsung memasuki kamarku.
"Bara! Jawab ini ibu nanya sama kamu." Ibu terus mencoba menggodaku.
"Ah ibu," decak ku malu sembari menutup pintu kamar.
Tapi tunggu, Yasmin sama Rafael ke sini mau ngapain ya mereka? Untung tadi aku tidak terburu-buru untuk pulang.
"Oh iya Bara, tolong sampaikan salam ibu kepada Yasmin ya Bar!" Teriak ibu dari luar kamar ku.
"Hah.. iya Bu insya Allah!" Balasku.
"Itu juga kalau aku tidak kalah dengan rasa gugup ku sendiri," batinku.
Aku melanjutkan aktivitas malam seperti biasanya di temani bapak, ibu. Sampai malam melambaikan tangannya meninggalkanku. Iya sebelum benar-benar pergi, aku sudah terbangun jam 5 pagi.
Aku pergi menuju sekolah lebih pagi pukul 05.40 karena selain perjalanan cukup jauh. Aku juga hanya menggunakan sepeda ke sekolah. Sesampainya di sekolah pintu gerbang mencangah lebar. Gerbang yang menyatukan semua orang kalangan untuk menuntut ilmu di dalamnya dan juga mengukir cerita indah ini. Menunggu calon orang-orang hebat berdatangan. Termasuk, insya Allah aku di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Teen FictionBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...