Ruang Horor BK

369 4 0
                                    

(keraguanmu adalah masalah dirimu, tapi tak apa. Aku di sini hadir agar kamu yakin)

POV : Bara.

Pagi hari ini aku langsung ke sekolah. Dengan semangat seperti biasanya, aku memburu waktu.

"Kamu jam segini udah mau berangkat Bar?" Tanya Nursyifa keluar rumah.

"Bara itu memang jam segini pergi ke sekolah Syifa," senyum ibu sembari mengelap tangannya ke serbet di tangan kiri.

"Ya gitulah, Bu!" Aku menyalami ibu.

"Iya hati-hati ya!"

"Iya Bu. Assalamualaikum!"

"Wa'alaikum salam," jawab mereka berdua.

Aku menaruh doa, semoga di sekolah aku bisa memperbaiki semuanya lagi. Bagaimanapun Yasmin sudah mengobati rasa gugupku secara perlahan, aku akan kembali ke sana dengan harapan besar.

Aku menjalankan sepeda kesayanganku ke sekolah, pukul 06. 14 aku sudah sampai di sekolah.

Aku tidak menyangkal, sesampainya di kelas aku mencari Yasmin. Namun tidak kutemui dia, perasaanku diburu kegundahan hati. Untuk meluangkan waktu aku mengambil kertas dengan pulpen, kutaruhkan daya khayal ku ke setiap kertas kosong di dalamnya. Orang-orang yang masuk dari pintu kelas saling tegur sapa. Termasuk kepadaku. Aku berharap semoga selanjutnya yang masuk kelas ialah Yasmin.

Ternyata setelah 30 menitan Yasmin baru datang bersama Ica.

"Emang harus ya nungguin Lo di depan gerbang sekolah?" Keluh Ica.

"Haruslah," senyum Yasmin.

"Tapi gila sih dari gerbang sampai kelas, banyak banget yang gangguin Lo. Lo nggak capek ya?"

"Capek sih... Tapi bodoamatlah," decak Yasmin. Ujung bibir Yasmin terangkat.

Mendengar itu langsung dari Yasmin. Ko rasanya aku sakit ya? Apa ini hanya perasaanku saja? Aku tidak mengerti dengan ini semua.

Tak lama yasmin langsung duduk di sampingku. Kukira tadi bakal ada sapaan kecil darinya setelah duduk. Namun, harapan itu tidak ada. Dia begitu dingin. Bahkan, yang biasanya sekarang dia selalu menatapku dengan berani, itu juga tidak tampak darinya.

"Bar!" Sapa Rafael memasuki kelasku. Tanpa rasa malu dia nyelonong gitu saja. Dengan penuh keringat, dia menghampiri mejaku.

"Kamu main basket lagi, pagi-pagi!" Sergah Ica pacarnya.

"Iya, emang kamu nggak lihat aku main basket tadi?" Teriakan Rafael dengan Ica tidak juga membuat Yasmin bicara, dia tak bergeming sedikitpun. Aku mencuri pandang darinya. Tapi Yasmin seolah mengacuhkanku dengan buku yang dibacanya. Aku paham betul orang yang membaca sungguhan dengan yang berpura-pura membaca.

"Nggak sih.. terus kamu ke sini mau ngapain?"

"Ketemu Bara. Udah ini aku samperin kamu," senyum Rafael.

"Oh... Oke."

"Pagi Bara, pagi Yasmin!" Sapa Rafael kepada kami berdua.

"Pagi Raf," senyum Yasmin. Seketika aku cemas setelah melihat Yasmin tersenyum. Dia bisa melontarkan senyumnya tapi itu bukan untukku. Sepertinya Yasmin telah kecewa berat kepadaku. Perkataannya yang semalam muncul lagi di ingatanku.

"Bar!" Tepuk Rafael ke pundakku.

"Iya apaan?"

"Anak-anak kelas 10 ngadain reuni. Lo mau ikut nggak?"

"Kapan? Ko gue nggak tahu?"

"Mau tahu gimana, Lo aja jarang nimbrung di grup. Sama anak MIPA juga."

BARA & YASMIN (Belum Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang