Lanjutannya aku kuliah, iya kuliah di Bandung. Sekarang bapak sudah move on dari tragedi perusahaannya. Dia kembali membangun dan berhasil.
Katanya selama di Jakarta. Kekayaannya kembali naik, tapi tak pernah ia katakan. Lantaran buat kejutan ketika nanti Bara kuliah. Dan kejutannya lagi, aset-asetnya ternyata bapak simpan di Bandung. Iya, awalnya bantuan itu bapak dapat dari ayah nursyifa. Iya karena itu juga memutuskan bermukim di Bandung lagi bukan hal yang sulit bagiku. Aku memiliki semuanya di sini.
Iya walaupun aku kehilangan 1 yang berharga, yaitu Yasmin.
"Ini rumah kita yang sekarang, ayo turun!" Ajak bapak.
"Sekarang semuanya kembali ya, pak! Alhamdulillah," syukur ibu.
"Semuanya kembali Tante, tapi ada satu yang hilang," ujar nursyifa.
"Apa sayang?"
"Cintanya Bara, Yasmin!"
Mendengar itu bapak dan ibu cengengesan, apalagi bapak sudah menanggapinya dengan lelah.
"Kenapa kamu harus ikut?" Tatap Bara.
"Terserah dong. Aku pengen ikut nginep di sini, jarang-jarang kamu di Bandung juga, iya kan om!"
"Terserah kalian deh," senyum bapak sambil berjalan awal mendahului semuanya.
"Bara jangan ganggu nursyifa terus!" Ingat ibu.
"Tuh! Dengerin kata Tante," gandeng nursyifa ke tangan ibu.
"Ko aku lagi yang kena," ucap bara sambil meremas-remas keningnya.
Kami memasuki rumah yang lebih dari sebelumnya, sekarang rasanya Tuhan mengembalikan yang dulu sempat hilang.
Aku diajarkan dari semua yang terjadi, arti syukur oleh ibu. Iya tak pernah mengeluh, selalu menguatkanku sebagai anak sekaligus menjadikanku teman bicara. Orang tuaku memang tak pernah memarahiku dengan nada tinggi, tapi dari itu semua aku bisa introspeksi diri dan menyadari letak di mana kesalahan yang telah kubuat.
Andaikan mereka sering marah, mungkin bisa jadi aku akan mencari kedamaian di luar dengan orang-orang terluka di rumah.
"Bara!" Kunjung nursyifa ke kamar.
"Apa?" Jawab bara dengan menggeluti laptopnya.
"Kamu lagi apa?" Tanya nursyifa mulai kepo.
"Lagi sibuk," ucap Bara.
"Ih.. seriusan. Aku mau ajak kamu ke Bandung, main yu!" Ajak nursyifa.
Bara dengan penuh khidmat menatap nursyifa sesaat dengan tatapan malas. Bara menutup laptopnya dan lanjut menatap Nursyifa.
"Kenapa?" Tanya si pirang.
"Huahh!!" Bara menguap dan tangan kanannya menutup itu.
"Bara ngantuk. Bara kayaknya mau tidur aja deh," Bara membaringkan tubuhnya dengan satu kali loncatan jauh.
Nursyifa yang melihat tingkah Bara, mulai terpancing sekarang dirinya berada di titik puncak menuju kekesalan.
"Yang bener aja, kamu masih ngantuk. Ini udah jam 9 pagi," kesal nursyifa sambil menunjukkan jam di tangan kirinya.
"Iya ngantuk. Nanti bangunkan aku waktu udah Dzuhur!" Bara memejamkan matanya.
Tiba-tiba Nursyifa dengan sifatnya yang sejak dulu. Melakukan hal yang di luar dugaan, dengan muka masamnya ia juga ikut membaringkan tubuhnya di samping Bara. Sontak hal itu membuat bara terkejut.
"Gila ya? Mau ngapain?" Bangun bara melihat nursyifa tidur di satu ranjang dengannya.
"Mau tidur. Kenapa? Bukannya dulu juga sering kita tidur berdua," pejam Nursyifa tanpa menggubris perkataan Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Novela JuvenilBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...