(kamu melibatkanku dalam perjuanganmu, itu udah cukup).
POV : Yasmin.
Kami kembali dari kantin. Pak Robby guru sosiologi mengisi jam pelajaran berikutnya.
"Jadi ini gambaran dari kesenjangan sosial," jelas pak Robby.
"Terus anak-anak apa yang di maksud kesenjangan sosial itu sendiri, ada yang bisa menjelaskan?"
Saat aku menoleh melihat Bara di sampingku. Iya tampak melamun keras, dan pak Robby sedang berjalan menghampirinya.
Aku dengan cepat mencoba menyadarkannya sebelum pak Robby benar-benar mendekat.
"Bara!" Bisikku mencoba menyadarkannya.
"Coba jelaskan apa yang di maksud kesenjangan sosial? Bara!" Sentak pak Robby dengan nadanya yang meninggi.
"Iya pak?" Sentakan pak Robby membuat Bara dan tubuhnya terkejut.
"Akhir-akhir ini kamu suka banget ngelamun, kenapa?" Tanya pak Robby penasaran.
"Hah? Nggak apa-apa pak. Jadi tadi pertanyaan bapak apa, pak?"
"Kesenjangan sosial itu apa?" Tanya pak Robby mengulangi pertanyaan yang sama.
Bara lantas berdiri menjelaskan gambar yang ada di papan tulis. Iya berjalan dengan penyesuaian seperti biasanya. Bara memang salah satu murid di sekolah yang bisa diandalkan oleh teman-temannya. Itu yang dikatakan Ica kepadaku mengenai Bara waktu itu.
Mungkin bisa dibilang bara salah satu murid yang saat melamun saja masih bisa memanfaatkan Indra pendengarannya cukup baik atau kesukaan membacanya sejak lama telah membantunya.
"Ketidakseimbangan atau adanya jurang pemisah antara si miskin dan si kaya," jelas Bara.
"Iya seperti gambar di sini. Kita bisa menarik garis lurus untuk menandainya, gambar yang dibuat pak Robby sudah menjelaskan semuanya. Terima kasih," tutup Bara.
Semua spontan bertepuk tangan untuk mengapresiasi pengetahuan dari Bara.
"Cerdas sekali Bara," senyum pak Robby, "silahkan duduk!"
"Iya, pak!"
"Tapi, walaupun begitu, tolong Bara perhatikan bapak!" Pinta pak Robby serius. Angguk bara membalas.
Bara kembali duduk di sampingku. Tapi aku merasa ada yang di sembunyikan Bara dariku, akhir-akhir ini dia memang memiliki gelagat yang aneh.
Aku tidak akan menjauh dari penglihatan Bara. Aku akan membantunya, aku sudah berjanji dengan diriku sendiri soal ini. Aku ingin ikut dalam permasalahanya, bagaimanapun jika aku ikut dalam kesenangannya aku juga patut membantu dalam kesedihannya.
Bara memang terlihat menyedihkan akhir-akhir ini, entah apa yang dipikirkannya? Aku juga tidak tahu.
Pelajaran selesai, semua berlarian menuju gerbang sekolah. Dan aku juga sudah 1 bulan, aku tidak lagi diantar jemput. Karena sudah cukup 1 bulan untuk aku mengenal sekolah dengan teman-teman yang kudapat kian tambah banyak juga.
"Bara aku mau nanya sesuatu sama kamu," genggamku ke jemari Bara.
Mata Bara terbelalak melihat lengannya digenggam olehku.
"Ikut aku!" Tarikku tak melepas genggamanku. Aku mengenggamnya dengan cukup kuat, aku menariknya ke loker sekolah.
Hanya ada beberapa orang di sini. Satu-persatu dari mereka lalu lalang pergi meninggalkan loker sekolah, hingga hanya menyisakan aku dengan Bara berdua.
Keheningan di sini akhirnya kami dapatkan. Hanya terdengar suara kecil dari teriakan orang-orang di lapang tak mempengaruhi pertemuan 4 mata ini.
Aku menatapnya serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Novela JuvenilBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...