Hari ke- 2 Menuju Lomba

163 4 0
                                    

POV : Bara

Bara meninggalkan Yasmin keluar ruangan. Ini menjadi caranya agar dia mau membenci Bara. Mungkin ini harus terjadi jika aku ingin dia pergi dari hidupku.

Cepat atau lambat aku yakin dia akan membenciku, ini hanya masalah waktu hingga Bara tak lagi dikaitkan dengan Yasmin ataupun sebaliknya. Namun aku berani bertaruh semua ini akan berlangsung dan membekas, namanya tak akan pernah terbakar atau usang dalam ingatan Bara. Karena bagaimanapun aku bersyukur pernah bisa berbagi secarik surat cerita dalam lintas bayang kenangan. Walaupun hanya sebatas 1 bulan.

Sampai satu momen di mana ia merasa aku tidak layak untuknya. Maka pada saat itu aku akan mengubur segala mengenai dirinya. Rasa perih mungkin menghampiri khayalku nantinya, khayal yang akan menyiksa diriku dengan membakar semua memori yang tak bertepi.

Sampai ia menyudutkanku dalam perpisahan ini, maka dari itu sebelum terjadi aku ingin dia mengukir nama pria lain dalam hatinya dan menenggelamkan nama bara di sudut paling gelap dalam hatinya. Aku akan membuat dirinya berpikir dan pergi hingga tak akan mengulang lagi nama Bara selain dengan kata kecewa.

Yasmin mengejar Bara dan menyelaraskan langkahnya di samping Bara. Sepanjang jalan ia mencoba agar Bara mau membalas setiap ucapannya. Namun Bara memilih bungkam tak menggubris setiap ucapannya.

"Di tinggal lagi? Terus aja gitu selama 6 bulan," ledek Yasmin.

"Tapi nggak apa-apa. Aku udah biasa ngadepin Lo Bara.."

"Sesuai peraturan yang bara buat. Sekarang antara Yasmin dan Bara tidak ada aku kamu."

"Dan gue juga udah biasa kayak gitu," senyum Yasmin tak mau berhenti bicara.

"Tapi nanti Lo harus persiapkan puisi terbaik buat kita berdua tampilkan nanti. Gue mau kita harus menang, minimal masuk 3 besar."

Sampai Bara dengan dirinya mengambil tas ransel. Yasmin tak berhenti bicara. Seolah tak memperdulikan orang-orang, Bara pun mengacuhkan semua orang yang melihat dirinya dengan Yasmin sepanjang jalan menuju kelas.

"Lagi-lagi kita yang terakhir pulang," ucap Yasmin sembari mengambil ranselnya dan memakaikannya di punggung.

Yasmin menghela pelan. Ia mengeprak-ngeprakkan debu di roknya.

"Bara. Gue duluan ya! Hati-hati besok kita ketemu lagi, dah!" Tinggal Yasmin.

Setelah punggung dari Yasmin sudah tak tercapai oleh penglihatan Bara, baru Bara bisa merebahkan tubuhnya di kursi dengan kelas kosong. Suara jam menambahkan kesan santai, angin dari lubang-lubang kelas mendamaikan segala masalahnya.

Bara sendiri lelah menjadi orang asing. Jujur semua ini Bara lakukan hanya untuk menjauhkan Yasmin darinya. Meski keadaan tak pernah memihaknya. Bara selalu bekerja keras untuk membuat Yasmin membencinya.

Amat sangat susah membuat wanita yang jatuh cinta kepada kita menjadikan ia benci. Padahal benci dan cinta tipis, datang dari yang sama namun memiliki makna yang berlawanan.

Seharian yang penat membuat Bara pulang lebih awal..

"Assalamualaikum!" Salam Bara sembari menyalami ibu.

"Wa'alaikum salam. Tumben cepet pulangnya?"

"Bara emang suka pulang cepet sekarang ibu," lelah Bara menjelaskan ini setiap hari.

"Bara mau langsung mandi," tinggalku memasuki rumah.

"Semenjak kamu sama Yasmin udah nggak lagi. Rumah jadi sepi.." ucap ibu sembari menyirami tanaman di halaman rumah.

"Dan semenjak itu pula kamu sering pulang cepat," tambah ibu.

"Yasmin nggak akan ke sini lagi ibu. Dan rumah baik-baik saja tanpa Yasmin," senyumku mencoba menyangkal setiap harapan dari yasmin.

BARA & YASMIN (Belum Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang