Acan Yang Tinggi

308 4 0
                                    

(Pilihan itu ada dua. Maju kamu akan menang, mundur kamu akan kalah).

POV : Yasmin.

Bara mengajakku berkeliling Jakarta. Iya aku senang, sangat senang. Aku bisa berjalan berduaan dengan bara hari ini. Dalam hatiku selalu menginginkan dirinya. Rasanya aku jadi berhasrat merasakan genggaman tangan Bara. Yang menjadikan diriku berasa aman di dekatnya.

Namun kurasa itu hanya daya khayal ku yang terlewat batas. Itu tidak akan terjadi dengan cepat, bagaimanapun bara bisa-bisa pingsan bila kupeluk seperti di ruangan UKS waktu itu. Lalu apa dia sanggup menggenggam tanganku? Kurasa tidak.

"Yasmin?" Tanya Bara yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Yasmin yang aneh, dengan senyum-senyum sendiri sepanjang jalan.

"Iya?" Senyum Yasmin merekah.

"Kenapa?" Tanya bara polos.

"Kenapa apanya Bara? Aneh!" Tawa kecil Yasmin.

"Bara aneh?" Bara mempertanyakan kalimat yang aku beri kepadanya.

"Iya. Bara aneh," senyum Yasmin yang lagi-lagi membingungkan Bara.

Andai kamu tahu bara. Dengan sifat kamu yang seperti ini, membuat aku yakin. Bahwasannya aku benar-benar menyukaimu. Aku tidak mungkin salah.

"Bara. Katanya aku boleh pinjam sepeda kamu?"

"Oh iya lupa," ucap bara sembari menepak jidatnya sendiri, "ini!" Beri bara kepadaku.

"Beneran nih.. asik!" Yasmin langsung menaiki sepeda dari Bara dan bara jalan di sampingnya.

"Makasih," tambah Yasmin.

"Iya," ucap bara singkat.

Kami melanjutkan perjalanan kami berdua, sengaja sekali aku memperjauh tujuan kami.

Yasmin begitu senang saat melihat bara kebingungan dengan apa yang Yasmin lakukan.

"Bara, sepedanya enak banget Lo ini serius," tatap Yasmin antusias mencoba sepeda milik bara.

"Enak ya? Syukur deh," senyum Bara.

"Aku senang, akhirnya dirimu bisa beradaptasi dengan cepat. Ku rasa pemulihan mu berjalan dengan baik," batin Yasmin.

"Kenapa?" Tanya bara kepada Yasmin.

"Iya? Nggak! Aku nggak nyangka aja, kamu bisa dengan cepat sembuh dari kegugupan mu. Aku senang dengan itu," ucap Yasmin sembari menggowes sepeda kesayangan bara.

"Oh. Soal itu?"

"Iya mungkin itu juga karena kamu Yasmin, ku rasa kehadiranmu sudah banyak membantuku," batin bara.

"Banyak alasan untuk kita lari dari kekurangan kita, tapi kamu datang untuk mengajarkanku arti melawan itu semua," jujur bara.

"Jadi?" Tanya Yasmin.

"Iya ku rasa terimakasih saja tidak cukup. Tapi Bara perlu mengucapkannya juga."

"Makasih!"

"Mmm.. dengan senang hati. Tapi aku ingin waktu balasannya, gimana?"

"Boleh?"

"Maksudnya?" Tanya bara lagi.

"Iya, maksudnya. Bara harus ada waktu bila Yasmin butuh waktu Bara, terutama di momen penting."

"Bisa?"

"Gampang kalau itu. Aku pasti bisa," ucap bara dengan percaya diri.

"Janji ya?"

BARA & YASMIN (Belum Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang