Harus Ingat Kita Ini Siapa? Bara!

463 7 0
                                    

POV : BARA.

(Mungkin segelintir orang pernah sekali mengalami tergelincir dalam perasaan, hingga lupa Tuhan bisa cemburu dengan hal itu).

"Assalamualaikum! Bara pulang," ucap bara dari luar rumah sembari menghela berat. Pikirannya tak bisa jauh dari wanita bernama Yasmin itu.

Aku membuka pintu rumah dan menutupnya kembali. Sesampainya di rumah Bara mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di bacakan ibu dari kamar, sepertinya ibu sedang mengaji. Lantas aku tidak menghampiri ibu. Tadinya aku ingin bilang bahwa aku mendapatkan uang banyak 200 ribu dari Om Indra, mungkin lebih baik menunggu ibu selesai mengaji baru ku sampaikan.

Aku lantas menuju meja makan. Masakan ibu sudah tersedia di sana, seperti telur dan ikan beserta sambal. Bagiku tidak ada yang bisa menyaingi masakan ibu. Hidangan sederhana inilah yang membuat Bara tumbuh hingga kini, kesederhanaan yang dimiliki ibu dan bapak telah mengajarkanku banyak hal.

"Bara, kamu sudah pulang?" Sahut ibu beberapa menit setelah aku duduk untuk makan. Ibu Mira! Itu nama ibuku, nama panjangnya Mira Rahmawati. Banyak orang mengira beliau kakakku karena tampang ibu yang terlihat masih muda. Padahal dari sudut manapun termasuk KK aku jelas anaknya.

"Eh, ibu..." Aku langsung menyalami ibu dengan mata yang mulai memudar karena kelelahan. Iya kurasa menyukai wanita baru sungguh membuat aku lelah setengah mati.

"Kenapa kamu terlambat? Tidak seperti biasanya?" Kata ibu tanpa menatapku, ibu belum sadar dengan raut wajah anaknya.

"Nah, itu dia. Bara mau cerita Bu soal tadi."

"Tadi kenapa?"

"Bara terlambat pulang karena Bara bantu orang benerin mobil mogok. Ada klep kotor yang bikin bahan bakarnya tersumbat. Bara benerin dulu, jadi bara terlambat pulang ke rumah."

"Oh, bagus kalau begitu. Kamu berarti memaknai arti bahwa pengetahuan saja tanpa di manfaatkan akan percuma. Kamu sudah membuat 1 kebaikan dengan memanfaatkan ilmu yang kamu punya," senyum ibu sembari mencukil nasi, "ibu bangga bila kamu bisa bermanfaat untuk orang lain."

"Tapi... Bara di beri uang setelahnya sebanyak 200ribu, lantas uangnya Bara apakan ya Bu?"

"Apa, kamu minta imbalan?" Ibu baru sadar dengan wajah lelah dari Bara.

"Bara kamu kenapa? Kamu sakit nak?" Ibu menatap anaknya yang terlihat pucat. Raut bara terlihat seperti anak yang habis berlari 100 meter. Lantas ibu memastikan dengan menempelkan telapak tangannya ke kening Bara.

"Tidak, Bu. Bara tidak sakit," senyumku melihat ibu khawatir. Ini seperti obat lelahku, melihat ibu mengkhawatirkan anaknya membuat aku senang.

"Mengenai imbalan.." lanjut ku.

"Tidaklah Bu, Bara ikhlas. Hanya saja Bara di paksa sama om Indra harus menerima pemberiannya itu setelah memperbaiki mobil beliau. Awalnya Bara juga nggak tahu isinya 200 ribu."

"Huh.. syukur kalau gitu," ibu menghela berat, "yasudah uangnya tabung saja buat kamu, tapi bila ketemu lagi beliau jangan lupa bilang terima kasih dari ibu."

"Siap Bu!"

"Terus kenapa kamu bisa pucat seperti itu?" Tanya ibu memastikan, tatapannya semakin tajam mengarah kepada anaknya.

"Kamu membuat salah? Atau kamu sedang menyukai seseorang perempuan?" Tatapan ibu menyorot tajam.

Mata bara membulat mendengar pertanyaan dari ibunya ini.

BARA & YASMIN (Belum Direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang