(cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya).
"Bar!" Tepuk Rafael ke pundak Bara. Ia mensejajarkan langkahnya dengan langkah Bara.
"Lo semalem ke mana gua susah banget hubungin Lo?"
"Lo kemarin ke rumah?" Tanya balik Bara dengan panik. Bara terkejut setelah tahu Rafael mencoba menghubunginya. Bara berfikir Rafael datang ke rumahnya untuk main dan ibu memberitahu Rafael Bara sedang makan malam di rumah Yasmin.
"Nggak, gua cuman mau nanyain tugas aja. Tapi ya namanya juga lu susah banget di hubungin kemaren," decak Rafael.
"Jadi gua minta bantuan aja sama libra, kebetulan gua sekelas sama dia." Libra, dia cewek pintar angkatan Bara dan Rafael, kerjaannya bergelut dengan buku perpustakaan. Sama sepertiku, hanya saja beda bidang. Dia cenderung ekonomi, MTK dan geografi. Kalau aku sendiri tidak terlalu dalam hal itung-itungan, aku lebih suka dengan sejarah, PKN, sosiologi. Iya sebagai anak sosial itu menarik.
"Untung dia baik mau bantuin gua ngerjain soal."
Aku menghela pelan. Bara merasa lebih tenang mendengarnya, yang ia pikirkan tidak terjadi.
"Iya maaf, gua kecapean. Habis isya langsung tidur. Hehehe..."
"Hmmm.." deham Rafael.
"Terserahlah, gua duluan ya! Ada kerjaan di kelas," Rafael meminta salaman rahasia. Salaman yang hanya dilakukan antara Bara dan Rafael.
"Lah, nggak ke lapang?"
"Nggak! Nanti aja istirahat, gua duluan!"
"Tumben tuh anak," batin Bara. Bara langsung menuju kelasnya, sesampainya di kelas bara di kejutkan dengan Yasmin yang sudah berada di kelas sebelum Bara.
Bara terlihat kikuk, bara tidak tahu apa yang harus dikatakan Bara tentang jamuan semalam. Yasmin terlihat menatapnya sesekali dan membuang mukanya lagi.
Bara ketakutan bila nanti dia berterima kasih soal semalam. Itu akan membuat riuh suasana sekolah. Secara gadis yang semalam makan malam dengannya adalah wanita cantik yang menjadi pembicaraan banyak orang.
Dan rumor aku dengan Yasmin akan menjadi simpang siur dengan yang sebenarnya. Hal terburuk adalah ketika orang-orang berasumsi kedekatan ku dengan Yasmin sudah masuk ke ranah lebih jauh. Yaitu, menjalin hubungan sebagai pacar.
Tapi jika aku tidak bilang terima kasih. Aku takut dia mengira aku sebagai orang yang tak tau diri. Sepertinya aku harus memberanikan diri untuk bilang. Sekaligus menunggu itu aku harus bersabar dalam mencari momen yang tepat. Bagaimanapun aku di ajarkan ibu untuk senantiasa ramah kepada siapapun termasuk, wanita yang aku sukai.
Pelajaran di mulai, kuharap momen itu akan datang ketika jam pelajaran wali kelas.
Tringggg....
Bel istirahat berbunyi. Semua orang langsung istirahat termasuk aku yang siap menuju kantin sekolah.
"Bara tunggu!" Pinta wali kelas.
"Iya Bu?"
"Yasmin sini!" Pinta wali kelas kepada Yasmin yang sedang duduk di kursinya.
"Yasmin Bu?" Tanya balik Yasmin.
"Iya kamu.."
"Bara ibu bisa minta tolong nggak?"
"Minta tolong?" Tanya Bara keheranan. Karena jarang-jarang wali kelas meminta bantuan kepada Bara, "insya Allah Bu, bisa."
"Tolong kamu temani Yasmin berkeliling lingkungan sekolah, dia murid baru. Jadi kamu kenalkan semua yang kamu tahu tentang sekolah kepadanya."
"Tapi Bu.." sergah Yasmin. Yasmin merasa takut membebani Bara dengan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Novela JuvenilBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...