(Sahabat itu bukan dia yang memuji dengan yang manis-manis saja. Tetapi sahabat juga adalah dia yang mau mengkritik untuk membangun kekurangan sahabatnya menjadi kekuatan).
POV: Bara.
"Assalamualaikum, Bu!" Panggilku di dalam rumah. Tapi tidak ada sahutan dari dalam. Aku mencari ibu ke kamar. Tapi kamar ibu terbuka, ibu tidak ada di sana.
"Tumben, ibu nggak ada di rumah," batinku. Tak lama ada suara motor dari luar dan mengetuk pintu rumahku. Kupikir sepertinya itu ibu.
"Bentar!" Aku membukakan pintu.
"Hai bara!"
"Ica?" Kaget ku ketika tahu yang datang adalah Ica.
"Lo ke sini sama siapa?" Tanyaku.
"Sama Rafael, sayang!"
"Oh iya gua ada yang ketinggalan di sekolah, sayang kamu tunggu di sini aja ya!"
"Sayang?" Kagetku, "kalian jadian kapan?"
"Nanti gua yang ceritain," sahut Rafael sembari menjalankan motornya.
"Rafael gue di tinggal?"
"Iya gila, gue diajak ke sini, sampai sini ditinggal."
"Bar!" Melas Ica.
"Apaan?" Senyumku.
"Gue boleh masuk rumah Lo ya? Tante ada di rumah, kan?"
"Iya itu masalahnya. Iya ayo masuklah, paling Rafael ketinggalan hp di sekolah."
"Makasih Bar! Tante..!" Panggil Ica sembari jalan masuk ke rumah mendahuluiku.
"Dasar sembrono itu anak," batinku sembari memijat kepalaku.
"Tante ke mana Bar?"
"Iya itu gua juga bingung ibu ke mana, kalian jadian? Kok bisa?" Tanyaku penasaran.
"Suruh duduk ke tamu itu?" Decak Ica.
"Iya Ica, silahkan duduk!" Suruhku.
"Makasih Bara. Hmmm.. soal itu tanya aja sama Rafael Bar!"
Menyebalkan sekali emang Ica ini? Kenapa waktu kelas 10 gua bisa ajak dia ke rumah untuk mengerjakan tugas kelompok dan bertemu ibu. Seharusnya waktu itu gua kerjainnya di rumah Ica aja.
"Lo ngapain lihatin gue gitu? Jangan macem-macem deh! Lo kan udah punya Yasmin."
"Nanti gue bilangin sama kakak gue."
"Kaka Lo yang mana?"
"Nyokap Lo kan, kakaknya gue. Cantiknya juga sama!"
"Haduh.. terserah Lo dah, Lo mau makan nggak? Gua mau masak nih!"
"Emang kakak gue nggak masak dulu sebelum tinggal rumah."
"Makannya gua masak juga, karena ibu nggak masak Ica.." jelasku. Aku langsung meninggalkan Ica ke dapur.
"Kayaknya masak sendiri enak deh, btw gue juga bosen kalau cuman duduk," batin Ica. Ica menyusul Bara ke dapur.
"Lo mau ngapain ikut gua ke dapur?" Tanyaku dengan penuh keraguan.
"Nggak boleh gitu ih.. kalau sama tamu," senyum Ica, "gue juga mau masak."
"Ya udah, bantuin ya!" Pintaku dengan senyum yang dipaksakan.
"Ica mau masaknya apa?" Tanyaku melembut.
"Nah, itukan lebih lembut. Enak di tanggapi oleh telinga juga. Ica mau tanya dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Novela JuvenilBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...