(akurasi itu dibutuhkan dalam suatu hubungan. Seperti langkah selanjutnya yang akan kamu buat dengan si dia).
POV : Bara.
Harapan selalu datang setiap waktunya. Namun terkadang di balik banyaknya harapan yang gagal, pasti ada 1 harapan yang bertahan. Baik itu impian ataupun hal-hal kecil di hidupnya sendiri.
Yang harus ditekankan dalam harapan itu sendiri ialah percaya dengan kemampuanmu sendiri.
"Bara!" Panggil Rafael di tengah lapang.
"Apa?" Tanyaku dengan nada sedikit meninggi.
Rafael langsung menghampiriku, dengan cepat ia berlari ke arahku.
"Lo mau ke kantin?" Tanya Rafael.
"Iya?"
"Yasmin ke mana? Ko nggak bareng?"
"Yasmin sama Ica tadi, entah kemana?"
"Lo nggak main basket?" Tanyaku sembari lanjut jalan menuju kantin bersama Rafael.
"Nggak, gue lagi nungguin Ica."
"Jadi sekarang hubungan Lo sama Yasmin gimana? Ada kemajuan?" Rafael dengan lirikannya ia merangkulkan tangannya ke pundakku.
"Kemajuan apaan? Gue sama Yasmin ya.. sama aja kayak biasanya," terangku dengan nada malas.
"Masa ah! Terus Lo mau kapan jadian sama dia, padahal ke mana-mana bareng terus?"
Ini anak kalau udah membicarakan Yasmin pasti bahas soal jadian, pacaran. Gue harus cari cara buat menjauhkan pikiran dia tentang itu semua.
"Raf! Itu di belakang Ica," aku membalikkan tubuhku.
"Mana?" Dengan cepat Rafael mengikuti membalikkan tubuhnya.
Dengan cepat aku langsung lari menuju kantin menghindari Rafael.
Rafael adalah salah satu orang yang tidak pernah memberikanku waktu sejenak untuk menghindari pertanyaan itu.
Aku sepertinya harus banyak-banyak rehat memikirkan hal-hal rumit. Sesampainya di kantin aku memesan makanan dan juga minuman.
"Bi! Mie goreng satu Bi," pesanku dengan raut wajah lelah.
"Eh, Bara? Mau mie goreng yang mana?"
"Mie goreng biasa aja bi. Sama minuman kayak biasa," ucapku.
"Siap!" Tegas bibi kantin.
Sambil menunggu bibi kantin memasak mie untukku. Aku membuka buku untukku baca, selain gabut. Buku bisa membantuku dalam menenangkan pikiranku.
Tangan kiri ku meremas-remas kening dan tangan kanan membuka buku.
"Kamu kenapa Bara?" Tanya bibi kantin.
"Iya Bi?"
"Kamu kenapa?"
"Bara? Nggak apa-apa Bi," jawabku.
"Jangan bohong. Kamu di kantin itu di sini, di depan bibi. Kamu biasanya kalau duduk di luar bukan di dalam?"
"Terus wajah kamu itu nggak bisa bohong," senyum bibi kantin.
"Hehehe.. ketahuan!" Kekeh ku.
"Jadi?"
"Jadi kenapa Lo banyak bengong? Oh iya di mana Yasmin?" Duduk Rafael sembari mengangkat kedua alisnya.
"Bi bara pesen mie goreng, kan? Rafael juga samain Bi!"
"Oke!"
Bara mengedikkan bahunya sambil mengangkat kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
أدب المراهقينBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...