Keadaan makin rumit untuk dipahami baik oleh pembaca kisah maupun penulis ceritanya.
Seketika Bara dibuat dingin dan Yasmin penyabar yang sangat hebat, Yasmin dengan harapan yang utuh ia bergelut untuk menjinakkan lelaki batu.
Yasmin yakin akan kepercayaan diri Bara itu ada, cuman ia lupa akan mengeluarkannya. Dan Yasmin hadir untuk mendorong itu.
5 atau 6 bulan sudah dari perpisahan keduanya yang sangat buruk. Bara mendapatkan banyak asumsi jelek mengenainya dari kejadian itu. Yasmin tahu sekali bagaimana Bara dan menurutnya yang mereka lakukan itu tidak adil.
Terlalu singkat menilai seseorang setelah mengambil sudut pandang dalam satu kejadian yang negatif. Yasmin tetaplah yasmin. Wanita dengan pendirian kuat dan tangguh.
Tapi seberapa sabar dia, aku yakin dia tetaplah manusia yang akan kehabisan kesabaran nantinya dan aku bara menunggu itu. Aku ingin dia menyerah dengan keyakinannya yang ia sasarkan kepadaku.
Yasmin terlalu mahal dimiliki oleh pria manapun. Karena itu, aku ingin dia melepas segalanya yang berhubungan denganku. Termasuk keyakinannya. Aku yakin dengannya siapapun nanti prianya, Yasmin akan menjadi kekuatan bagi pria itu.
"Di perpustakaan lagi!" Duduk Rafael di depanku.
"Darimana?" Tanyaku sembari memandangi layar laptop yang menyala.
"Biasa dari lapang."
"Oh iya, gue tadi dapet info dari temen-temen. Sekolah ngadain lomba puisi antar kelas."
"Lomba puisi?" Tanyaku sembari mengetik di laptop.
"Iya," jawab Rafael.
"Dan gue bakal tebak perwakilan kelas Lo. Pasti Lo dan Yasmin.."
Aku mengernyitkan keningku memandangi Rafael sesaat, lalu kembali mengetik dalam laptop.
"Kenapa?" Tanya Rafael.
"Jangan banyak berharap. Lagian gua juga nggak akan mau," jawabku dingin sambil lanjut mengetik.
"Taruhan! Bila Lo lomba.." ucap Rafael.
"Nggak!" Tolakku.
"Dosa taruhan," senyumku.
"Cihhh.." decak Rafael, "sejak kapan Lo tau dosa?"
"Kalau Lo nggak percaya. Lo bisa baca langsung formulirnya ke Cahya langsung," tinggal Rafael.
"Gua ke lapang lagi ya. Gue ke sini cuma mau ngasih tau itu doang!"
Manusia aneh!
Eh, tunggu. Tadi dia nyuruh gua buat lihat formulirnya ke Cahya. Terus.. jangan-jangan!
Wah, kacau ini. Bisa jadi kayak tahun kemarin. Gue nggak mau ikutan classmeeting basket tapi dia nyantumin nama gue tanpa sepengetahuan orangnya.
Aku buru-buru merapihkan semuanya. Dan bergegas mencari Cahya di sekolah. Sebagai sekretaris OSIS di sekolah. Ia pasti berada di ruang guru.
Dengan cepat aku menemuinya dan pas ia keluar dari ruang guru saat aku datang.
"Cahya!"
"Bara?"
"Rafael...?"
"Oh iya. Tadi Lo masuk mewakili kelas XI IPS Lo sama Yasmin."
"Mewakili apaan?" Tanyaku.
"Lomba puisi!"
"Kok bisa?"
"Anak-anak kelas Lo sendiri yang ngajuin."
"Terus kenapa Lo nulis tanpa bilang dulu ke gue?" Resahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
BARA & YASMIN (Belum Direvisi)
Teen FictionBara, lelaki sederhana penyakitan yang mengejar cinta murid baru bernama Yasmin. (cinta sama panik itu seperti tali sepatu yang nggak pernah ninggalin sepatunya)~Bara (kamu tahu nggak? Kamu itu sakit karena aku, tapi kamu juga butuh obat penawarnya...