First Impression

1.2K 89 28
                                    

Dear Future Husband.
By: DearDeer
Chapter 1 - Prolog.

Tak ada lagi yang bisa mengalahkan pahatan sempurna Tuhan pada sosok anak Adam ini.
Tampan? Jangan tanya lagi.
Mempesona? Tak perlu diragukan.
Penuh gairah? Sudah pasti.
Sudah kukatakan, dia SEM. PUR. NA. SEMPURNA!
Ooh...inilah surga kaum hawa! Surgaku!
Surga yang pasti akan bisa kurasakan bahkan sebelum aku mati jika aku bisa menemukan pria seperti ini.
Calon suami masa depanku.

Gadis ini tengah memeriksa kembali hasil tulisan yang baru ia posting melalui akun pribadinya beberapa jam lalu. Tak ada cacat. Semuanya pas - menurutnya. Senyum manis itu lantas mengembang beberapa detik sampai sebuah suara tak asing mampir ke gendang telinganya.

"Naskahmu sudah selesai?"

GASP!

"Be..lum! Belum, sajangmim! Akan saya selesaikan hari ini juga!"

Dengan tingkah gelagapan, ia bangkit dari kursi seraya menutupi layar monitor dengan tubuh mungilnya. Walau mungil, dua bongkahan dada yang tertutup tanktop putih dan terbalut blues berwarna toska itu juga tidak bisa dibilang kecil. Ditambah dengan wajah manis, sepasang kilauan mata rusa, leher jenjang dan tengkuk yang menggoda liur para lelaki akibat gelungan rambut panjang dark brownnya yang asal-asalan itu melengkapi pemandangan segar di siang bolong yang agak panas.

Setidaknya itulah yang tengah di pikirkan oleh pria paruh baya berperut tambun dan rambut beruban tatkala Luhan, gadis bermata rusa itu, membalikkan badan tepat dihadapannya.

"Saya akan ambil lembur malam ini, Sooman sajangnim! Saya berjanji, besok pagi naskah untuk edisi minggu depan akan ada di meja anda." ucap Luhan dengan nada agak gemetar.

Lee Sooman, pemimpin redaksi dari sebuah majalah fesyen ternama tempat Luhan bekerja sebagai scriptwriter itu hanya mendesah panjang. Seingatnya, sudah dua minggu terakhir ini Luhan selalu ambil lembur tanpa diminta.

"Rekan sejawatmu yang berisik itu saja sudah menyerahkan hasil fotonya. Kau sebagai partner harusnya bisa mencontoh dia! Hhhh...baiklah. Karena bulan kemarin tulisanmu banyak dipuji kritikus fashion, kau kuberi kelonggaran." katanya ramah. "Tapi jangan sampai kau tidur di kantor seperti minggu lalu! Kau akan membuat reputasi majalah kita buruk dan merusak pundi-pundi dollar dari perusahaan asing! Paham?"

"Iya, sajangnim. Saya paham."

Pria paruh baya itu tertawa puas dan menepuk pundak sempit Luhan beberapa kali.
Luhan refleks menekan dada dan mengambil nafas lega ketika pria berumur lebih dari setengah abad itu kembali ke ruangannya. Gadis ini lantas menarik kursi lalu fokus pada layar monitor dimana secarik kertas dengan tulisan acak-acakan khas anak lelaki sudah menempel lekat disana.

Lembur lagi? Kalau begitu, jatah ramen gratis dari kupon berhadiah kemarin untukku!
Selamat bermalam bersama naskah dan cerita FANFICTION khayalanmu itu, sahabatku sayang! Kkkkk~

Dengan bibir mengatup rapat, gadis ini menggeser monitornya beberapa senti ke arah kanan sampai ia berhadapan dengan seraut wajah konyol yang tengah mempertontonkan cengiran lebar dari meja didepannya. Hanya ada sebuah kaca bening yang membatasi dua kubikel ini. Dan dari bibir tipis merah muda itu Luhan berucap kata demi kata tanpa suara.

"Park. Chan. Yeol. Jangan coba-coba!"

Park Chanyeol. Teman gilanya. Si happy virus!

Chanyeol tinggi, Luhan mungil. Chanyeol berisik, Luhan sangat kalem. Tapi itu dulu, sewaktu dia tiba pertama kali di Korea dan belum bertemu Chanyeol yang menularkan virus berisiknya. Ibarat kata, Luhan seperti berteman dengan seorang penjual parfum dan ikut tertular wanginya kemanapun ia pergi.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang