Derap mantap dari sepasang kaki berbalut pantofel mengkilat itu tiba di depan meja lobi. Sosoknya kontan menarik perhatian mata para hawa yang terpesona pada setiap pahatan maskulin sempurna ciptaan tangan Tuhan ini. Dunia tahu siapa dia. Kris.
"Bisa tolong berikan ini pada Luhan?"
Lobi mendadak penuh dengan bisik-bisik riuh ketika suara baritonnya terdengar ke gendang telinga.
"Oh! Anda bukannya-"
"Ssssst! Jangan bilang itu dariku. Berikan saja padanya. Terima kasih."
Itu saja. Dengan gayanya yang khas dan cuek, Kris melenggang pergi dari hadapan seorang petugas security yang langsung diserbu para karyawan wanita persis seperti adegan aksi rebutan barang diskon di Mall.
Mobil sedan hitam senilai puluhan juta dollar miliknya itu masih tak bergerak dari sisi gedung sebuah perusahaan majalah tempat wanita incarannya bekerja. Kris tengah menanti hasil dari memo singkatnya itu. Dan tak perlu menunggu lama lagi, sesosok perempuan cantik dengan dua mata rusa yang indah melenggang keluar dari pintu utama gedung dengan senyuman lebar di bibir.
"Aah...Luhan. Senyummu itu justru semakin membuatku berminat melanjutkan permainan ini."
Dengan hati-hati seperti serigala yang tengah mengintai domba di padang rumput, Kris melaju sangat pelan mengikuti kemana Luhan melangkah. Begitu sampai di kawasan yang ia maksudkan dalam memo, ia menghentikan mobilnya. Seringainya terus tersungging menatap punggung ramping Luhan yang terus melangkah menuju bangku taman usang dengan terus mencuri pandang ke daerah sekitar. Perempuan itu makin lama makin terlihat gusar.
"Kelihatannya Sehun harus mengajarimu belajar curiga. Kau benar-benar terlalu polos, Luhan sayang. Apa aku harus 'memakanmu' sekarang juga?"
Jauh dari pemukiman dan kondisi benar-benar sepi dari peradaban, Kris baru menjalankan mobilnya lagi. Matanya terus terpancang pada Luhan yang baru saja melompat kaget karena ulah seekor kucing. Mobilnya sudah semakin dekat, suara mesinnya membuat wanita itu duduk menegang di bangku taman, tak berniat untuk bergerak lagi. Kris hanya mendengus kasar sebelum ia membuka pintu mobil dan turun ke jalan.
Langkah demi langkah, telinganya akhirnya peka pada suara bisikan Luhan. Mereka berdua hanya terpisah beberapa meter saja.
"Se...hun...Sehun..."
Tangan Kris terkepal dikedua sisi tubuhnya. Seringai itu digantikan oleh raut marah yang muncul tiba-tiba.
"Sehun..."
Kris menyeringai lagi. Ia baru akan mempercepat langkahnya ketika dari arah seberang muncul sosok jangkung yang melangkah cepat dengan nafas memburu ke arah Luhan. Secara refleks, ia bersembunyi di balik batang pohon besar sambil tetap memperhatikan dalam diam.
"Lama menunggu?"
Ia bisa melihat Luhan mendongak cepat dengan wajah ketakutan sekaligus terkejut dan detik berikutnya wanita itu menangis kencang ke dalam pelukan si pria jangkung ini sambil menyebutkan nama itu lagi. Kali ini lebih kencang dan lebih jelas karena Luhan benar-benar berada dalam lindungannya sekarang.
"Sehun! Sehun! Sehun!" rengeknya dengan bahu bergetar hebat.
.
.Ingatannya sama tajam seperti mata elang yang kini menatap lekat deretan angka dari plat nomor sebuah mobil sedan hitam di ujung jalan. Ia mengenalinya. Sangat jelas mengenalinya. Mobil yang sudah jelas mulai harus ia waspadai keberadaannya.
Sehun tak mau kehilangan navigatornya ini. Ia tahu mobil itu mengarah pada Luhan. Jadi begitu Chanyeol meneriakinya dibelakang, Sehun sama sekali tak tergubris dan terus berlari mengejar mobil Kris secepat yang ia bisa. Meskipun sempat menabrak seseorang dan membuat bagian depan kemejanya ketumpahan cairan kopi, Sehun tetap berlari.
Lama melaju, ia tahu kemana arah mobil ini menuju. Sehun memutuskan untuk melewati jalan pintas yang kebetulan ia tahu sebelum mobil itu benar-benar menemui tujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband
Fanfiction🔞 Luhan gadis yang sangat terobsesi dengan sosok suami idaman, justru berteman akrab dengan Chanyeol, pria berkelakuan abstrak. Tak pernah ada rahasia diantara mereka berdua sampai Sehun datang dan membuat Luhan terpaksa merahasiakan satu hal dari...