The Fear

695 84 24
                                    

"Kalau itu Kris...bolehkah aku bicara dengannya?"

"Dokter Huang? Kau masih disana?"

Zitao terpaku diam mengabaikan sahutan Kris ditelepon. Luhan lantas mendekat dan berhenti tepat disampingnya dengan mata menatap sendu. Dokter muda itu menangkap senyum samar di bibir tipis Luhan yang menanti jawaban.

"Dokter Huang?"

"Kris..."

"Aaaah...kupikir anda pingsan. Apa terjadi se-"

"...ini aku. Luhan."

Hening.

Zitao sudah memberikan ponselnya pada Luhan dan langsung berdiri diam dibelakangnya dengan wajah super kebingungan. Pikirannya baru sadar akan satu hal. Bukan hanya Chanyeol dan Baekhyun, tapi Luhan pun rupanya mengenal siapa Kris. Dan kalau kesimpulannya tidak salah, kemungkinan besar Sehun juga terlibat dalam kemelut penuh tanda tanya ini. Zitao masih diam ketika Luhan menuruni dua anak tangga dan duduk diam disana.

"Ini aku, Kris." ulangnya lirih.

Masih tak ada suara di seberang. Tapi Luhan terus berujar mencoba sebisa mungkin terdengar normal.

"Bagaimana kabarmu? Kau baik?"

"..."

"Kau ada di Paris? Kenapa tak pernah menghubungiku? Sombong sekali."

Zitao tahu Kris belum menjawab apapun karena Luhan terus merendengnya dengan pertanyaan cepat. Layaknya obrolan temu kangen teman lama.

"Kris, apa kau ingat? Waktu kita kuliah dulu..kau selalu membelaku tiap kali Chanyeol mengejek. Kau bilang aku ini rusa kecilmu yang harus disayang, bukan malah diledek. Kalau kita sudah jalan bertiga, kau pasti melarang Chanyeol untuk berdiri disebelahku. Katamu, dia merusak pemandangan!" Luhan tertawa polos, lalu melanjutkan. "Tapi memang dasarnya Chanyeol keras kepala, semakin dilarang..dia justru semakin menjadi."

Entah bagaimana cara kerja otak Zitao sekarang, yang jelas kepalanya semakin pusing. Ia ingin bertanya, tapi bingung harus kepada siapa dan mulai dari mana. Dan saat sibuk dengan pikirannya sendiri, pintu kamar tahu-tahu membuka lalu muncullah sosok Chanyeol dari dalam.

Pria itu hendak berucap, tapi bibirnya kaku ketika melihat sosok sang dokter bersama Luhan di ujung tangga sana. Merasa penasaran, akhirnya Chanyeol melangkah keluar sampai beberapa detik kemudian saat hanya beberapa meter dari jarak Luhan, raut penuh tanya itu mengendur pelan digantikan oleh ekspresi tak percaya. Wajahnya datar sedatar-datarnya terutama ketika mendengar nada suara Luhan yang ringan dan polos.

"Waktu mendengarmu pergi ke Paris, aku benar-benar kehilangan. Rasanya ingin menjitak kepala Chanyeol berkali-kali karena dialah yang membuatmu pergi."

Didetik ini Zitao agak terkejut melihat sosok jangkung Chanyeol berdiri disisinya. Matanya tajam dan rautnya tegas menatap punggung Luhan di tangga.

"Tapi kalau kau tahu...Chanyeol satu-satunya orang yang paling menyesali kepergianmu. Dia tahu kau tak pernah suka dengan profesimu ini." sendu suara Luhan terdengar sedikit bergetar kali ini, "Chanyeol memang tidak pernah cerita, tapi aku tahu dia selalu mengharapkan kabar darimu. Setidaknya dia bisa meminta maaf. Dan semenjak kau pergi...Chanyeol agak berubah."

Tanpa aba-aba, pria bertelinga lebar itu melangkah turun dengan langkah cepat dan rahang tegas sampai membuat Luhan agak berjengat kaget. Tapi begitu Chanyeol berlutut didepannya sambil menatap lurus, Luhan menangkap sedikit senyum samar di sudut bibir tipisnya. Pria itu mengelus lembut satu punggung tangan Luhan yang terkepal diatas paha.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang