"Huang Zitao...menikahlah denganku."
"..."
"Ikut bersamaku dan hiduplah denganku."
Dua pasang manik mata itu saling bertautan dalam seolah tengah mencari jawaban dari masing-masing pihak. Bibir mungil Zitao agak membuka ingin berucap kata yang entah kenapa sulit sekali untuk dilontarkan. Kris tiba-tiba makin mendekatkan diri. Tangannya yang masih menggenggam jemari lentik dokter muda itu juga kian merekat erat.
"Kanada..." satu kata itu akhirnya keluar dari bibir tipis Zitao.
"Ya. Kanada. Ke tempatmu berlibur lima tahun lalu." balas Kris.
Senyum samar terpatri di wajah cantik Zitao. Dan dengan perlahan, ia menarik diri satu langkah mundur ke belakang seraya melonggarkan genggaman tangannya dari Kris. Pria itu kontan mengerut heran.
"Aku mencintaimu, Kris." lantang Zitao.
Kris tersenyum bingung. "Lalu?"
"Dan aku juga mencintai Korea."
Lelaki blasteran itu memasang ekspresi pahamnya. Ia bahkan sedikit tertawa pelan.
"Tapi tentu saja. Kau berhak untuk memilih. Aku minta maaf, tapi aku memang tak ingin meninggalkan negara ini. Dan kalau kau ingin membawaku kesana, well...kurasa aku bisa menunda jawaban atas lamaranmu barusan sampai kau betul-betul siap. Ini emansipasi, wanita juga berhak menentukan, bukan?"
Menghapus senyumannya, Kris berdiri tegap dan bergerak luwes memindahkan kedua lengan ke sekeliling pinggang ramping Zitao yang agak terkejut.
"Wow! Kurasa kau terlalu cepat ambil langkah. Ini...ini terlalu intim buatku." katanya kikuk.
"Sssstt..." Kris mendesis lembut. Wajahnya hanya berjarak tak lebih dari lima senti dari wajah merah Zitao.
"Tuan, aku serius. Bisa kau longgarkan sedikit tangan-"
"Katakan yang kau mau."
Zitao membeku. Dan detik berikutnya wajah garang khas itu yang muncul ke permukaan. "Oke. Sekarang kau terdengar seperti pria hidung belang penggoda pelayan di diskotik! Lepaskan aku, Kris!" hardiknya.
"Tidak."
"Kris! Aku serius! Aku tidak suka-"
"Please..."
Nada bicaranya yang terdengar lirih itu membuat Zitao diam tak bergerak. Kris sudah terpejam didepannya. Sekilas diperhatikan, ada setitik aliran basah muncul dari kedua ujung mata tegas yang menutup itu. Kemudian secara perlahan, pria itu menunduk, menempelkan keningnya ke kening Zitao.
"Aku mencintaimu..." kata Kris berbisik sebelum kembali terisak pelan.
Raut galak Zitao sontak mengendur. Mata pandanya menatap sendu tak berdaya melihat rapuhnya pria yang sempat berkuasa di masa lalu ini.
"Inilah alasan kenapa aku tak bisa ikut denganmu. Kau belum siap...melepas dan menghadapi semuanya." Zitao berucap lirih. Tangannya lembut mengusap ke kedua pipi Kris, "Aku percaya kau mencintaiku. Tapi kalau kau ingin hidup bersamaku dan yakin denganku, ayo kita hadapi ini bersama. Kanada hanya membuatmu jauh tanpa membuatmu melepaskan apa yang sudah terjadi. Atau boleh kusebut, Kanada adalah tempatmu melarikan diri."
"Aku akan pergi kemanapun kau pergi." tegas Kris.
"Tidak, jangan begitu. Sudah kukatakan kau berhak untuk memilih. Kau pilih Kanada, dan aku akan tetap tinggal disini. Kau tahu aku selalu disini. Aku akan menunggu. Jadi kembalilah hanya jika-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband
Fiksi Penggemar🔞 Luhan gadis yang sangat terobsesi dengan sosok suami idaman, justru berteman akrab dengan Chanyeol, pria berkelakuan abstrak. Tak pernah ada rahasia diantara mereka berdua sampai Sehun datang dan membuat Luhan terpaksa merahasiakan satu hal dari...