Sudah lebih dari tiga puluh menit pria bertubuh jangkung ini meluapkan emosi kegembiraannya di bahu Zitao. Tanpa peduli tatapan dan dengusan tawa orang yang lewat, Chanyeol menangis sesenggukan bagai bocah lelaki merengek pada sang ibu.
"Baekhyun yang melahirkan, kenapa kau yang menangis? Yang merasakan sakit kan istrimu!" seru Zitao.
Hanya isakan imut Chanyeol yang terdengar.
"Ah, benar-benar! Ungkapan jangan lihat orang dari luar saja itu memang terbukti! Badan saja besar, tapi tangisanmu mirip dengan anak TK tak diberi permen, tahu?" ledeknya lagi.
Walau pedas, tapi tangan lentik Zitao tetap setia membelai punggung Chanyeol yang berguncang. Pria itu tak membalas. Ia hanya terlalu sibuk mengontrol nafas sembari mengusap hidung dan pipinya yang basah.
"Park Chanyeol, sudahlah…kau mau bertemu Baekhyun dalam keadaan begini?"
"An..aniyo…" jawabnya parau, "bayiku tak boleh melihat ayahnya begini."
Zitao terkekeh. "Betul itu. Nanti dia menyesal punya ayah berwajah konyol sepertimu."
Diejek begitu, Chanyeol langsung melepaskan pelukannya.
"Akhirnyaaa…." lenguh Zitao. "Kau membuat pundakku pegal!"
Chanyeol sedang bahagia, jadi dia tak menemukan ledekan sebagai balasan. Sebagai ganti, lelaki bersuara dalam ini menggamit satu lengan Zitao, mencium punggung tangannya dan berujar lirih, "Terimakasih, dokter Huang. Terimakasih…"
"Astaga…kau bisa berlaku manis juga, ya?" Zitao tertawa puas, "Masuklah! Aku rasa Baekhyun sedang memberikan ASI pertamanya. Tak mau ketinggalan momen, kan?"
Dengan anggukan super cepat, Chanyeol beringsut masuk kembali ke dalam ruangan Baekhyun dirawat tanpa meninggalkan sepatah kata lagi. Melihat begitu antusiasnya Chanyeol menyambut kehadiran buah hati pertamanya ini, terus terang saja menggetarkan hati Zitao sebagai orang yang bertanggung jawab selama masa kandungan Baekhyun hingga proses persalinan. Pasalnya, ia tahu semua cerita yang terjadi. Dan salut rasanya mengetahui Chanyeol benar-benar bertindak sebagai ayah dari bayi yang bukan hasil benihnya sendiri.
Lamunan ini mengaitkan ingatan Zitao pada Kris. Sudah beberapa minggu berlalu sejak kepergiannya, tak pernah ada lagi informasi yang ia terima. Ketika pamit dulu, Kris memang sempat memberikan nomor kontaknya di Kanada. Tapi sejauh ini, baik Zitao maupun Kris sendiri tak pernah ada yang mencoba saling menghubungi. Bagi Zitao, Kris memberinya nomor tersebut hanya untuk memberi kabar jika memang ia harus memberitahukan sesuatu. Bukan hanya sekedar obrolan ringan antara dirinya dan Kris. Zitao merasa dirinyalah 'penyambung' Kris dengan anaknya kelak tanpa pernah ada maksud lain. Atau dalam arti denotatif, Zitao tidak mau berharap lebih.
Dan yang sedang ia pikirkan saat ini adalah, apakah kabar soal Baekhyun melahirkan harus ia bagikan pada Kris atau menunggu Kris sendiri yang bertanya? Jujur saja, Zitao tidak tega kalau harus mendengar suara lesu Kris disana. Mungkin Kris bahagia, tapi posisi dan keadaannya sekarang tak memungkinkannya untuk bersorak seperti Chanyeol saat ini, kan?
"Dokter Huang!"
Wanita berseragam putih itu agak tersentak dari bangkunya saat mendengar seruan nyaring Luhan dari ujung lorong. Setelah saling tatap, Luhan yang datang bersama Sehun melangkah cepat ke arahnya dengan senyum sumringah.
"Yeoja?!" serunya tiba-tiba. "Keponakanku…perempuan?!"
Zitao mengangguk. "Selamat!" katanya.
Spontan Luhan memekik lalu memeluk Sehun dengan erat. Dan dengan cueknya tanpa mengindahkan keberadaan Zitao, Luhan mencium pipi kanan suaminya itu berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Future Husband
Fanfic🔞 Luhan gadis yang sangat terobsesi dengan sosok suami idaman, justru berteman akrab dengan Chanyeol, pria berkelakuan abstrak. Tak pernah ada rahasia diantara mereka berdua sampai Sehun datang dan membuat Luhan terpaksa merahasiakan satu hal dari...