Insecure

611 84 29
                                    

"Sehun..." panggil suara itu lagi.

Sehun berhenti bergerak. Ototnya seketika kaku.

"..hun..." lirih Luhan untuk ketiga kalinya.

Dengan segala upaya, lelaki itu akhirnya mencoba menoleh ke belakang. Matanya sudah kembali berair hanya dengan mendengar suara lembut kekasihnya disana. Dan ketika tubuhnya sudah berbalik sempurna menghadap ke arah Luhan, sosok yang masih terbaring lemah itu tak henti mengucapkan namanya dengan kedua mata terpejam. Luhan mengigau.

"Sehun.."

Sehun melangkah pelan. Ia berhenti tepat disamping Luhan lalu menatapnya dalam diam. Bibir padat berisi yang pucat itu membuka celah kala ia kembali berbisik lirih. Sangat lirih sampai membuat kaki Sehun menyerah.

"Kajima..."

Sehun sudah berlutut. Air matanya jatuh tanpa bisa ia kendalikan diiringi isak tertahan yang membuat bahunya berguncang. Pria ini menangis hebat. Dua tangannya meremas ujung selimut Luhan yang terjuntai seolah mengisyaratkan sisi lemahnya karena tak bisa berbuat apa-apa.

Sakit memang. Ketika perasaannya sudah jatuh terlalu dalam pada Luhan, keadaan justru berubah tak berpihak padanya. Sehun terlanjur mencintai Luhan. Sangat mencintainya. Tapi ia tahu malu. Sehun juga tak ingin egois untuk tetap tinggal di sisi Luhan dan memiliki wanita itu seutuhnya. Bahkan ia merasa kesempatan yang Chanyeol berikan ini tak pantas ia terima.

Suara lembut itu makin mengiris luka di hati Sehun.

"Jangan pergi."

"Aku disini, Lu. Disampingmu. Aku tidak pergi." parau sekali suara Sehun yang terdengar.

Tangannya menggenggam jemari Luhan dengan agak bergetar. Walau tidak separah tadi, air mata masih saja mengalir dari dua sudut mata tajamnya yang mendadak berubah sendu. Sambil terus terisak, Sehun mengulurkan satu tangannya yang lain untuk mengusap kening, pelipis dan pipi Luhan hingga membuat perempuan itu mulai bernafas teratur, tak lagi mengigau.

Belaiannya mampu mengantarkan Luhan ke alam bawah sadar terdalam sekaligus mengusir mimpi buruk yang tadi sempat mengganggu. Luhan tak akan pernah tahu kalau malam itu Sehun sama sekali tak berhenti menangis, tak berhenti mengusap setiap senti kulit wajahnya, dan tak bisa mengontrol bahunya sendiri yang berguncang hebat menahan isakan.

Luhan juga tidak akan tahu kalau sebelum benar-benar pergi, Sehun sempat mengecup keningnya, kedua mata rusanya, cuping hidungnya dan terakhir mengecup lama sudut bibirnya yang terluka sambil berbisik lirih disela tangis.

"Aku mencintaimu."

.
.

Tak ada perpisahan yang tak menyakitkan dan waktu, adalah satu-satunya hal yang Luhan butuhkan.

Musim gugur tiba terlalu cepat bagi dunianya. Ketika semua orang berseri menyambut bunga bermekaran di musim semi, sesuatu didalam diri Luhan justru jatuh berguguran seolah seseorang mencabut akar kebahagiaan itu dan membuatnya tak akan lagi tumbuh. Lubang kosong menganga lebar didasar hatinya.
Satu hari. Dua hari. Sampai akhirnya genap enam hari perempuan ini baru menemui dunia luar lagi.

Beristirahat sebentar dari dunia kerja, Luhan hanya mengurung diri merubah pribadinya menjadi lebih pendiam. Ia bagai hidup tapi tak hidup. Luhan berubah cukup drastis. Pipi putihnya kian tirus dan lingkar hitam di kedua mata indahnya juga makin terlihat jelas.

Selama enam hari juga Chanyeol harus tidur di lantai beralaskan karpet kecil didalam kamar Baekhyun setelah Luhan resmi menempati kamarnya. Tapi tak hanya Luhan, Chanyeol sendiri juga agak berubah banyak dan mengurangi kekonyolannya yang biasa. Keduanya mulai jarang berbicara apalagi bergurau seperti dulu. Luhan tahu Chanyeol sangat menyayangi dirinya dan semua yang pria itu putuskan adalah pilihan terbaik. Tapi yang Luhan sesalkan, Chanyeol tak pernah tahu bagaimana perasaannya saat ini.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang