Beautiful Sin

864 93 43
                                    

(Luhan)

Aku tahu aku bodoh karena memaksakan diri tetap memakai sepasang pakaian basah ini. Salahkan koper murahan itu yang tidak kedap air! Semua barang bawaanku basah sempurna. Bahkan ipod yang kubeli dari hasil tabunganku pun rusak.

Yang lebih tidak mungkin lagi adalah meminjam baju dari pria asing dengan kelakuan super tidak peka didepanku ini. Dia barusan bertanya apakah aku baik-baik saja. Ooh...untunglah jaket wol miliknya ini tebal! Setidaknya aku bisa menutupi dadaku dari kemeja putihku yang transparan dan basah.

Aku malu. Sangat malu! Xi Luhan, untuk apa kau meyakinkan diri kalau Sehun tak akan berbuat macam-macam padamu? Apa kau mengharapkan itu terjadi?!

Gila!

Tapi aku serius dengan ekspresi tawanya. Dia memang tampan. Dan semakin tampan jika tertawa seperti itu. Mungkinkah para model dan semua orang yang membicarakannya sudah pernah melihat senyum ini dan ikut terpesona? Seperti aku?

Eh? Aku?!

"Luhan?"

Dia memanggilku. Lirih dan lembut. Tidak, Luhan. Ingat. Kau sedang pura-pura tidur saat ini.

"Maaf membuatmu kehujanan. Kalau nanti kau kedinginan dan jaketku belum cukup tebal, ambilah sesuatu dari dalam ranselku. Ada beberapa sweater disana."

Benarkah? Aku boleh memakai semua bajumu yang wanginya sangat memabukkan ini?

Tidak! Tidak! Sebenarnya apa yang ada di kepalamu, Xi Luhan?! Ingat juga kalau dia yang sudah membuatmu basah kuyup dan kedinginan seperti ini!

Ya. Dingin.

Dia tidak tahu kalau sejak masuk ke kamar ini aku sedang berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak membuat gigi-gigiku bergemeletuk nyaring didepannya.
Tapi sialnya itulah yang sedang kulakukan sekarang. Entah sudah berapa lama aku seperti ini, aku juga tak tahu. Kepalaku pusing, bibirku membeku dan lidahku kelu. Aku bahkan tak bisa menggerakan satu jariku. Darah seperti tak mengalir. Kurasa benar apa yang seseorang ucapkan di telingaku ini. Kalau aku bisa mati karena hipotermia.

Siapa dia? Suaranya tegas tapi lembut. Aku pernah mendengarnya.

Sehun? Ya, itu suaranya. Apa yang sedang dia lakukan?

Dia memeriksa koperku? Untuk apa? Kenapa semua pakaianku dikeluarkan? Kenapa ia membuka jaket wol yang kupakai dengan kasar? Kenapa dia memandangi dadaku dengan wajah panik? DAN KENAPA SEKARANG TANGAN KEKARNYA BERUSAHA MELEPASKAN KANCING KEMEJAKU DENGAN TIDAK SABAR?

Oh, Tuhan...apa dia akan melanggar janjinya sendiri?

Chanyeol, dia tidak akan macam-macam pada tubuhku, kan?! Aku akan aman, kan?

Kurasa tidak. Karena sekarang aku tahu kalau Sehun sedang melucuti semua pakaianku. Dadaku terekspos terang-terangan. Pahaku juga. Tunggu. Tidak semua. Dia tidak melepaskan pakaian dalamku. Dia menyelimutiku lagi dengan jaket wol itu dan berbaring di sebelahku.

Sungguh. Aku sangat kedinginan. Aku tidak tahu kalau efek kehujanan dan memakai sepasang baju basah yang lembab itu akan membuatku berada diantara batas kesadaran. Sekarang aku bahkan tidak sadar kalau punggungku sudah melengkung menghadap sebuah dada bidang tanpa sehelai benang.

Dada bidang? Se...Sehun?!

"Luhan, maafkan aku..."

Maaf? Untuk apa? Apa maks- Oooh...Tuhan. Apa ini? Ini hangat. Sangat hangat!

Kulit putih pucat didepanku ini seperti makhluk berdarah panas. Sehun menarik tubuhku lebih dekat padanya. Menempelkan kulit kita berdua semakin erat bersentuhan.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang