Lady Luck

763 86 17
                                    

"Apapun yang mengganggumu, katakanlah padaku. Aku bukan orang lain, Lu. Aku bertanggung jawab penuh atas hidupmu sekarang."

TANGGUNG JAWAB!

Tolong ingatkan Luhan untuk menggarisbawahi juga kata sakti itu. Apa lagi yang harus dimiliki seorang calon suami kalau bukan tanggung jawab? Setidaknya jika seorang lelaki sudah mengeluarkan kata ini langsung dari bibirnya, maka dia bersedia untuk menanggung apapun. Dan untuk kasus Luhan, bukankah itu artinya kalau Sehun mau menerima keadaannya?

Tegas. Mapan. Bertanggung jawab. Bonus tampan untuk Sehun.

Dan kalimat yang ia ucapkan barusan itu mampu meluluhlantahkan wanita manapun. Belum lagi Sehun sudah melayangkan lamarannya. Perempuan mana yang akan menolak atau berpikir ulang? Mereka malah akan menjadi wanita paling beruntung!

Yah, mungkin hanya Luhan. Perempuan yang masih berada dalam dekapan hangat kekasihnya itu tak juga memejamkan mata walau Sehun sudah kembali terlelap. Dari puncak kepalanya ia bisa mendengar deru nafas teratur lelaki itu. Dadanya naik turun didepan mata.Kemudian, entah atas dorongan apa, Luhan beringsut semakin rapat sampai hidungnya bertemu dengan dagu Sehun dan satu lengan melingkari leher kokohnya. Sehun yang sudah dalam setengah perjalanan nyenyaknya, bergerak merengkuh tubuh Luhan erat-erat. Ia bisa merasakan memang ada sesuatu yang tengah dipikirkan oleh Luhan. Sikap Luhan aneh dan ganjil saat ini. Tapi sekalipun Sehun tak pernah memaksanya untuk bercerita.

"Tidurlah. Agar nanti kau tak mengantuk di kantor." bisiknya.

"Sehun..."

"Hmm..." sungguh letih suara Sehun yang terdengar.

"Aku mengganggu tidurmu terus, ya?" tanya Luhan polos.

Lelaki itu mendengus pelan. "Sudah tahu malah bertanya."

"Kau mengantuk?"

"Ck! Luhan...tidak lihat mataku berat begini? Beberapa jam lagi kita harus bekerja. Tidurlah."

Luhan lalu diam. Dan suara dengkur Sehun mulai terdengar lagi.Setidaknya selama lima detik suasana sempat hening sebelum Luhan menggerakan satu kakinya dan naasnya tanpa sengaja malah mengenai barang berharga milik Sehun cukup keras.

"Hmmppp!" susah mati Sehun menahan erangannya. Punggungnya bergelung kearah tubuh Luhan yang meringkuk.

"Kau kenapa?" tanya perempuan itu polos.

Tapi Sehun terlalu sibuk dengan 'bendanya'. Sekarang tangannya secara otomatis malah sudah terjulur kesana.

"Sehun? Ada yang sakit?"

"Sssshhh...ugghh!"

Lagi, lelaki itu menggertakan giginya karena dengan cueknya Luhan menurunkan lutut kanan dan mengenai lokasi itu untuk kedua kali. Apa Luhan tidak tahu kalau dia baru saja membangkitkan gairah pagi pria ini?

"Ya! Kau kenapa?!" suara Luhan berubah panik, "Dimana yang sakit? Katakan, cepat!"

"Luhannn..." Sehun mencoba berbicara ditengah derita. "Kalau kau tak bisa tidur, cobalah untuk diam. Oke? Sssshh...dan kumohon...ugh! Hati-hati menggerakan lututmu."

"Lutut? Kenapa dengan lututku? Kau yang sakit, tapi kenap-"

Mulut Luhan yang mungil itu menganga. Lampu pijar nampak menyala terang di kedua bola matanya sekarang. Dan ketika menurunkan pandangan ke arah bawah, wajah cantik yang sempat berubah sedih beberapa jam lalu itu mendadak terlihat masam. Akhirnya ia paham 'kesakitan' Sehun.

"Maaf. Aku lupa kalau lelaki punya 'penyakit pagi'." ujarnya.

Sehun mengangguk dengan mata tertutup. Dahinya sudah agak berkeringat.

Dear Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang