di vote yuk,
jangan nyinder!• t h a n k s • 16 •
Sudah dua hari ini Senja tak hadir ke sekolah. Jeno tau, saat ini Senja pasti sedang sendirian di rumah. Mengingat bahwa Senja dulu ditinggal berdua bersama Omanya. Dan sekarang, yang dilakukan gadis itu mungkin hanya terus menangis tanpa ingin berhenti.
"Jeno" panggil seseorang.
Jeno pun menoleh, melihat Jisung yang sedang mengatur nafasnya karena tadi dia barusan saja berlari.
"Kurang lama. Keburu ashar yang ada ini" gerutu Jeno, sembari memasangkan helm di kepalanya. Dan memang, bukan Jeno sendiri yang ingin berkunjung. Jisung lah yang mengajak karena lelaki itu ingin mengantar buku-buku latihan Senja yang dititipkan padanya.
"Sorry, Jen. Gue mendadak disuruh ke bandara karena bokap gue baru pulang dari Malaysia. Bukunya gue titip ke lo aja ya" Jisung memberikan lima buku bersampul coklat dengan Senja.
Jeno mengangguk, "Ya udah, sini" kata Jeno, menerima buku-buku Senja dan dibawa masuk ke dalam tasnya. Kemudian menyalakan mesin motornya untuk segera pergi mengunjungi rumah gadis itu.
"Sorry ya sekali lagi" ucap Jisung sesaat setelah Jeno melajukan motornya keluar wilayah sekolah. Lalu dia juga dengan cepat menaiki motor Scoopy abu-abu miliknya untuk segera bertemu dengan kasur kesayangan.
Ya gapapa lah bohong sekali-kali demi liat sahabat sendiri senang kan, ya?
✯✯✯
Sesampainya Jeno disana, ia mematikan mesin motornya. Lalu melepaskan helm dari kepalanya dan berjalan masuk menuju pekarangan rumah Senja.
Jeno mengetuk tiga kali sembari memberi salam. Namun tak ada sautan dari dalam. Dan yang Jeno rasakan, rumah Senja benar-benar sepi sunyi seperti tak ada penghuni. Lantas karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Jeno mengambil ponsel yang ada di sakunya. Menekan nomor teratas, berharap gadis itu akan segera mengangkat.
Tut...
"Halo?"
"Dimana? Gue ada di depan rumah lo sekarang"
"Pulang aja. Gue gak di rumah, Jen"
Jeno ragu, karena── suara gadis itu terdengar seperti sehabis menangis.
"Gue ada kepentingan sama lo. Jadi sekarang bilang ke gue, lo ada dimana?"
Senja terdiam sebentar. Tak ada sahutan, seperti gadis itu sedang memikirkan pilihannya.
"Lo pasti tau gue dimana kalo lagi pengen sendirian"
"Oke"
PIP!
Jeno pun bergegas menuju tempat yang ia pikirkan saat ini. Tak lama, Jeno pun sampai. Melihat gadis itu duduk bersimpuh di depan danau. Memang, saat Senja sedang bersedih, tujuan yang paling sering dia datangi adalah di sini. Di taman yang tak jauh dari rumahnya.
Jeno berjalan, mendekati gadis itu yang diam tak berekspresi. Sesekali tangan gadis itu ia mainkan di syal merah yang entah milik siapa.
"Senja" panggil Jeno, sembari memegang lembut bahu gadis itu.
Senja yang awalnya tak menyadari keberadaan Jeno, sedikit terkejut karena Jeno tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.
"Udah sampai?" kata Senja.
"Jangan melamun. Entar kerasukan" Jeno menjeda, melihat manik mata Senja yang sudah basah karena kemungkinan sehabis menangis, "Jangan sedih juga. Oma gak suka liat lo begini"
"I tried, but i can't". Air mata gadis itu kini mengalir lagi untuk yang kesekian kalinya.
Jeno diam, saat-saat ini seharusnya dialah yang menjadi penyemangat Senja. Mengingat bahwa ayahnya yang sibuk bekerja, dan ia menjadi tinggal sendirian di rumah.
Sekali lagi── Jeno membawa gadis itu ke dalam dekapan. Mengelus perlahan pundak gadis itu yang terasa bergetar karena menangis lagi.
"Gue disini mau bilang sama lo kalau semua bakal baik-baik aja. Dan mungkin sekarang lo masih ngerasa kehilangan. Gapapa, itu juga normal. Tapi gak baik kalau akhirnya terlalu dikenang" kata Jeno tanpa memasang ekspresi yang berarti. Dirinya sangat tau apa yang sedang dirasakan oleh Senja sekarang.
Tak terasa hari sudah berubah menjadi gelap. Setelah sholat maghrib, dan setelah selesai mengajak gadis itu makan untuk mengisi perut yang lapar. Jeno mengantar Senja pulang.
"Gue pulang. Lo jangan nangis lagi. Besok gue jemput" kata Jeno dengan nada yang sedikit memerintah.
"Iya. Hati-hati di jalan" Senja sedikit tersenyum. Lalu berniat pergi untuk masuk ke dalam rumah.
"Senja" tahan Jeno sebelum gadis itu benar-benar jauh dari keberadaannya.
Senja berbalik, "Ada yang mau dibilang?"
"Iya"
"Apa?" tanyanya cepat.
Jeno terdiam beberapa saat. Cukup satu yang menarik perhatiannya sekarang: iris mata milik Senja yang begitu indah.
"Kalo lo nangis, segera telepon gue. Biarkan kali ini gue yang pertama menjadi tempat keluh kesahnya lo"
tbc.
publish: 02/10/2020
revisi: 14/05/2021©imyourprincesssss
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKS ✔️
Fanfiction「 senja pacarnya. tapi bukan senja yang menjadi prioritas jeno 」 ; alternate universe ft. jeno bahasa non-baku status: completed written story by: © imyourprincesssss, 2020 ' highest rank ' #1 in leejeno, jenolee, jenonct, nctjeno...