Chapter 23

16.5K 2.4K 53
                                    

di vote dankomennya dear!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di vote dan
komennya dear!!

t h a n k s 23

Karena ujian kelulusan tinggal menghitung hari, anak-anak murid SMA Harapan Jaya sudah sepakat untuk foto-foto angkatan. Jadi ini adalah harinya. Di lapangan juga udah rame. Terlebih yang ikut foto itu semua jurusan gabung + guru-guru yang mengajar di kelas 12 + bapak kepala sekolah.

Akhir-akhir ini keadaan Senja sudah lebih baik dari sebelumnya. Kayak ya dia lebih ikhlas sama kejadian-kejadian buruk yang terjadi sama dirinya beberapa tempo lalu. Melupakan sedikit demi sedikit dibantu juga sama temen-temennya. Jisung, Ryujin sama Haechan banyak ngambil andil.

"Dih dibilangin senyumnya begini, Senja" kata Ryujin, sambil mempraktekkan cara senyum yang benar ke Senja. Pasalnya si Senja cuma senyum tipis, antara niat atau memang gak buat foto. Terik matahari mungkin menjadi alasan utama. Pelipisnya bahkan sudah berkeringat banyak.

"Gak usah teriak anjing, telinga Senja gak soak woy!" sarkas Haechan, hampir mengundang beberapa pasang mata karena ucapannya yang juga keras.

"Yee lo yang berisik jamal" balas Ryujin, tak mau kalah.

"Udah ya teman-teman. Ini gue senyum kok, oke udah" Senja menengahi, biar Ryujin sama Haechan itu gak kembali adu bacot di depan keramaian begini.

MALU WOY! Mana Senja yang jadi faktor penyebab adu bacotnya mereka.

Sibuk-sibuk menengahi Haechan sama Ryujin, secara gak sadar Jeno terus ngeliat interaksi Senja. Dia kangen, jujur. Perginya Senja dan putusnya hubungan mereka bikin Jeno jadi kangen dengan suara cerewetnya gadis itu. Berasa- berasa kayak ada potongan puzzle yang hilang secara tiba-tiba.

"Oke. Fotonya kita tunda dulu mengingat adzan dzuhur sebentar lagi berkumandang" celetuk pak Taeyong, yang kala ini menjabat sebagai kepala sekolah.

Habis diberi arahan, Senja ditarik sama Ryujin buat ke kantin. Si Ryujin minta ditemenin beli minum dulu baru ngambil wudhu. Gak kira-kira soalnya terik siang bolong itu sepanas apa. Ryujin berharap aja bagian baju di ketiaknya gak basah saking banyaknya keringat yang mengucur.

Tapi sebelum mereka menginjakkan kaki di tangga, suara seseorang membuat langkah mereka berhenti secara mendadak.

"Boleh kasih gue waktu buat ngomong berdua sama lo?"

•••

Senja mengikuti Jeno hingga sampai di rooftop sekolah, dengan Ryujin yang juga ngibrit di samping Senja. Keinginan Senja sih, dia juga gak mau ngobrol cuma berduaan saat adzan-adzan begini.

Sampainya mereka di sana, Ryujin sengaja ngambil tempat yang gak terlalu jauh. Lagian dia gak begitu penasaran. Soalnya masih panas juga dia ngeliat Jeno.

"Ngomong cepet. Keburu adzan" kata Senja, to the point.

Jeno mengelus tengkuknya, kebiasaan yang selalu ia lakukan saat lagi gugup. Emang situasi juga lagi mendukung banget apalagi rooftop sekolah lagi sepi cuma ada mereka berdua.

"Gue mau minta maaf" ujar Jeno, dengan suara yang lumayan lantang. Bahkan dari tempat berdirinya Ryujin masih bisa didengar jelas.

Senja diam beberapa saat, lalu menghembuskan nafasnya ke udara, "Gue udah gak mempermasalahkan itu lagi kok, Jen. Tapi tolong-" Senja menjeda, sengaja menggantung ucapannya, "Jangan pernah meminta maaf kalau lo masih ngelakuin hal yang sama"

Jeno bungkam, tak membalas perkataan gadis itu dan memilih diam. Seperti menyetujui ucapan yang barusan Senja lontarkan.

"Soal Alea---"

"Gue juga gak mau tau soal Alea. Udah cukup, gue cuma mau menjaga jarak dari kalian" kata Senja akhirnya. Tapi pikirannya mendadak ingat soal insiden beberapa hari yang lalu.

"Hari itu, makasih karena udah nolongin gue. Maaf karena udah ngerepotin lo"

"Gue gak merasa keberatan kok" Jeno tersenyum, senyum yang terlihat tulus di mata Senja.

"Jadi, cuma itu kan yang mau lo bilang?" tanya Senja. Jeno terdiam sebentar, seperti masih ada yang ingin lelaki itu ucapkan namum tertahan oleh keadaan.

"Yaudah gue pamit, mau sholat. Lo juga, jangan lupa sholat" pamit Senja berbalik.

Ketika Senja ingin berbalik dan cepat-cepat pergi dari sana, mendadak tubuhnya terdiam kaku. Saat dirinya mendengar jelas perkataan Jeno yang terucap begitu lantang.

"Gue kangen lo"

tbc.

revisi: 06/05/2021


©imyourprincesssss

THANKS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang