Chapter 11

16.2K 2.7K 47
                                    

di vote yuk,jangan nyinder!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di vote yuk,
jangan nyinder!

t h a n k s • 11 •

Hujan sudah mulai sedikit mereda, langit-langit hitam kini bermunculan. Menandakan bahwa sang malam akan segera hadir. Namun sudah hampir satu jam menunggu, detik-detik kemunculan Jeno pun belum tercium. Firasat buruk kembali tergeronggot, takut, jika memang ada yang terjadi. Handphone yang sedari tadi terus memanggil, juga sama sekali tak ada sahutan. Menambah kekhawatiran yang begitu kentara.

Setengah jam kembali terlewat, bahkan setelah gadis itu selesai sholat di masjid terdekat, jawabannya masih sama. Jeno belum terlihat. Mau tak mau membuat Senja memutuskan untuk menelepon si Jisung, sang sahabat.

"Ji, jemput gue please"

"..."

"Gue masih di mall dan gak tau mau pulang sama siapa. Mau pesen ojol tapi gue gak ada uang" jelasnya, sedikit keresahan. Dinginnya suasana malam begitu menusuk kulit tanpa permisi. Begitu pula dengan hatinya, kecewa. Janji yang diucapkan tak lagi bisa dipegang. Satu jam setengah bukanlah waktu yang sebentar, bukan?

"...."

"Makasih ya, Ji. Gue shareloc sekarang" imbuhnya, kemudian mengetik sesuatu dari handphone dan kembali terduduk. Kondisi jalanan lumayan sepi, mengingat hujan deras baru saja mereda. Hanya menyisakan rintikan kecil yang turun ke bumi.

"Serius lo udah kayak anak gembel tau" Jisung, yang baru saja memparkirkan motornya tertawa kencang. Melihat keadaan Senja yang sedikit basah di atas kepala.

"Lo kenapa bisa dah ditinggal Jeno padahal habis nge-timezone bareng, mana belum ganti baju lagi"

Refleks, Senja menatap tubuhnya. Rok abu-abunya menjadi tegang karena terkena air, rambutnya lepek dan kondisi muka yang mungkin berminyakan parah.

"Gak tau gue. Udahlah kita pulang aja, Oma bisa marah kalau liat gue belum pulang" kesalnya, menarik Jisung dan melesat memotong jalanan yang terbilang sepi.

Mungkin seharusnya memang ia tak perlu lagi berharap. Mau seberapa yakin rasa kepercayaan diri Jeno untuk berubah, kalau masih ada seseorang yang ia jadikan prioritas, itupun bukan dia, Senja bisa apa? Angannya hanya akan hancur oleh realita.

Sepulangan dirinya dan setelah berterima kasih kepada Jisung, ia masuk. Memeriksa kamar Oma nya yang berada di kamar depan. Tak enak hati jikalau mengganggu waktu tidur beliau karena kondisinya yang masih sakit, Senja jadi mengurungkan niat untuk bersapa karena pulang terlambat.

Soal Jeno, Senja juga gak mau ambil ribet. Toh dengan Jeno membawanya bermain di timezone dan memberinya gelang liontin, cukup membuatnya senang walau hanya dengan waktu singkat. Karena demi apapun, Senja juga masih merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

ting!

jeno

| dimana?

| rumah

| maaf
| aku lupa kalau harus jemput kamu

| ya, gue juga peka jen kalau gue gak berarti apa-apa buat lo
[delete]

| gapapa, santai aja
[send]

| gak usah pake aku-kamu juga, aneh

| hahaha iya, itu karena gue
   merasa bersalah banget, ja

| ya udah deh ya
| gue ngantuk pengen tidur

| eh sebentar

| hm?

| good night ( ◜‿◝ )♡

| gue seneng banget kalo lo bener-bener pengen berubah, jen
[delete]

| mm, too
[send]

tbc.

publish: 23/09/2020
revisi: 12/05/2021

©imyourprincesssss

THANKS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang