Chapter 19

15.5K 2.6K 91
                                    

di vote dankomennya dear !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di vote dan
komennya dear !!

t h a n k s 19

Seminggu sudah berlalu. Baik Senja maupun Jeno sama-sama tak saling menyapa, sekedar bertemu saja rasanya enggan. Hanya Jeno yang sibuk berusaha memperbaiki semuanya, sedangkan Senja yang sibuk berusaha untuk menjauh dari jangkauan Jeno.

Padahal kesempatan kedua baru saja ia beri, lalu alasan mengapa Jeno bisa dengan yakinnya ingin berubah malah terkuak tepat dihadapannya.

"Udah dong, Senja. Dimakan nasgornya, kasian tuh dikacangin mulu" celetuk Haechan, berusaha menyemangati Senja yang seharian ini tidak berselera makan.

"Gak laper, Chan. Lagian lo udah gue bilangin jangan dipesen malah dipesen" jawab Senja, menatap sayu ke arah nasi goreng yang sudah mendingin.

Beberapa centimeter dari posisinya, terlihat Jeno, yang baru saja masuk dan sengaja duduk di bangku kosong di sebelahnya. Senja bernafas jenuh, seharusnya ia tetep kekeuh berada di dalam kelas walaupun Haechan merengek sekalipun. Asalkan tidak bertemu Jeno, apapun Senja lakukan.

"Eh tau nggak? Gue kemarin liat kak Jeno sama kak Alea bertengkar hebat di halaman belakang. Gue dengernya sih, mereka ribut soal kak Senja" terdengar gosip dari salah satu adik kelasnya, yang duduknya juga tak terlalu jauh dari Senja.

"Udah nggak usah didengar. Lo makan ya" kali ini, Jisung yang berusaha menawari makanan. Mendekatkan nasi goreng yang sudah dingin dan teh es yang telah mencair.

Lalu secara tiba-tiba Alea muncul dari pintu kantin dengan tak luput melepaskan pandangan dari Jeno.

"Jeno!" bentak Alea, marah kepada Jeno. Entahlah, yang pasti Senja semakin malas dengan datangnya Alea ke kantin barusan.

Jeno tak menjawab. Hanya terus memandangi Senja yang sejak tadi menundukkan kepalanya. Jeno tau, bahwa Senja sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Jeno! Gue ada di depan lo. Lo nggak ngeliatin gue ya?!" sekali lagi Alea membentak.

"Gue mendadak buta karena ada lo di sini" sarkas Jeno, membuat para murid yang berada di kantin tak berhenti berbisik untuk membuat bahan gosipan.

Senja benci. Senja benci Jeno dan Alea. Terlebih lagi ia membenci kepada dirinya. Otak dan hatinya terus tak bisa bekerjasama. Lukanya kembali bertambah, tapi hatinya menyuruh untuk tak menyerah.

"JENO!"

BRAK!

Senja menggebrak meja dengan kuat. Sehingga semua atensi murid yang awalnya berada pada Alea dan juga Jeno terlarut memandangi Senja kemudian.

Senja berjalan ke samping, dimana letak keberadaan Jeno saat ini.

"Gue mau bicara sama lo" ujar Senja dengan tatapan yang kosong, wajah yang sedikit tirus, kantong mata yang sudah menghitam,  dan tak lupa bibir pink milik Senja kini berubah menjadi pucat.

Luka kehilangan seseorang yang dia sayang padahal belum juga menghilang, dan kali ini ia malah menambah luka yang begitu pedih pada Senja.

Jeno terhanyut. Ia tau bahwa dirinya lah yang membuat Senja menjadi sangat memprihatikan seperti sekarang. Senja berubah menjadi tak seceria kemarin. Luka yang dibuat Jeno benar-benar menimbulkan dampak yang besar ke diri Senja.

"Oke. Tapi nggak disini" balas Jeno, menarik Senja. Namun gadis itu tahan dengan kekuatan yang begitu lemah.

"Disini aja" lanjut Senja, pelan.

"Jeno! Gue juga mau ngomong sama lo! Dengerin gue, dengerin penjelasan gue!" gerutu Alea, tanpa memperdulikan kehadiran Senja di sampingnya.

"ALEA CUK──"

"Jeno Arkasana" potong Senja, sembari memandangi wajah Jeno yang selama ini telah menjadi titik perhatian favoritnya.

Memori itu kembali terputar. Saat bagaimana pertama kali ia bertemu dengannya. Saat bagaimana Jeno memperlihatkan senyum manisnya. Dan sekarang, tatapan itu, senyuman itu, perhatian itu kini sudah tak lagi menjadi milik Senja.

Seraya tersenyum sambil melepaskan gelang liontin pemberian Jeno. Senja berkata, membuat Jeno menatap tak percaya.

"Ayo kita putus"

Kali ini, biarkan Senja bertindak egois.

tbc.

revisi: 15/05/2021

©imyourprincesssss

THANKS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang