di vote yuk,
jangan nyinder!• t h a n k s • 12 •
Malam Minggu kali ini gak seperti malam biasanya. Biasanya Senja yang cuma rebahan, nge-rewatch film atau sekedar menyiapkan tugas yang terbengkalai─ dari setengah jam yang lalu Jeno mengajak Senja untuk jalan-jalan, katanya sih hitung-hitung sebagai permintaan maaf soal malam kemarin.
Senja awalnya nge-bug sebentar. Soalnya Jeno itu dulu tipe-tipe cowok yang jarang pengen ngajakin pacar sendiri keluar saat malmingan. Karena menurut Jeno, malmingan rasanya sama aja kayak malam-malam biasa, gak ada bedanya.
Senja sekali lagi merapikan rambutnya sembari menunggu Jeno yang mungkin sebentar lagi bakalan sampai ke rumah. Jeno sebenarnya tadi udah dijalan. Cuma adzan Isya' berkumandang, jadi Jeno mampir dulu ke mushola terdekat.
"Assalamualaikum" salam Jeno mengetuk. Senja yang tersadar, dengan cepat berlari dari kamarnya untuk membuka pintu.
Di depannya terpampang lah jelas wajah tampan Jeno, yang rambutnya agak sedikit panjang hampir menutupi mata. Plus dengan jaket kulit hitam yang selalu Jeno pakai kemana-mana. Kayaknya juga bisa Senja simpulkan kalau jaket kulit itu adalah jaket favoritnya Jeno.
"Kita langsung pergi aja, sebentar" Senja berlalu, mengambil sling bag yang senada dengan celananya yang tergeletak diatas sofa. Sambil juga sesekali kembali membenahi rambutnya.
"Oma kemana? Gue mau salim dulu sebelum pergi" katanya, sedikit celingak-celinguk melihat keadaan rumah.
"Oma lagi gak di rumah, Jen"
"Kemana?"
"Rumah tante. Soalnya Oma lagi sakit, karena gue sibuk sekolah terus ngurusin OSIS jadi Oma sama tante yang jagain" jelas Senja, buat Jeno mengangguk-angguk paham.
"Yaudah ayo, keburu kemaleman"
+++
Kini Senja dan Jeno sudah berada di pantai. Melihat laut dan mendengar suara ombak adalah hal yang paling disukai Jeno. Jadi ya, bisa dibilang Jeno itu juga bukan tipe-tipe cowok yang romantis. Jeno itu misterius.
"Kangen banget gue kesini" Jeno menghirup udara panjang sembari menghembuskannya ke udara. Memasokkan aroma asin laut ke dalam indera penciumannya.
Senja mengerutkan keningnya bingung, "Emangnya kapan terakhir kali kesini?"
"Tiga bulan yang lalu"
"Kenapa gak ngajak Alea kesini?" tanya Senja, basa-basi. Gak penasaran juga sebenarnya.
"Alea nya gak suka gue ajak kesini" imbuh Jeno cepat.
Senja mengangguk. Lalu mendudukkan diri di atas pasir pantai yang halus.
"Sebentar" halang Jeno. Mendadak buat Senja menghentikan pergerakannya dan menatap Jeno dengan keheranan.
"Dialas dulu biar gak kotor" Jeno lantas membuka jaket kulit hitam miliknya dan menghamparkannya di atas pasir yang tadi Senja duduki. Memberi space gadis itu untuk leluasa.
"Terus lo gimana?"
"Buat lo aja" jawab Jeno kemudian duduk diikuti Senja kemudian.
Detik berikutnya mereka hanya terdiam. Yang terdengar hanyalah deburan ombak yang terus memacu keras. Angin-angin yang bertiup kencang, membuat Senja menjadi kesusahan untuk menikmati pemandangan.
"Senja?" panggil Jeno, tiba-tiba.
"Hmm?" Senja menoleh, melihat Jeno yang sedang asik menatap ombak yang kini perlahan menghantam pelan.
"Kalau semua ini mimpi. Lo bakalan gimana? tanya Jeno, tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.
"Mimpi yang seperti apa menurut lo?"
"Seperti gue yang ada di samping lo saat ini"
Senja mengerutkan keningnya, pertanyaan yang Jeno layangkan sekarang terasa sangat janggal menurut Senja. Terlebih lagi dengan ekspresi tak tertebak yang ia tunjukkan.
"Ya walau bagaimanapun gue harus bangun. Gue gak boleh nge-stuck sama kebahagiaan yang cuma ada di dalam mimpi. Dan gue gak suka itu"
Jeno cuma mengangguk. Setelah itu suasana kembali mendadak hening seperti semula. Sedangkan tubuh mereka sedang menikmati sejuknya angin malam yang menusuk kulit.
"Kenapa? Kok mendadak nanya gitu?" Senja, membuka suara.
"Gak. Kalau ada sesuatu yang bakalan terjadi kedepannya, please jangan benci gue"
"Lo kenapa sih, Jen? Sakit?" Senja meletakkan punggung tangannya di kening Jeno. Bermaksud untuk memeriksa suhu tubuh lelaki ini panas atau tidak.
Jeno menepis pelan, "Gue baik-baik ajー"
Omongan Jeno terpotong karena dering ponselnya berbunyi. Jeno lantas mengeluarkan ponsel yang terletak di saku celananya.
"Gue tinggal sebentar gapapa ya?" pinta Jeno. Senja mengangguk pelan. Kemudian langkah Jeno perlahan menjauh dari sisinya.
Senja pun tak mau banyak bertanya. Karena Senja tau siapa yang sedang menelepon Jeno saat ini, malam-malam begini, disaat mereka sedang menikmati momen berduaan.
Dia gadis itu, gadis yang kemarin masih menjadi pengisi hari-harinya Jeno.
Gadis ituー Alea Moura.
tbc.
publish: 26/09/2020
revisi: 14/05/2021©imyourprincesssss
KAMU SEDANG MEMBACA
THANKS ✔️
Fanfiction「 senja pacarnya. tapi bukan senja yang menjadi prioritas jeno 」 ; alternate universe ft. jeno bahasa non-baku status: completed written story by: © imyourprincesssss, 2020 ' highest rank ' #1 in leejeno, jenolee, jenonct, nctjeno...