Chapter 17

15.4K 2.5K 189
                                    

kuy kasih bintangdulu sebelum baca:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kuy kasih bintang
dulu sebelum baca:)

t h a n k s • 17 •

Hari kemerdekaan tiba. Upacara telah usai beberapa menit yang lalu. Setelah diperbolehkan istirahat sebentar, Senja berlari menuju Jeno dengan membawa sebotol nu green tea di tangannya.

Jeno Arkasana── si ketua basket yang juga menjabat sebagai anggota paskibra itu sedang mengipas-ngipaskan wajahnya menggunakan peci. Melihat Jeno yang sedang memakai seragam paskibra seperti ini malah membuat jantungnya serasa gonjang sana gonjang sini. Terlebih lagi, Jeno itu tampan. Titik dan tak bisa diganti menjadi koma.

"Jeno!" panggil Senja dari kejauhan sembari berlari kecil dengan tangan yang terlambai ke atas.

"Gausah lari. Entar jatoh" timpal Jeno yang sekilas menggelengkan kepalanya.

Senja sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Senja yang sekarang malah sedang tersenyum lebar ke arahnya. Melupakan fakta bahwa sisi lain dari gadis itu semalam tengah menangis kencang di dalam dekapannya.

"Hehehe iya maaf" jawab Senja, menyodorkan minuman yang tadi ia beli pada Jeno. Lantas Jeno mengambil minuman tersebut dengan juga menerbitkan senyumannya.

"Gugup gak?" tanya Senja, memandang penuh haru.

"Apanya?"

"Tadi"

"Lumayan" jawab Jeno mengangguk, pertanda mengerti apa yang dimaksud oleh Senja barusan.

"Nanti pulang telat?" lanjut Jeno bertanya, setelah sekali lagi meneguk minuman tadi. Tanpa memandang ke arah Senja, hanya fokus pada suasana lapangan yang tengah ricuh oleh beberapa anggota OSIS yang sedang sibuk mengatur keadaan lapangan untuk memulai perlombaan.

"Iya. Kayaknya nanti lo langsung pulang aja"

Jeno menggeleng, "Gue tunggu nanti, gapapa"

Senja bersemu. Menahan dirinya agar tak tersenyum di depan Jeno. Senja senang, sangat senang. Pasalnya kali ini, kali ini bukan Alea lagi yang menjadi tempat berpulangnya Jeno. Bukan Alea lagi yang menjadi prioritas Jeno. Bukan Alea lagi lah yang diperhatikan oleh Jeno.

Kali ini, hanya ada Senja dan Jeno. Terdengar sedikit norak, tapi Senja suka.

Senja yang baru saja ingin menjawab, terurungkan oleh teriakan lantang dari Ryujin. Yang langsung mengkomando atensinya untuk melihat ke arah Ryujin.

"Woy! Pacaran bae, lomba udah mau dimulai ini" kata Ryujin teriak kuat.

"Iya. Gue otw kesana" jawab Senja tak kalah kuat.

"Yaudah, entar gue tunggu di gerbang. Bye" jawab Senja, berlalu meninggalkan Jeno.

✧\(>o<)ノ✧

"AYOO IPS 4 SEMANGAT!!!" teriakan para murid kelas 12 IPS 4 terdengar lantang. Dimana sekarang ini, perlombaan futsal antar kelas tengah dilaksanakan. Sangat ramai, terlebih kelas 12 IPS 4 lebih kebanyakan cewek. Jadi gak kebayang gimana berisiknya teriakan mereka sambil bawa-bawa galon untuk dijadikan gendang penyemangat.

Disaat Senja terus melihat ke arah Jeno yang juga ikut men-support kelasnya. Tiba-tiba saja, ia melihat Jeno ditarik paksa oleh Alea.

Senja sedikit tersentak, mau apalagi gadis itu?

Tanpa pikir panjang, Senja beranjak dari tempat untuk ikut menyusul mereka. Namun tangannya ditahan oleh Chenle, yang kala itu memang berada di sampingnya untuk mengamati kondisi perlombaan.

"Eh eh mau kemana?"

"Toilet, lima menit doang oke" lalu Senja berlari tanpa mendengar persetujuan Chenle. Mengikuti gerak Alea yang terus menarik Jeno hingga sampai di halaman belakang sekolah.

Setelah sedikit mengatur nafasnya yang tak karuan, Senja berhenti tak jauh dari keberadaan mereka. Berusaha mendengar pembicaraan mereka walaupun tak terlalu jelas terdengar.

"Gue liat lo makin lengket sama dia" ujar Alea, dengan nada yang terdengar menyindir. Tatapannya seolah mengartikan tak kesukaannya.

Dia? Maksudnya gue?

"Jadi?" balas Jeno, dingin. Manik matanya berubah tajam, mungkin tak suka dengan kesarkasan yang dilayangkan Alea.

"Ya gue gak suka. Dan lo harus tau itu" nada bicara Alea, menaik.

"Terima konsekuensi karena ini yang lo mau" jawab Jeno tak kalah sinis.

Senja mengerutkan keningnya, bingung. Itulah yang Senja rasakan saat ini. Sebenarnya ada rahasia apa yang sedang Jeno sembunyikan dari dirinya?

"Gue pengen lo berhenti. Udah cukup lo buat Senja kembali merasakan adanya seorang Jeno Arkasana disisinya. Sekarang lo harus putus sama Senja"

"Gue gak ngerti kenapa lo bersikukuh buat ngehancurin Senja. Lo beda, lo bukan Alea yang dulu gue kenal" balas Jeno dengan nada yang terdengar.... kecewa?

"Gue gak berbeda, Jen. Lo yang berbeda. Dulu lo bilang akan selalu ada sama gue. Tapi buktinya? Buktinya lo pacaran sama Senja"

"Gue akui kalau gue pernah bilang itu ke lo. Lo lupa kalau lo udah selingkuh dibelakang gue? Dan gue dengan bodohnya malah masih cinta sama lo yang jelas-jelas hanya memanfaatkan ketenaran gue" tohok Jeno, membuat Alea terbungkam secara mendadak.

Dirinya kelu. Tak menyanggah karena memang itu alasan dirinya masih ingin berdekatan dengan Jeno. Disukai oleh banyak orang.

"Dan gue mau berhenti. Gue mau berhenti ngelakuin dare lo yang terdengar gila untuk nyuruh gue ngedeketin Senja"

Tubuhnya membeku. Senja melebarkan kedua matanya tak percaya. Dirinya secara mendadak seperti terhantam oleh batu yang begitu besar.

"BRENGSEK!" umpat Senja yang terdengar begitu jelas di telinga keduanya. Membuat tatapan mereka kini menengok ke arah Senja yang sedang berlari menjauh.

Senja berlari. Meninggalkan mereka dengan tak luput menghapus air matanya yang terus terjun.

Kata-kata Alea barusan akhirnya menjawab semua pertanyaan yang terus mengakar di kepala Senja. Alasan kenapa Jeno tiba-tiba baik padanya. Alasan kenapa Jeno menganggap ini semua adalah mimpi.

Bahwa── perubahan secara mendadak oleh seorang Jeno Arkasana hanyalah karena sebuah dare.

tbc.

publish: 04/10/2020
revisi: 14/05/2021

©imyourprincesssss

THANKS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang