Chapter 22

16.8K 2.5K 65
                                    

di vote dankomennya dear!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

di vote dan
komennya dear!!

t h a n k s 22

jeno's side.

Suara petikan gitar yang sedang dimainkan oleh Renjun itu seketika lenyap. Matanya beralih menatap Jeno, yang sejak tadi terus saja menghembuskan nafas kasar tanpa berhenti di ujung sofa.

"Anjing, kenapa mendadak jadi diam-diaman begini, sih?" gerutu Jaemin, yang kala itu tiba-tiba berhenti memainkan game saat suasana rooftop mendadak sunyi. Hanya terdengar kicauan burung yang lewat dan helaan nafas dari Jeno.

"Lagian siapa suruh lo main terima dare yang diusul Alea. Putus kan lo!" decak Jaemin selanjutnya.

"Ya gue gak tau kalo Senja bakal lebih tau dulu, Jaem"

Mendengar titah dari Jeno, Jaemin langsung nge-geplak kepalanya Jeno kuat-kuat. Membuat sang korban yang dipukul meringis kesakitan.

"Apa sih sat"

"Lo yang apa, anjrit. Lo tau gimana waktu itu lo lebih milih pergi-pulang sama Alea? Dia cuma bisa ngeliat, njing" timpal Jaemin, si sahabat yang menjadi saksi bisu kebajingannya Jeno selama ini.

"Terus saat lo lebih menerima bekal dari Alea dibanding dia? Sekali lagi Senja cuma bisa diam dan gak memberontak. Tapi kemaren lo bener-bener parah, Jen. Lo malah deketin tuh cewek cuma sekedar buat memenuhi permintaannya Alea doang. Gak ngotak, bangsat" umpat Jaemin bertubi-tubi.

Sampai saat ini ia terus memendam apa yang juga ia ikut rasakan terhadap Senja. Tapi kali ini Jaemin benar-benar harus menyemprot Jeno yang terbilang cukup susah buat mendengar apa kata orang.

Jeno bungkam terdiam, bukannya tidak mau menjawab. Tapi yang dikatakan sama Jaemin itu seratus persen valid. Dia salah, menyakiti gadis itu dengan menjadikan Senja sebagai sebuah tantangan. Lalu kemudian, ia jatuh cinta pada Senja dan kini menginginkan gadis itu kembali.

Terdengar seperti bajingan bukan?

Renjun menghela nafas, sedikit prihatin dengan kondisi Jeno yang setiap hari gak fokus, buang nafas ngambil nafas doang. Udah kayak gak berguna hidupnya.

"Lo jadinya mau gimana sekarang?" Renjun menjeda dengan nada yang terdengar serius, "Kesempatan kedua? Kayaknya juga gak gampang untuk lo dapetin saat sikap lo udah terlalu kurang ajar" lanjut Renjun, sedikit memberi kata semangat yah- yang sebenarnya juga bukan sebagai bentuk penyemangat.

"Gue udah kayak gak punya muka, Jun, kalau mau minta kesempatan kedua buat dia" kata Jeno membalas.

"Nah tu tau" timpal Jaemin, lagi dan lagi.

"Ya intinya kalo lo masih pengen sama Senja. Jangan cuma hela nafas doang. Gentle, selayaknya gimana cowok beraksi. Tapi kalau emang gak bisa, yaudah pasrah aja" jawab Renjun.

"Contohnya?"

"Pikir sendirilah anjrit. Lo cowok apa bukan, sih?!"

"Yaudah gue cabut dulu" Jeno berdiri buat turun dari rooftop. Soalnya sekolah udah pada pulang. Kalo Jaemin sama Renjun sih emang lagi ada bisnis jadi stay terus di atas rooftop.

Habis ngambil tas dari kelas, Jeno melangkah menuju kelas Senja yang terbilang cukup jauh dari kelasnya dia. Sebenarnya jam pulang udah dari lima menit yang lalu, tapi dia mencoba dulu buat check ke kelasnya Senja. Mana tau gadis itu masih berada disana.

"Sung" panggil Jeno bisik-bisik, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling kelas.

Jisung yang merasa dipanggil pun menoleh, mendapati Jeno yang sedang berdiri di depan kelas sembari mengkode dirinya agar segera mendekat.

"Nyari Senja?" tanya Jisung to the point. Jisung mah udah hapal. Mana mau Jeno ke kelasnya kalau bukan sekedar buat nganter jemput Senja doang.

Selanjutnya, Jeno mengangguk, "Iya. Ada?"

Yang ditanya malah menggeleng, "Udah pulang barusan. Tapi mungkin belum keluar dari sekolah. Lo cari aja sana" suruhnya, menunjuk arah luar dengan dagunya yang terbilang runcing.

Jeno mengangguk, lagi. Lantas berlari mencari keberadaan Senja setelah say thank you sama Jisung.

Saat kedua matanya menangkap keberadaan Senja yang tak jauh dari tempatnya berada, gadis itu dihampiri oleh Chenle.

Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi yang pasti, detik berikutnya Senja dengan perlahan berjalan mendekat ke arah mobil Chenle. Dan setelah itu, Senja hilang dari pandangannya.

Ia tertarik kembali oleh realita bahwa── Senja bukanlah lagi miliknya.

tbc.

revisi: 22/05/2021

©imyourprincesssss

THANKS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang