Dua Hati | part 34

32 6 0
                                    

"Benar kata orang, cinta pertama akan selalu berkesan dan sulit dilupa. Berusaha untuk menghapuskannya pun itu bukan hak dari orang lain."

(Bima Surya Purnama)

_____________ 🍁_____________

"Apa jam 20.15??!!!!" Ujar Neira yang tersentak karena saat ini ia belum juga menemukan Bus Trans Jogja lewat atau angkutan umum. Akhirnya ia pun memesan ojek online untuk mengantarkannya menuju stasiun Jogja.

"Mba Neira?" Tanya pengemudi ojek online yang telah datang beberapa menit kemudian.

"Iya pak, ayo cepet kita ke stasiun. Saya buru-buru banget." Jawab Neira yang gugup sembari memakai pelindung kepala.

"Baik mba."


Motor ojek online tersebut melaju dengan kencang menuju stasiun dan Neira sampai di stasiun pukul 20.10. Ia hanya mempunyai waktu lima menit untuk menemui Rigel dan mengucapkan terimakasih bahkan selamat tinggal.

"Ini pak uangnya, ambil aja kembaliannya." Tutur Neira yang memberikan ongkos lebih dan langsung meninggalkan pengemudi ojek online tersebut.

"Iya mba, makasih banyak." Sambung pengemudi ojek tersebut yang masih heran dengan tingkah Neira.

"Ya ampun lima menit lagi, Kak Rigel mana ya." Batin Neira yang celingukan di tengah keramaian mencari Rigel. Kaki Neira melangkah entah kemana, yang jelas ia ingin berdiri di depan orang yang selama ini menyayanginya tersebut. Neira terus berlari ke sana dan ke mari dengan air mata yang tak tertahan, ia menangis seperti anak kecil yang ditinggal ibunya pergi.

Semesta menyusun rencana, Neira melihat sosok laki-laki dengan koper yang dibawa ditangannya menuju kereta yang telah berhenti. Ia melihat dari celah dinding yang membatasi bagian stasiun dalam dan luar.

"Kak Rigel, kak... Ini Adara Kak, kak berhenti." Teriak Neira sembari berlari. Kokohnya dinding tersebut rupanya membuat Rigel sama sekali tak mendengar suaranya.

"Permisi Pak, boleh saya masuk ke dalam sebentar saja." Pinta Neira pada petugas stasiun bagian pengecekan tiket dan kartu identitas.

"Maaf mba, tiket kereta dan kartu identitasnya silakan ditunjukkan." Jawab petugas tersebut dengan logat Jawa yang fasih.

"Sa... Saya ngga ada tiket, saya cuma mau ketemu seseorang di dalam pak. Sebentar lagi dia pergi, izinin saya masuk sebentar dua menit saja. Di... Dia berangkat kurang lima menit lagi pak, saya mohon." Rintih Neira dengan menyatukan kedua tangannya agar petugas tersebut luluh.

"Maaf mba, semua yang dilakukan disini harus sesuai dengan prosedur PT Kereta Api Indonesia, setiap orang yang hendak masuk ke dalam harus menunjukkan tiket dan kartu identitas." Sahut petugas yang kedua dengan sabar menghadapi Neira.

"Ta... Tapi Pak..."

"Ini kartu identitas saya Pak. Bima Surya Purnama, anak dari Pak Purnama. Apabila gadis ini berbuat macam-macam di dalam, nama baik keluarga saya yang menjadi taruhan." Ujar Bima yang tiba-tiba saja muncul di hadapan Neira dan kedua petugas.

"Bima..." Lirih Neira yang mendapat senyuman tulus dari Bima.

"Pak gimana, ini udah antre panjang. Bentar lagi keretanya berangkat."

"Iya gimana sih." Protes para penumpang lain yang berdiri untuk mendapat giliran pengecekan.

"Baik, silakan masuk ke dalam. Jangan berbuat onar dan ingat setelah orang itu pergi mba bisa keluar lewat pintu keluar di sebelah sana." Ujar Petugas tersebut sembari menunjuk arah.

Atap SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang