Berkabung | part 18

57 8 0
                                    

"Tentang takdir semesta yang tidak bisa diterka, takdir yang tak satu orang pun bisa mengetahui juga merubah keadaannya. Cukup menjalani dan merelakan dengan lapang dada tanpa bisa menolaknya."

(Neira Adara Kusuma)

_____________🍁____________

Hampir satu bulan Leon tidak menampakkan diri di sekolah. Biasanya ia paling sibuk dengan agenda organisasinya, hingga kini tak nampak batang hidungnya. Semua anak OSIS pun heran karena setiap rapat Leon tidak hadir, padahal  Leon yang memegang peranan penting di setiap kegiatan. Rumor beredar Leon pindah sekolah ke Jakarta. Entah mulut siapa yang pertama kali mengatakan itu dan menyebarkannya seantero sekolah.
Tak terkecuali Neira, ia bingung mencari keberadaan Leon untuk rapat pertanggung jawaban acara yang diadakan kemarin. Setiap hari Niera datang ke kelas XII MIA 1 untuk memastikan kehadiran Kak Leon, namun nihil hasilnya. Dan hari ini untuk kesekian kalinya ia pun berusaha menemukan Leon dan datang ke kelasnya.

"Kak Dito..." Panggil Neira pada laki-laki yang berdiri di depan pintu.

"Leon belom berangat Nei." Ujar Dito yang menebak kedatangan Neira ke kelasnya.

"Lagi? Udah berapa pekan dia ngga masuk kak?" Sambung Neira dengan nada cemasnya.

"Yaa gue juga ngga tau."

"Kakak ngga coba cek ke rumahnya?" Tanya Neira pada Dito, satu-satunya orang yang dekat dengan Leon.

"Kemaren udah, tapi semua rumah ditutup rapat Nei." Ucap Kak Dito yang juga mencemaskan keberadaan Leon.

"Duhh kenapa gini, kan jadinyaa khawatir.

" Ngapain repot-repot lo mikirin Leon yang ngga ada kabar, sampe nguber-nguber ngga jelas gitu lagi." Sambung Sintia yang mendekati Dito juga Neira dengan tatapan sinis.

"Apaan si lo, dateng-dateng nyamber kek petir." Bentak Dito yang sepertinya tidak suka dengan kehadiran Sintia.

"Bisa diem ngga, gue urusannya sama nii bocah. Bukan sama lo." Tatap Sintia pada Dito dengan tatapan tajam.

"Urusan dia urusan gue juga. Lagaian ngapain si lo dendam banget sama Neira? Apa dia pernah salah sama lo? Kesalahan apa coba?" Ujar Dito yang membuat suasana menjadi panas, tak biasanya Kak Sintia angkat bicara saat Neira ke kelasnya, namun sepertinya rasa cemburu dan bencinya pada Neira tidak bisa dipendam lagi.

"Dia udah ngrebut Leon dari gue Dit. Diem-duem dia udah deketin Leon sampe imbasnya gue yang dijauhin. Itu masalahnya." Teriak Sintia yang membuat seluruh pasang mata menatap mereka.

"Sekarang gue tanya, lo siapanya Leon? Nyokapnya? Pacarnya? Bukan kan? Jadi ngga ada hak lo buat cemburu sama perempuan manapun yang deket sama Leon. Bodoh banget sih, rasa yang tak terbalas malah cari kambing hitam." Caci Dito yang membuat Sintia semakin geram.

"Dit lo keterlaluan....."

"Cukup Kak, kalo kehadiran saya cuma bikin gaduh, saya minta maaf. Kak Dito makasih atas waktunya dan Kak Sintia, jujur saya sama Kak Leon tidak ada hubungan spesial hanya sekedar rekan organisasi. Perihal perasaan Kak Leon sama saya, itu bukan urusan saya termasuk kakak. Jadi jangan cuma saya yang dihakimi disini. Permisi." Pamit Neira yang sebelumnya memberi penegasan atas sikap Sintia padanya. Sementara Sintia hanya diam melihat kepergian Neira dari hadapannya.

Atap SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang