Kertas Putih | part 22

43 11 0
                                    

" Berbicara masa lalu tak akan pernah habis jika kita tak berusaha keras untuk mengikis. Cobalah untuk mengubur meski banyak kenangan yang tak terukur. Dan cobalah untuk mengikhlaskan, walau sekedar kata namun perlahan akan berubah menjadi tindakan nyata."

( Bima Surya Purnama)

____________ 🍁____________

Sudah seminggu lamanya sekolah melaksanakan rutinitas belajar seperti biasanya. Rumor kedekatan Bima dengan Neira pun sudah merebak ke seluruh penjuru sekolah. Banyak para siswa yang tak menyangka hubungan keduanya akan berakhir menjadi hubungan yang lebih dari sahabat, karena di mata para siswa Bima dan Neira sosok persahabatan yang menjadi panutan.
Bima dan Neira sendiri tidak terlalu mempermasalahkan para siswa yang membicarkannya, karena lambat laun berita itu kan tenggelam. Berbeda saat Neira digosipkan dengan alm. Leon dimana ia merasa cemas dan sekarang ia tak merasakan itu lagi, sebab Bima yang selalu memberi dorongan untuk belajar bersikap bodo amat pada hal yang memang harus dibodo amatkan.

Suasana kelas saat itu ramai sebab tidak ada guru yang mengisi, sepertinya semua guru sedang ada agenda sendiri yakni rapat yang diadakan di ruang guru, entah sedang membahas apa. Para siswa tak mempedulikan itu, yang pasti mereka bahagia saat jamkos tiba. Jamkos itu seperti momen langka yang bisa digunakan untuk tidur di kelas, bernyanyi sesuka hati, bergosip kesana kemari dan hal konyol yang mereka lakukan. Berbeda dengan Neira, ia lebih banyak menghabiskan waktu luang tersebut untuk membaca materi atau sekedar latihan soal. Baginya di kelas XII ini ia harus pandai memanfaatkan waktu, Bima pun menghargai itu.

"Bima." Panggil Neira yang mendekat menuju bangku belakang dengan ekspresi lelahnya dan duduk disebelah Bima.

"Kenapa Nei, kok lemes gitu kaya habis maraton aja." Ujar Bima yanh mencairkan suasana.

" laper, makan yo." Ajak Neira dengan wajah imutnya yang tak mungkin mendapat bantahan dari Bima.

"Emang udah istirahat ya?"

"5 menit lagi istirahat Bima." Rengek Neira seperti bocah.

"Berarti 5 menit lagi sayang. Sabar dong, ngga boleh ke kantin sebelum jam istirahat. Itukan yang sering kamu katakan." Tutur Bima yang mengacak-acak rambut Neira dengan gemas.

"Tapi cacingnya udah pada demo, ngga tahan."

"Hidih. Yaudah biar kamu lupa sama rasa laparnya, kita mainan yo." Ajak Bima yang mengeluarkan kartu UNO dari dalam tasnya.

"Wah main UNO. Ayo siapa takut. Btw kalo ada sidak kartu itu kena tau."

"Masa sih, Nei?" Tanya Bima dengan tatapan penasarannya.

"Iya Bima, makanya simpen yang bener." Sahut Neira yang mulai merebut kartu tersebut. Mereka berdua pun memainkan kartu tersebut sampai bel istirahat tiba.

"Udah bel Bim. Ayo buruan." Ajak Neira dengan memaksa dan menarik tangan Bima.

"Emang kalo udah laper kaya singa betina banget ya, agresif." Ledek Andra di samping tempat duduk Bima.

Atap SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang