Chapter 20 | Piano Berdarah

1 2 0
                                    

Sama halnya seperti ice cream kamu manis, tapi dingin.

- Jimy Roasren -

Selamat membaca cerita Beautiful Goodbye.

•••

Rayna berjalan di koridor sekolah dengan rasa tidak minat dan malas, begitu lelah hanya untuk memecahkan misteri kematian Mike.
Rayna bahkan tidak bisa hidup dengan tenang jika kematian Mike saja masih dalam lingkaran kebohongan.
Rayna duduk dibangku kelasnya tatapannya kosong tidak mendengarkan Sella yang terus mengajaknya berbicara hingga Pak Dodi masuk pun tatapan Rayna masih kosong.

"Selamat pagi anak-anak, pada pagi hari ini pak Dodi akan memberikan soal-soal yang tidak terlalu sulit untuk dikerjakan, maka dari itu silahkan pelajari materi kemarin,"

Desahan kecewa para siswa membuat Pak Dodi tersenyum lalu menatap Rayna yang sedari hanya melamun.

"Rayna Mischa, kamu dengar bapak kan?,"
Tanya pak Dodi. Otak Rayna sengaja dihidupkan 24/7, walaupun dia tengah melamun namun otaknya mampu merespon dengan cepat.

"Iya Pak,"
Rayna segera membuka bukunya dan membaca,  namun pikirannya masih tertuju pada Mike.

"Waktu belajar habis anak-anak, silahkan yang merasa absennya genap keluar,"

"Yah pak baru juga 5 menit belajarnya,"
Ucap siswa lain.

"Harusnya kemaren kamu berlajar kalo tau besok pelajaran saya, jadi anak-anak setiap pelajaran saya malemnya kalian harus belajar ya,"
Semua murid hanya menyiakan tanpa melaksanakan.

"Syukur absen gue genep,"
Sella yang sudah girang tidak jelas, sedangkan Rayna masih melamun.

"Na!, lo denger gue ngomong ga sih?"
Rayna menatap Sella, lalu menjawab pertanyaannya.

"Nanti gue, contekin."

"Ihh peka bangett sihhh,"

Tatapan Sella tertuju pada pintu kelas XI IPS 3, kenapa kelas itu ramai sekali?, perlahan seisi siswa keluar dan yang pertama keluar adalah siswa paling bobrok di Starhigh siapa lagi jika bukan Asren?, lalu disusul Rico, Yola, dan Nathan.

"Gabung sama mereka yuk!"
Sella menarik tangan Rayna, membawanya menuju kelas XI IPS 3.

"Eyy cok!"
Sella menyambut teman-temannya dengan tos ala pria, padahal dia wanita namun tos ala pria heran.

"Kalian ngapain diluar?"
Tanya Sella.

"Pak Dwi yang ngusir kita katanya terlalu berisik dia ga bisa konsentrasi ngoreksi ulangan kita,"
Jawab Yola.

"Semua yang disuruh keluar ya?"

"Iya,"

Asren menatap Rayna, dia hanya diam dan tetap membaca bukunya, Asren jadi canggung sendiri dia merasa bersalah karena minggu lalu dia ngadi-ngadi hamil anak Rayna.

"Eh kalian tau ga?, pabrik emilio?, pabrik boneka itu lho,"
Rico yang sekarang sedang berbicara.

"Kenapa?,"
Tanya Yola.

"Beneran ga tau?, pabriknya tutup,"

"Lho kabarnya aja tahun depan, gimana sih yang bener yang mana,"
Jawab Sella, jika sudah bergosip seperti ini dia melupakan segala, termasuk buku yang tadi dia bawa, entah dia letakan dimana.

"Hmm ga tau juga, mereka cuma bilang ga mau produksi lagi, dan ini udah nunjukin bahwa mereka bakalan tutupkan,"
Sella menyentil kepala Rico, sembari berteriak.

Beautiful Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang