Chapter 29 | Asren

0 2 5
                                    

Seandainya kemarin aku benar-benar pergi, aku tidak tahu apa sekarang jiwa yang mirip dengan Mike ini masih hidup atau sudah menyusul Mike di atas sana.

',- Rayna Mischa.

•••

Sepenuhnya Asren tidak tahu dengan apa yang dikatakan Thomas waktu itu hingga membuat Rayna menjadi seperti ini. Dia terlampaui santai setelah mengatakan ingin lepas dari keluarga Stanley, padahal saat ini saham perusahaan Thomas meroket namun Rayna malah melepaskan diri, kadang Asren yang nol besar tidak habis pikir dengan pemikiran orang-orang kaya.

Asren berjalan lalu duduk disamping Rayna, ya Rayna sekarang ada di Rumah Asren dia menginap dirumahnya.

"Tadi Papa nelpon, dia bilang gue harus balik,"
Ucap Rayna sambil tersenyum kearah Asren. Tadi Thomas memang menelpon Rayna dia mengatakan bahwa dia menyesal atas apa yang dia katakan kemarin, namun Rayna tetap pada pendiriannya dia tidak akan kembali kepada keluarga Stanley.

"Terus lo jawab apa?"
Tanya Asren. Asren itu sebenarnya baik dia berdoa agar Rayna kembali kepada keluarganya, seburuk apapun Thomas dia tetap Ayahnya.

"Gue bilang kalo gue bakal balik, tapi cuma ngambil barang-barang gue dan pergi."
Asren sedikit tercengang, jawaban Rayna tidak seperti espektasi.

"Naa, lo mau pergi kemana? Lo bisa hidup mandiri?"
Rayna menatap Asren, gadis dengan mata pandanya itu terlihat seperti sedang berpikir sedetik kemudian dia tersenyum dan menggeleng.

"Kan ada lo,"
Wajah Asren seketika memerah, Bisa-bisanya Rayna mengombal saat dirinya ingin menceramahi.

"Na kenapa?"
Tanya Asren seraya memberikan coklat panas yang dia bawa tadi, Rayna menerimanya.

"Kenapa apa?"
Tanya Rayna balik, dia bingung dengan pertanyaan ambigu Asren barusan.

"Kenapa mau sama gue?"
Pertanyaan Asren barusan membuat Rayna tersenyum kecil.

Rayna mengubah posisi duduknya dan menatap Asren seraya tersenyum manis kearah Asren.
"Karena lo mirip Mike," batin Rayna dalam hati.

"Eumm karena lo manis,"
Asren menyergitkan dahinya, dulu Nathan mengatakan bahwa Rayna menyukainya karena dia bermain piano waktu itu.

"Apanya?"
Tanya Asren lagi.

"Bibirnya,"
Ucap Rayna seraya tertawa kecil bersama Asren.

Asren menatap Rayna yang memakai sweater berwarna hijau daun dan celana trining berwarna hitam miliknya, Asren ingat saat malam tadi.

Pukul 03.55 dini hari

"Srennnn, bangunn."
Rayna berusaha mengerak-ngerakan tubuh Asren, namun Asren masih mendengkur dengan keras.

"Asren, ishh."
Rayna lebih kencang mengerak-ngerakan tubuh Asren, Asren sedikit menatap Rayna yang berada di depannya.

"Hnng? Kenapa Na? Mau tidur bareng? Sini,"
Ujar Asren dengan suara serak khas bangun tidurnya dia sedikit menggeser tubuhnya lalu menepuk-nepuk bagian kasur yang kosong.

"Srenn,"
Ucap Rayna yang sedikit menangis, memdengar itu Asren bergegas duduk walaupun matanya masih sedikit merem, Asren mencoba untuk menguasai diri sepenuhnya.

"Kenapa nangis?"
Rayna menahan tangisnya agar tidak pecah, pasalnya perut Rayna sekarang benar-benar sakit, Rayna duduk di sisi ranjang Asren dengan memegangi perutnya.

"Kenapa Na? Lo hamil?"
Celetuknya tiba-tiba membuat Rayna semakin keras memegangi perutnya.

"Ayo kita ke kamar mandi,"
Ajak Asren.

Beautiful Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang