Chapter 28 | Rumah Sakit

3 2 2
                                    

Terkadang kita memang butuh waktu untuk menulikan pendengaran sejenak dari bisingnya dunia yang seolah tak pernah memihak kepada kita.

•••

Asren berjalan di koridor sekolah dengan terburu-buru menuju lapangan bawah, namun langkahnya berhenti di depan ruang piano, Asren melihat Rayna dan Nathan tengah mengobrol, Asren memdekat ke arah pintu hendak bergabung dengan mereka, saat memegang knop pintu gerakannya terhenti ketika mendengar percakapan mereka.

"Penerbangan lo dicepetin jadi nanti malem?"
Suara Nathan yang pertama kali dia dengar, Rayna akan pergi? Bahkan dirinya saja tidak tahu jika Rayna akan pergi.

"Jangan beritahu Asren, Papa minta buat lepasin dia."
Kedua Rayna yang berbicara, lagi bahkan dia melarang Nathan untuk tidak memberitahunya, dan Thomas yang dulu seperti mendukung hubungan mereka kini menyuruh Rayna untuk melepaskan Asren.

"Temen-temen yang lain tahu?"
Asren masih mendengarkan tidak berniat menangganggu keduanya atau bertanya lebih lanjut kepada Rayna.

"Iya, kecuali Asren."
Hati kecil Asren menciut sekecil kacang, dia sedikit tersenyum mendengar percakapan Rayna, sekarang Asren merasa seperti orang yang tidak berguna sekarang.

"Kenapa lo ga kasih tau Asren aja sih Na?"
Asren masih penasaran dengan kalimat selanjutnya, dia tetap berdiri didepan pintu ruang musik dengan tangan yang masih memegang knop pintu.

"Gimana gue mau kasih tau Nath, gue ga bisa bayangin gimana perasaan dia nanti."
Kenapa harus seperti ini? bahkan Asren bisa menahan perasaannya dan menunggu  hingga Rayna pulang jika seandainya tidak pulang maka Asren yang akan menemui Rayna.

"Lo harus bisa ngasih tau kebenarannya Na,"

"Ga, gue udah punya rencana. Gue bakal pergi tanpa sepengetahuan dia dan beberapa bulan gue di Paris gue bakal kirim email kalo gue udah bahagia sama yang lain."
Bahkan Rayna sudah memiliki rencana untuk meninggalkannya.
Asren mendengarkan mereka sampai akhir hingga keduanya keluar dari ruang musik.

Asren keluar dari Starhigh dengan pikiran kacau, apakah selama ini Asren terlihat menyebalkan? Hingga Rayna ingin meninggalkannya.

Berjalan tidak tahu arah, hingga berhenti di suatu Pantai awalnya Asren hanya ingin menenangkan pikiran namun sesaat atensinya tertuju pada Pantai yang seakan mengajaknya untuk mengakhiri hidup.

Asren menghela nafas pelan sembari berjalan menuju pantai, melawan ombak yang menghantamnya berulang-ulang kali, sesekali menyeka air matanya.

Saat hampir sampai tengah-tengah laut Asren kehabisan tenaga sekaligus napas Asren hanya membiarkan tubuhnya terombang-ambing kesana-kemari.

"Asren,"
Netranya sekilas menatap Rayna yang menggapai kaki Asren, dilihatnya Rayna yang menangis tersedu-sedu. Dia sendiri yang akan meninggalkan Asren namun kenapa dia yang menangis seperti ini?

Saat tiba di tepian pantai, Rayna menepuk-nepuk panggung Asren keras hingga air yang ada di perut Asren keluar.

Uhuk..

Uhuk...

Uhuk..

"Sren,"
Panggil Rayna pelan, Bibirnya bergetar namum masih bisa memberikan senyuman terbaiknya untuk Asren.

"Kenapa lo lakuin itu Na?"
Tanya Asren, Rayna masih menangis seraya memeluknya erat. Rayna tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini, bayangan kematian Mike kembali muncul.

"Gue nemuin lo, gue ga telat."
Rayna menangis terisak-isak, dia tidak terlambat, dia menyelamatkan Asren.

"Maafin gue,"
Rayna menangkup wajah Asren, dilihatnya wajah pucat.

Beautiful Goodbye Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang