Ending

3.4K 219 21
                                    

Hi...

Lega rasanya bisa selesaikan cerita ini walaupun mungkin akhirnya gak sebagus dan sesuai dengan yang kalian harapkan...


terima kasih sudah mau luangin waktu untuk baca cerita ini, dan mohon maaf kalo masih banyak kurangnya...


this is the LAST PART...





Flashback


"I promise you... no one will work harder to make you happy or cherish you more than me...So... Lalisa, Please Grow old with me?"


Aku berharap ini adalah mimpi. Aku begitu syok dengan kata-kata yang baru saja Jiyong Oppa utarakan saat ini. Bukan, Bukan karena aku tidak menyukainya... —Aku hanya tidak menyangka akan mendengar itu darinya sekarang.


"Dengar, Aku tidak bisa berjanji bahwa kehidupan kita nanti hanya akan ada manis di dalamnya, di depan mungkin akan ada masa-masa sulit yang harus kita hadapi. Tapi aku berjanji kita akan melewatinya dengan baik, Aku yakin bisa...—karena kau yang mendampingiku."




Gerakan jemari tangannya terangkat untuk menghapus tetes demi tetes air mataku yang sudah membasahi pipi.


"will you?"


"Yes, I do! Hiks... —Ayo menikah sekarang, Oppa!"





Flashback End




🌼🌼


"Pumpkin?"


Suara lembut Jiyong Oppa terdengar kembali di telingaku. Perlahan-lahan ia merenggangkan pelukannya, memberi jarak atas rengkuhan di tubuhku. Aku masih belum berani menatapnya, terlalu malu dengan apa yang sudah kuungkapkan padanya. "Feeling better?" tanyanya lagi.




Aku kembali menarik nafasku, mencoba mengatur deru nafas yang masih memburu.


"Pumpkin... jawab aku, Sayang?" ia mendaratkan telapak tangannya yang hangat tepat di kedua sisi pipiku, memaksaku untuk bertatapan dengannya.




"Hehehe... Aku—." Aku menatapnya yang tengah menunduk, mensejajarkan mata kami.



"Putuskan, Kau ingin menangis atau tertawa sekarang?" Godanya karena melihatku yang berusaha tertawa dengan kondisi menahan air mata yang sebentar lagi akan kembali mengalir di pipiku.


Air mataku kembali turun tanpa bisa di tahan, Air mata karena lega dan bercampur bahagia. Aku tahu sekarang kenapa hati ini selalu menunggunya, walau tidak mudah namun penantianku akhirnya terjawab sudah. Aku yakin bahwa aku bukan menunda untuk melupakannya, melainkan karena ada hati yang tak mampu berdusta.













🌼🌼


Ayahku sudah berdiri menungguku di depan ruangan tempatku berada dengan menggenggam sebuah bunga putih; Aroma mawar, bunga jeruk dan daisy berpadu menambah kecantikan hand bouquet  tersebut. Di temani oleh ketiga saudariku yang sekaligus memberku; Jisoo, Jennie dan Rose yang terlihat cantik dengan bridesmaid dress berwarna pale yellow...—salah satu warna favoritku.

Mariam Batsashvili. —salah satu musisi terbaik yang berhasil dihadirkan di acara sakralku, mulai bermain piano di lantai bawah. Canon Pachelbel. Aku mulai terengah-engah.

"Tenang, Lice," kata Jisoo. Rose menoleh ke Jennie dengan gugup. "Dia tampak agak sakit. Menurutmu apakah dia akan berhasil?"

Suara alunan musiknya terdengar jauh sekali. Aku bahkan tidak bisa merasakan kakiku.

Strawberries and CigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang