Hari ini adalah tanggal keberangkatanku ke Thailand. Liburan sudah didepan mata. Rangkaian acara yang akan aku lakukan sudah menanti. Pagi ini Jul Oppa dengan sangat bersemangat menjemputku dan bercerita tentang segala persiapan yang ia bawa untuk berlibur bersamaku.
"Aku sudah di bandara. Oppa jadi ke tempat Teddy Oppa?"
"Hem, sehabis ini Oppa langsung kesana. Lisa-ya, jangan lama-lama disana,hem?"
"Oppa, aku saja belum sampai dan Oppa memintaku jangan lama-lama. Aku rindu keluargaku, Oppa."
"Mian. Bersenang-senanglah di sana. Jangan lupa beritahu Jul untuk selalu mengaktifkan nomornya. Dan pastikan ia selalu ikut denganmu kemanapun kamu pergi,hem?"
"Ne. Akan aku ingatkan Jul Oppa lagi."
"Ah- aku sudah merindukanmu."
"Hahaha, kau berlebihan Oppa. Aku juga akan merindukanmu."
"Bolehkah aku menyusulmu?"
"He? Jangan bercanda Oppa. Sudah dulu ya, aku sudah dipanggil untuk masuk ke pesawat. Nanti aku kabari lagi."
Pagi ini moodku masih tidak karuan karena kejadian semalam, kejadian yang membuatku urung untuk membahas hubunganku dengannya.
Flashback
Kiko.
Aku tahu siapa yang meneleponnya. Ia adalah Kiko, mantan kekasihnya. Untuk apa ia menelepon Jiyong Oppa? Apakah mereka masih saling berhubungan? Lalu mereka akan bertemu besok? Pikiranku sudah penuh dengan semua praduga. Bodohnya aku selama ini, Jiyong Oppa tetap saja seorang Gdragon. Seorang pria yang tidak akan bisa jauh dari wanita-wanita di sekelilingnya.
Perasaanku tidak bisa aku dideskripsikan lagi. Bukan lagi cemburu, bukan pula marah. Tapi lebih ke perasaan kalah? Aku tahu siapa diriku. Aku tidak bisa dibandingkan dengan mereka-mereka yang paham dan mengerti Jiyong Oppa luar dalam. Aku berada jauh di luar lingkarannya, dan sepertinya aku tidak pantas masuk kedalam lingkaran tersebut.
"Lisa, kita sudah sampai."
"Ah-Ne, maaf Oppa."
"Kau mengantuk? Apa mau dibatalkan saja acara malam ini?"
Batalkan? Setelah aku mempersiapkan hatiku untuk saat ini. Kenapa? Karena kau ingin menemui wanita itu,Oppa? Memang, setelah mendengar Jiyong Oppa menerima panggilan telepon darinya, aku berpura-pura tertidur di mobil. Emosiku sedang tidak karuan, dan aku tidak mau mempermalukan diriku yang seperti ini. Aku bisa menangis sekeras-kerasnya nanti, tapi tidak disini, tidak dihadapannya.
"Oppa mau membatalkannya? Kalau begitu aku telepon Jul Oppa untuk menjemputku, sebentar ya." Kuraih Hpku yang tersimpan didalam tas yang ada di pangkuanku.
"Siapa yang ingin membatalkan? Oppa sudah siapkan semuanya untuk malam ini. Oppa hanya kasihan kalau kau terlalu memaksakan diri disaat kau sudah letih seperti ini."
"Tidak. Aku tidak letih. Aku hanya mengantuk tadi. Mungkin karena terlalu banyak makan."
"Hem, Baiklah. Kalau begitu ayo masuk."
**
Rumah Jiyong Oppa bisa dikatakan lebih seperti museum seni, dibanding dengan sebuah tempat tinggal. Hampir semua dindingnya dipenuhi karya-karya lukisan yang aku tahu harganya tidak main-main. Banyak furniture berdesign unik yang juga memenuhi setiap sudut ruangannya. Aku berjalan mengelilingi apartmentnya, melihat-lihat beberapa lukisan dan pajangan unik yang menarik untukku.
Jiyong Oppa memberikanku segelas wine pada saat baru sampai tadi. Sambil menyesap pelan-pelan cairan tersebut, aku begitu menikmati semua yang tersaji disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
FanficIngatkah ketika kau mengajariku tentang takdir? Mengatakan semua ini akan pantas untuk ditunggu? Seperti malam itu, Ketika jari-jarimu berjalan di tanganku. Dan di hari - hari berikutnya, Aku masih bisa mencium bau pakaianmu. Aku selalu berharap se...