Prolog

77.6K 5.8K 244
                                    

"Duda sialan! Mentang-mentang jadi bos bisa seenak jidat ngasih lemburan segunung! Arrrrghhh," teriakku frustasi karena tumpukan kertas yang seakan tak ada habisnya.

Malam ini aku terpaksa membawa pulang laporan keuangan penjualan bulan ini karena tidak memungkinkan untuk mengerjakannya di Coffee Shop. Sudah jam 10 malam dan hujan lebat yang mengguyur kota.

Terkadang aku sangat kesal dengan Bosku yang bernama Sakti itu. Pria setengah tua yang sangat menyebalkan apabila berkunjung ke Cafe. Dia akan selalu mencari kesalahan semungil apapun pada anak buahnya itu dan imbasnya selalu aku yang kena getahnya karena sebagai kepala cabang. Ya nggak selalu sih, heheh. Tapi sering!

Seperti saat ini. Aku dihukum atas kesalahan orang lain dengan merekap sendiri semua laporan hari ini yang mana hari ini pembeli sangat banyak. Otomatis banyak pula datanya. Padahal biasanya ini akan dilakukan oleh pegawai yang shift pada hari itu bersama.

"Gue sumpahin tuh duda kesengsem setengah mati sama gue!" umpatku emosi sambil membanting polpen setelah menyelesaikan semua pekerjaan ini dan mengirimnya langsung ke surel milik pria itu.

Ting!

Bunyi pesan itu semakin membuatku murka saat tahu apa isinya.

Bos

Gitu dong jadi pegawai yang cekatan

Dia membalas pesanku melalui aplikasi pesan alih-alih membalas juga melalui surel. Dan lagipula itu mengapa aku merasa seperti sindiran ya?

Ya Pak

Kulihat dia sedang mengetikkan pesan yang sangat lama bahkan tandanya 'mengetik' muncul berkali-kali. Ciri-ciri orang bingung mau ngomong apa. Aku melihatnya saja sembari menyeringai. Sepertinya balik menjahili bos tidak salah juga kan. Toh, di luar lingkungan kerja ini.

Bos

Kalau sama pembeli juga begini?

Gimana Pak?

Cuek ketika membalas pesan

Oh tidak, pembeli adalah raja
Jadi sudah semestinya kita bersikap ramah agar pembeli tidak kabur

Kalau pembeli saja raja
Kalau saya apa?

Bapak kan bos saya

Sopan dong sama bos

Oh hehe iya pak maaf

Susah ngomong sama orang susah!

Mataku mendelik seketika saat dengan lugasnya dia mengataiku sebagai orang susah. Kalau aku susah memangnya kenapa? Sewot amat jadi bos.

Maaf Pak

Aku buru-buru mematikan data internet agar tidak usah membalas pesannya yang berpotensi untuk menaikkan kadar darah tinggiku. Bisa dipastikan pembicaraannya hanya menimbulkan emosi.

Setelah itu aku merapikan kamarku dan berjalan ke arah dapur untuk mencari sisa-sisa bahan makanan yang masih bisa dimasak saat cuaca buruk saat ini. Kusingkap sedikit cendela depan dan melihat rintikan hujan semakin deras membasahi tanah.

Jika di kampung, hujan ini bisa dipastikan merusak padi yang barusaja di tanam atau yang siap panen. Aku sedikit kasihan dengan mereka yang masih berteduh di teras teras ruko atau yang sedang menembus hujan agar cepat sampai rumah.

Berselang satu jam kemudian, aku yang sudah mager di kasur sambil baca novel tiba-tiba saja mendengar suara tangisan anak kecil sekelebat. Mataku seketika waspada dan langsung berjingkat dari kasur.

"Tuyul?" tanyaku pada diri sendiri.

Aku menelan ludah kasar saat mendengar suara itu semakin terdengar nyaring di telingaku. Nahasnya, sekarang aku sedang berada di kontrakan sendirian karena adikku sedang KKN. Kudapatkan ayat kursi sepanjang jalan mendekati suara itu. Hatiku gusar ketika suara itu berasal dari balik pintu depan.

Karena rasa penasaran juga semakin membumbung tinggi aku akhirnya mencoba membuka pintu dan seketika aku berjingkat kaget.

"Huaaaaa," tangis anak kecil dengan baju basah itu membuatku terkejut setengah mati.

"Eh eh, sayang. Kenapa bisa ada di sini?" tanyakj takut-takut. siapa tau itu tuyull yang lagi nyamar lagi. Tetapi dilihat dari baju dan kakinya yang nampak di tanah membuatnya ragu kalau itu hantu. Tapi, kalau bukan hantu lalu ini anak siapa yang nyasar di cuaca seperti ini?

"Mama?"

"Haaa?"

Dia tiba-tiba memeluk kaki begitu saja dan membuatku bisa merasakan tubuhnya yang dingin dan bergetar itu. Aku langsung bergerak menggendongnya dan memeluk tubuh yang ringkih itu.

"Mama, ayo cali Papa... Papa ilang," katanya sambil sesenggukan.

"Ad---adek siapa?"

"Huaaaaaaa, mama jahat!"

Aku? Dipanggil nama?

"Aduh, sayang. Cup cup cup."

"Ayo cali papa!!!!" teriaknya sambil menangis.

Mana nih Papanya?! Sembarangan mau ninggalin anaknya sendiri di rumah orang. Tak ada otak!

👨‍👦

yukkkkkkk ramaikan!

6 Oktober 2020

Baby Jo And His PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang