41

297 20 3
                                    

Happy reading...

Mereka kembali ke aktivitasnya seperti biasa.

Claude yang sibuk dengan pekerjaan 'raja' nya, yang didampingi oleh Felix.

Lily, Hanna, Seth dan para pelayan lainnya yang sibuk dengan istana dan para putri.

Jennete dan Lucas yang entah sedang melakukan apa, dan...

"Saya merasa terhormat, dapat minum teh bersama dengan anda di sore yang indah ini, tuan putri..."

"Kau terlalu melebih-lebihkan... dan juga, jangan terlalu formal kepadaku."

"Kalau itu yang tuan putri mau."

... Athanasia yang mengajak Ijekiel untuk minum teh bersama di kebun mawar miliknya.

"Oh iya, apa kabar paman putih baik-baik saja?"

"Ayahku baik-baik saja, bagaimana dengan Yang mulia?"

"Papa akhir-akhir ini agak sibuk, jadi aku jarang menemuinya, aku juga tidak ingin mengganggu."

"Lalu bagaimana dengan tuan putri sendiri?"

"Aku?" Ijekiel mengangguk.

"Aku baik-baik saja, seperti yang kau lihat," jawabnya sambil tersenyum.

Tersenyum tipis, Ijekiel sedikit terkekeh, "iya, padahal kita baru bertemu kemarin, tetapi anda semakin cantik."

"S-sudah kubilang, jangan melebih-melebihkan..." Athanasia terkekeh canggung dengan sedikit rona merah pada pipinya.

Mereka mulai menyesap minuman masing-masing.

Secangkir teh dengan beberapa camilan dan ditemani oleh berbagai bunga mawar yang mekar dengan indah membuat wangi harumnya menyebar ke sekitar.

Suasana sore hari yang hangat dan di temani oleh langit senja berwarna jingga yang tak kalah indah dengan bunga-bunga mawar tersebut.

Sangat menenangkan.

"Kebunnya sangat indah," ucap Ijekiel tiba-tiba.

"Iya, sangat indah. Aku lupa kalau mawarnya akan mekar hari ini," ujar Athanasia.

"Boleh saya berkeliling? Sepertinya akan menyenangkan berkeliling melihat-lihat bunga dari dekat."

"Tentu saja, kalau begitu akuakan menemanimu."

○●○

Athanasia Pov*

Ini merupakan pertemuan kedua kami. Aku dan Ijekiel.

Baru kemarin kami bertemu, dan aku kini mengundangnya lagi. Ya, walau hanya sekedar untuk minum teh bersama.

Dan sekarang, kami berada di salah satu kebun mawar milikku.

Ijekiel berjalan di dampingi olehku yang sedikit menjelaskan tentang mawar-mawar yang ditanam di kebunku ini.

Aroma bunga mawar yang harum, di terpa oleh angin membuatnya menyebar ke sekitar kebun.

Baunya yang harum ini selalu menjadi obat penenangku jika jenuh akan sesuatu.

"Cantik..."

"Benar kan? Bunga mawar memang sangat cantik walaupun masih berupa kuncup."

Ijekiel terdiam sambil menatap salah satu mawar merah didepannya itu.

Pandangannya tampak dalam.

"Iya... sangat cantik," katanya. Kala itu aku tidak tahu kalau yang diperhatikannya bukan bunga mawar yang berada dihadapannya, melainkan aku.

○●○

Author POV*

"Yang Mulia, apa tidak sebaiknya anda beristirahat?"

Claude menggeleng pelan, "tidak perlu, lagipula ini tinggal sedikit lagi."

Tentu saja dengan mendengar penolakan dari Sang Raja, Felix masih khawatir.

Bisa dibilang, keadaan Claude menurun. Ia jarang tidur dan jadwal makannya juga tidak teratur.

Claude memijit pelipisnya sambil memejamkan mata. Kepalanya pusing.

Lantaran masih khawatir, Felix menawarkan hal lainnya, "anda yakin? Bagaimana jika anda minum teh bersama tuan putri? Untuk menenangkan pikiran anda, walau sejenak."

Lelaki berambut kuning keemasan itu menatap Sang pengawal dan memikirkan apa yang baru saja ditawarkan olehnya.

"Minum teh... ya?"

"Papa!"

"Jika papa lelah, beristirahatlah... jangan memaksakan diri"

Suara Sang anak yang sudah lama tidak terdengar di telinganya, kini terngiang di kepalanya.

Entah kenapa, Claude jadi merasa... sedikit rindu?

Ia melihat ke arah keluar jendela, dan tanpa sengaja menemukan sesuatu yang benar-benar tidak terduga.

Mengepalkan tangannya perlahan, ia membuka mulutnya dan bersuara.

"Felix," panggilnya.

"Iya, Yang Mulia?"

"Siapkan semua yang diperlukan, jangan pakai lama. Lalu panggil mereka."

Tersenyum senang, Felix akhirnya mengangguk lalu membungkuk hormat, "baiklah, kalau begitu akan saya siapkan," kemudian pergi ke pintu, keluar dari ruangan dan memberitahu para pelayan untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan.

Sementara Felix dan para pelayan menyiapkan berbagai , Claude masih pada tempatnya. Tidak bergerak. Lalu melihat kembali keluar jendela.

Alisnya perlahan menukik membentuk kerutan disekitar dahinya.

"Anak itu..." kepalannya semakin kuat.

○●○

"Ada apa Felix?" tanya Athanasia mengetahui Felix menghampirinya.

"Maaf mengganggu waktu anda Tuan Putri, tetapi Yang Mulia memanggil anda."

"Eh? Papa memanggilku? Ada apa tiba-tiba?"

"Sepertinya Yang Mulia ingin menghabiskan waktunya bersama anda. Beliau tampak lelah, jadi saya sarankan untuk beristirahat"

"Begitu..."

"Beliau berkata kalau ia ingin menikmati teh sore ini dengan anda" lanjutnya.

Athanasia tersenyum simpul, "baiklah, aku segera menemuinya. Terima kasih, Felix" dan Kesatria bersurai merah itu menanggapinya dengan sedikit membungkuk hormat.

Gadis bersurai pirang keemasan itu berbalik, menghadap Ijekiel, "Maaf Ijekiel, tapi sepertinya cukup untuk hari ini, Papa memanggilku. Apa tidak masalah?"

Ijekiel masih dengan senyumnya yang menawan lalu menjawab, "Tentu saja, itu tidak apa-apa Tuan Putri"

"Terima kasih, lain kali akan kita lanjutkan ya?"

Lelaki tampan itu mengangguk, "kalau begitu saya menantikan undangan anda selanjutnya"

Athanasia tersenyum mengangguk lalu pergi bersama Felix menuju tempat Claude berada.


TBC

Cie nungguin:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUDDENLY I BECAME A PRINCESS ( DIFFERENT FAN FICTION )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang