Happy reading📖
***
Pagi ini dua insan sedang berada di mobil menuju ke kampus. Ica belum mau turun di kampus, ia tetap memilih turun di halte dekat kampus.
Seperti biasa Ica memasuki area fakultas, terlihat beberapa mahasiswa sudah memadati.
"Assalamualaikum, ukhty?" Salam Abel dari arah belakang.
"Waalaikumussalam. Abel berangkat ke kampus naik apa?" Tanya Ica.
"Dianterin sama supir." Ucap Abel.
Tidak terasa sudah sampai di kelas. Hari ini Ica hanya 1 mata kuliah.
"Oh ya, Bel. Kemarin kenapa gak ikut ke rumahnya Pak Ardi?" Ucap Ica karena tidak melihat Abel datang ke rumahnya.
"Kemarin ada acara keluarga. Gimana kemarin acaranya?" Tanya Abel.
"Seru. Abel nanti setelah mata kuliah selesai bisa bicara dulu nggak sebelum pulang?" Meminta waktu kepada Abel.
"Bisa. Memang mau ngomong apa?" Tanya Abel kepo.
"Nanti aja." Ucapan Ica kepotong karena sudah ada Dosen.
Dosen menjelaskan mengenai mata kuliah hari ini adalah Pak Dimas. Dimas yang merupakan sepupu dari Abel, tapi itu semua Abel tutupi.
Dimas memendam perasaan kepada Ica dari mulai masuk kelas yang pertama. Tapi Dimas belum berani mengutarakan perasaan nya. Abel sendiri sudah mengetahui bahwa sepupunya menyukai Ica sebelum Abel masuk kuliah.
Maka dari itu Abel berusaha mendekati Ica untuk mengetahui apa yang dia suka dan apa yang tidak di sukai. Abel sendiri nyaman berteman dengan Ica, yang memiliki sifat baik, sopan dan ramah.
Mata kuliah Pak Dimas sudah selesai.
"Abel, yuk ke kantin!" Ajak Ica.
"Yuk." Berjalan di samping Ica menuju ke kantin untuk mengisi tenaga.
"Mau pesan apa, Bel?" Tanya Ica.
"Samain aja, Ca!" Ica menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Pesanan mereka susah sampai, dan menikmati makanan yang sudah berada di depan mata sampai habis.
"Oh ya, Ca. Tadi mau ngomong apaan sih?" Tanya Abel meletakkan gelas.
"Kemarin kamu nggak datang ke rumah Pak Ardi, jadi sekarang aku mau jujur sama kamu," Obrolan mereka semakin serius.
"Kenapa?" Tanya Abel.
"Sebenarnya aku ini sudah menikah sama Pak Ardi. Dan kemarin saat acara di rumah Pak Ardi, kami memutuskan untuk berterus terang," Ucapan Ica membuat Abel tercengang.
Abel masih bingung bagaimana dengan Dimas. Abel takut jika harus bilang bahwa Ica sudah menikah karena selama ini Kak Dimas baru menemukan sesosok wanita yang bisa meluluhkan hatinya.
Apakah Abel tega dengan Kakaknya? Tapi kalau tidak dikasih tau sama aja Dimas mencintai istri orang.
Ica melihat Abel seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat.
"Abel kenapa?" Menyadarkan Abel dari pikiran yang membuatnya bingung.
"Ehhh...gak papa. Aku pulang duluan ya," Ijin pamit ke Ica.
Abel berlalu meninggalkan Ica sendiri.
"Abel kenapa ya?" Gumam Ica melihat punggung Abel semakin lama semakin menghilang.
***
Next chapter👉
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta bukan Wasiat
General FictionKehilangan seseorang bukan berarti kamu takut untuk melangkah ke depan. Jadikanlah masa lalu sebagai pelajaran. Jangan, sampai kamu ulangi kesalahan yang lalu untuk masa depan. Cobalah berubah demi kebaikan dirimu dan juga orang tersayang yang ada d...