Bab 1

14.6K 381 12
                                    

~NATE~

"Kalian tidak menginap di rumah ini dulu malam ini?", Albert Taylor atau yang kini resmi berstatus sebagai ayah mertuaku bertanya padaku.

"Tidak, Dad. Aku dan Anna akan langsung pulang ke rumah kami. Kami tidak ingin merepotkan kalian.", jawabku padanya.

"Kalian tidak merepotkan kami, Nate. Tapi, jika kalian memaksa untuk langsung pulang ke rumah kalian, kami mengerti. Kalian mungkin ingin menikmati momen pengantin baru kalian tanpa terganggu oleh siapapun.", kali ini Rose Taylor atau ibu mertuaku yang berkata padaku.

Aku tersenyum tipis mendengar ucapan ibu mertuaku.

"Mommy!", protes Anna pada ibunya. Mungkin dia malu mendengar ucapan ibunya soal pengantin baru. Wajahnya kini juga terlihat bersemu merah.

Kedua mertuaku tertawa melihat Anna yang protes.

"Baiklah. Kalau begitu, kami berangkat dulu.", aku berkata pada kedua mertuaku. Kemudian, aku beralih menatap Anna. "Ayo, Sayang. Kita berangkat.", ucapku pada Anna.

Anna tersenyum mengangguk padaku.

"Kami berangkat dulu, Mom, Dad.", Anna berkata pada kedua orang tuanya.

Setelah itu, kami berjalan keluar dari rumah orang tua Anna menuju ke mobilku. Aku akan membawa Anna pulang ke rumahku setelah siang tadi kami melangsungkan upacara pernikahan kami. Karena aku sudah tidak sabar ingin melancarkan aksiku untuk mulai membalaskan dendamku pada Anna dan keluarganya.

Benar. Siang tadi, aku baru saja menikahi Annastasia Taylor, putri semata wayang Albert Taylor. Aku menikahinya dengan tujuan untuk membalas dendam pada keluarganya, terutama pada ayahnya. Karena ayah Anna yang dulu telah membuat keluargaku hancur hingga aku dan keluargaku harus hidup dalam kemiskinan selama hampir lima tahun.

Aku masih ingat betul bagaimana rupa dan ekspresi ayah Anna saat mempermalukan ayahku. Saat itu, aku masih berusia sepuluh tahun. Pada saat itu, perusahaan ayahku sedang mengalami kebangkrutan. Lalu, ayahku berinisiatif untuk meminta bantuan pada sahabatnya, yaitu Mr. Taylor yang tidak lain adalah ayah Anna. Kebetulan, saat itu ayahku mengundang Mr. Taylor ke rumah kami untuk makan malam serta ingin mengutarakan niatnya untuk meminta bantuan pada Mr. Taylor. Ayah berencana ingin meminjam sejumlah uang pada Mr. Taylor untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang sedang dililit hutang.

Namun, bukannya bantuan yang diperoleh ayahku, justru hinaan yang diperolehnya. Mr. Taylor tidak mau meminjamkan uang pada ayahku. Bahkan, Mr. Taylor malah mengaku bahwa dia adalah dalang penyebab kebangkrutan di perusahaan ayahku. Saat itu, Mr. Taylor menjabat sebagai wakil direktur di perusahaan ayahku. Lalu, dia menggelapkan uang perusahaan dalam jumlah yang besar tanpa sepengetahuan ayahku. Hal itu menyebabkan perusahaan terus mengalami kerugian dan terlilit banyak hutang.

Mr. Taylor melakukan itu karena dia sakit hati saat orang-orang pemegang saham menunjuk ayahku sebagai direktur utama dan Mr. Taylor sebagai wakilnya. Mr. Taylor merasa bahwa dia yang lebih pantas menjabat sebagai direktur utama di perusahaan daripada ayahku.

Ketika Mr. Taylor mengatakan semua itu pada ayahku, aku menyaksikannya. Aku mengintip dan menguping pembicaraan mereka berdua. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana Mr. Taylor mempermalukan ayahku saat itu. Aku juga masih ingat bagaimana ekspresi Mr. Taylor yang tampak sangat arogan saat berbicara dengan ayahku. Setelah mengungkapkan perbuatannya itu, Mr. Taylor menyerahkan surat pengunduran dirinya pada ayahku. Dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan ayah yang hampir bangkrut dan memilih untuk membangun perusahaannya sendiri dengan uang perusahaan yang digelapkannya saat itu.

Walaupun Mr. Taylor telah mengatakan perbuatannya itu pada ayahku, ayahku tidak melaporkannya kepada polisi. Itu karena ayahku tidak memilik cukup bukti akan perbuatan yang dilakukan oleh Mr. Taylor pada perusahaann. Selain itu, ayahku juga sibuk menangani kekacauan di perusahaan akibat perbuatan Mr. Taylor. Karena perusahaan terlilit banyak hutang, ayahku mulai menjual aset keluarga kami satu per satu, termasuk rumah kami. Saat itu, kami sekeluarga harus hidup kekurangan selama bertahun-tahu.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang