Bab 3

4.6K 222 15
                                    

~NATE~

Aku tersenyum puas mengingat apa yang telah kulakukan pada Anna tadi pagi. Aku tidak menyangka bahwa akan semudah ini untuk menyiksa Anna. Dia terus menerus melakukan kesalahan sendiri sehingga aku tidak perlu repot-repot mencari alasan untuk menghukum dan menyiksanya.

Dan sekarang, aku baru saja pulang dari restoran untuk membeli sarapan karena tadi pagi aku membuang makanan yang telah dimasak oleh Anna untukku. Begitu sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam. Ketika hendak berjalan menaiki tangga, aku melihat Anna sedang membersihkan kekacauan yang kubuat di dapur tadi. Lalu, aku memutuskan untuk menghampirinya.

"Kau baru membereskan semua kekacauan ini sekarang? Padahal, aku sudah pergi sejak satu jam yang lalu hingga sekarang aku sudah kembali lagi ke rumah. Apa yang kau lakukan ketika aku keluar tadi? Apakah kau bersantai dan bermalas-malasan selama aku tidak ada di rumah?", aku bertanya kasar dan menuduh padanya.

Anna yang tadi menunduk dalam posisi jongkok karena sedang membereskan sisa sup yang tumpah, kini mendongak terkejut melihat kehadiranku. Wajahnya juga terlihat sembab dan matanya memerah. Sepertinya, dia baru saja menangis. Dan aku bersorak senang dalam hati ketika melihat keadaan Anna yang menyedihkan seperti ini.

"Maafkan aku, Nate. Aku baru membersihkan kekacauan ini sekarang karena tadi aku masih mengobati kulitku yang tadi terkena sup panas.", dia beralasan.

"Bohong! Kau pasti bermalasan-malasan ketika aku sedang tidak berada di rumah tadi. Dasar tidak berguna!", tuduhku padanya.

Anna hanya diam dan tidak membalas ucapanku. Lalu, dia melanjutkan kegiatannya membersihkan lantai dari sisa sup.

"Setelah selesai membereskan kekacauan ini, kau lanjutkan menyapu dan mengepel semua lantai di rumah ini.", perintahku padanya.

Anna kembali mendongak menatapku. Kini, tatapannya terlihat bingung.

"Bukankah selama ini kau memiliki asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumahmu ini, Nate?", Anna bertanya padaku.

"Tidak lagi. Aku sudah memecatnya. Untuk apa aku repot-repot membayar orang jika ada kau yang bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah di sini secara gratis?", aku menjawab pertanyaannya. "Mulai sekarang, kau yang harus mengerjakan semua pekerjaan rumah di sini. Kau harus mencuci, memasak dan melakukan semua pekerjaan rumah tangga di sini."

Anna menatap tidak percaya ke arahku.

"Aku ini istrimu, Nate. Tapi, kenapa kau malah memperlakukanku seperti seorang pembantu?", Anna bertanya dengan suara yang bergetar menahan tangis.

"Apa kau tidak ingat mengenai alasanku menikahimu, Anna? Aku menikahimu bukan untuk menjadikanmu sebagai istriku, melainkan untuk menjadikanmu sebagai budakku. Jadi, jangan pernah sekalipun kau berharap bahwa aku akan bersikap baik padamu.", aku menjeda kalimatku. "Kenapa? Apa kau tidak sanggup membayangkan bahwa kau yang akan melakukan semua pekerjaan di rumah ini? Oh, aku tahu. Kau pasti tidak sanggup karena kau sudah terbiasa hidup layaknya tuan putri di rumah orang tuamu dulu, bukan? Tapi, tenang saja. Mulai sekarang, aku yang akan mengajarimu bagaimana cara mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dan tidak lama kemudian, kau akan terbiasa melakukan itu semua.", aku berkata mengejeknya.

Anna meneteskan air matanya. Tapi, dia buru-buru menghapusnya.

"Berhentilah menangis, Anna. Dasar wanita cengeng.", peringatku yang mulai geram melihat Anna yang begitu mudahnya menangis. "Dan cepat bersihkan semua kekacauan ini. Aku tidak tahan melihat rumahku dalam keadaan kotor seperti ini.", perintahku lagi. Kemudian, aku meninggalkannya di ruang makan lalu berjalan menuju ke kamar.

***

Saat ini, sudah jam makan siang. Aku sedang berada di rumah karena aku memang masih cuti karena baru saja menikah. Dan sekarang, aku merasa lapar. Aku memutuskan untuk keluar kamar lalu menuju ke dapur untuk melihat apakah Anna sudah menyiapkan makan siang untukku.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang