~NATE~
Aku terbangun dan merasakan sesuatu yang berat menindih tanganku. Aku membuka mata lalu mengerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam mataku. Setelah itu, aku memperhatikan keadaan di sekelilingku. Aku mencium aroma obat yang pekat di ruangan ini. Ketika aku menoleh ke kiri, terdapat selang infus yang ujung jarumnya tertancap di pergelangan tangan kiriku. Kemudian, aku beralih menoleh ke arah kanan. Seketika, aku terkejut saat melihat seorang wanita sedang tidur dengan kepala disandarkan pada ranjang tempatku berbaring dan pipinya menindih sebagian jari tangan kananku. Dan wanita itu sangat mirip dengan Anna.
"Anna?", ucapku lirih dan spontan.
Seketika, wanita yang mirip Anna itu terbangun lalu membuka mata.
"Nate, kau sudah sadar?", wanita itu bertanya padaku.
Aku mengangguk. Kemudian, aku berusaha bangun dan wanita itu membantuku duduk di ranjang.
"Apakah kau Anna istriku?", aku bertanya pada wanita itu. Aku masih tidak percaya bahwa wanita yang ada di hadapanku ini benar-benar Anna.
Wanita itu tersenyum dan mengangguk.
"Ya. Aku Anna, Nate.", jawabnya.
Seketika, aku merasa lega dan bahagia saat mengetahui bahwa wanita di hadapanku ini adalah Anna. Sudah berminggu-minggu aku tidak melihatnya. Dan sekarang, Anna ada di hadapanku. Tanpa menunggu lama, aku langsung memeluknya.
"Anna, aku merindukanmu. Aku mohon jangan pergi lagi dariku, Anna. Aku tidak ingin berpisah darimu.", kataku dengan masih memeluknya. Dan aku juga mulai menangis.
Anna tidak membalas ucapanku. Namun, dia membalas pelukanku.
"Nate, kau sudah sadar?", suara ibu mengalihkan perhatianku.
Dengan posisi masih memeluk Anna, aku menoleh ke arah kanan. Kemudian, aku melihat orang tuaku dan orang tua Anna sedang berdiri dari sofa lalu berjalan menghampiriku di ranjang perawatan.
"Bagaimana keadaanmu, Nate?", ayah bertanya padaku.
Saat semua orang sudah berkerumun menghampiriku di ranjang perawatan, aku baru melepaskan pelukanku pada Anna.
"Aku merasa baik.", jawabku menatap semua orang sekilas lalu kembali menatap Anna. Kehadiran Anna lah yang membuatku merasa baik. Aku tidak merasakan sakit apapun di tubuhku karena terlalu senang akan hadirnya Anna di sini.
"Syukurlah kau sudah sadar dan merasa baik sekarang. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu.", kata Mrs. Taylor.
"Benar. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu. Kau sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari dua belas jam.", imbuh Mr. Taylor.
"Aku tidak sadarkan diri selama lebih dari dua belas jam?", tanyaku terkejut.
"Ya. Kau sudah tidak sadarkan diri selama itu.", Anna yang menjawab pertanyaanku.
"Kalau begitu, Daddy akan memanggil dokter untuk memeriksa keadaanmu.", kata ayahku lalu berjalan keluar dari ruang perawatanku.
***
Ini adalah hari ketiga aku dirawat di rumah sakit. Menurut dokter, keadaanku sudah cukup baik. Kadar alkohol dalam darahku sudah turun. Dan aku hanya perlu dirawat untuk menyembuhkan luka di kakiku akibat tertusuk pecahan botol minuman keras kemarin.
Sekarang, aku berada di dalam ruang perawatan dengan ditemani oleh Anna dan kedua orang tuaku. Sedangkan, orang tua Anna baru saja pulang karena Mr. Taylor harus menghadiri rapat penting di perusahaannya pagi ini. Tapi, sebelum pulang tadi mereka mengatakan bahwa mereka akan datang lagi nanti siang.
Beberapa saat kemudian, seorang perawat masuk ke dalam ruang perawatanku. Perawat itu membawa sebuah nampan yang berisi makanan untukku. Setelah meletakkan makanan di atas meja, perawat itu segera keluar dari ruang perawatanku.
Dan ibuku langsung mengambil nampan berisi makanan tadi lalu membawanya padaku.
"Nate, sekarang kau harus sarapan.", kata ibu lalu menyodorkan sesendok makanan ke depan mulutku.
Aku menggeleng.
"Aku tidak mau makan, Mom. Aku belum lapar.", kataku menolak suapan dari ibu.
Ibu menghembuskan napas lelah.
"Kau harus makan agar bisa segera minum obat, Nate.", tiba-tiba Anna berbicara padaku.
Aku menoleh ke arah Anna yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia terlihat segar karena baru saja mandi. Sekarang, Anna sedang berjalan ke arah sofa lalu memasukkan bajunya yang kotor ke dalam tas yang dibawanya saat menginap di rumah sakit.
Memang sejak aku dirawat di rumah sakit, selain orang tuaku, Anna dan orang tuanya juga ikut menginap dan menemaniku di sini. Bahkan, mereka juga ikut merawatku. Anna dan orang tuanya sangat baik. Apalagi, Anna. Dia begitu perhatian dan telaten merawatku yang sedang sakit saat ini.
"Anna, maukah kau menyuapiku?", aku mencoba mencari perhatian pada Anna.
Anna mengerutkan dahi dan menatapku heran.
"Aku akan makan jika kau yang menyuapiku.", imbuhku.
"Baiklah. Aku akan menyuapimu.", balas Anna.
Kemudian, Anna berjalan menghampiriku di ranjang lalu mengambil alih nampan berisi makanan yang sebelumnya dibawa oleh ibu. Sedangkan, ibuku berdiri dari kursi yang sebelumnya diduduki dan menyuruh Anna agar duduk di kursi tersebut. Selanjutnya, Anna menyendok makanan lalu menyodorkannya ke depan mulut. Aku tersenyum dan menerima suapan Anna dengan senang hati.
Selama menyuapiku, Anna tidak banyak berbicara. Hingga sekarang, aku sudah menghabiskan semangkuk makanan yang disuapkan oleh Anna. Setelah itu, Anna menyodorkan segelas air padaku. Aku menerima dan meminum setengahnya. Lalu, kuserahkan kembali gelas itu pada Anna.
"Anna, kami akan keluar untuk mencari sarapan. Apakah kau mau ikut?", ayahku mengajak Anna mencari sarapan.
"Tidak, Dad. Terimakasih. Kalian sarapan dulu saja. Aku akan sarapan nanti saat kalian sudah kembali. Jika kita semua keluar mencari sarapan, tidak ada yang menemani Nate di sini.", tolak Anna.
"Aku tidak apa-apa, Anna. Kau bisa keluar sebentar bersama Mommy dan Daddy untuk mencari sarapan.", aku berkata pada Anna.
Anna menggeleng.
"Tidak, Nate. Aku akan sarapan nanti saja setelah Mommy dan Daddy kembali.", tolaknya lagi.
Aku tersenyum pada Anna. Dan hatiku juga terenyuh saat melihat betapa perhatian dan pedulinya Anna padaku.
"Begini saja. Bagaimana jika kami membungkuskan makanan untukmu? Jadi, saat kami kembali nanti, kau bisa langsung sarapan tanpa harus keluar.", tawar ibuku.
"Boleh, Mom. Terimakasih.", Anna menerima tawaran ibuku.
Setelah itu, kedua orang tuaku berjalan keluar dari ruang perawatanku. Sehingga, sekarang hanya ada Anna dan aku di dalam ruangan ini. Dan tiba-tiba, ide untuk memanfaatkan kesempatan berdua dengan Anna ini terlintas di pikiranku.
Apakah sebaiknya aku memanfaatkan kesempatan ini? Ya, aku harus memanfaatkan kesempatan berdua ini dengan Anna. Sebelum kedua orang tuaku kembali dan mengganggu momen kebersamaan kami.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
RomantizmNathan (Nate) Hariss, pengusaha muda yang sangat sukses hingga membuat namanya masuk ke dalam daftar billionaire muda terkaya di Amerika. Lalu, secara tiba-tiba dia memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis bernama Annastasia (Anna) Taylor. Buka...