~ANNA~
Sudah lima hari Nate pergi ke San Fransisco. Dan sejak saat itu pula, aku merasa bisa sedikit bernapas lega karena tidak lagi mengalami kekerasan fisik olehnya. Walaupun begitu, Nate tetap melarangku pergi keluar rumah selama dia berada di San Fransisco. Aku menuruti ucapannya. Sehingga, selama lima hari ini kegiatanku hanya bersantai di rumah. Aku juga sengaja meliburkan diri dengan tidak melakukan pekerjaan rumah karena Nate tidak ada di sini.
Seperti yang saat ini sedang kulakukan. Aku sedang bersantai sambil menonton acara opera sabun favoritku di televisi sambil memakan snack yang kubeli di supermarket beberapa hari yang lalu. Ketika tengah sibuk memperhatikan acara di televisi, tiba-tiba aku mendengar suara bel pintu depan rumah. Aku langsung mematikan televisi di depanku dan bertanya-tanya dalam hati mengenai siapakah yang sedang bertamu saat ini.
Memang selama satu bulan lebih aku menikah dan tinggal di rumah Nate, aku belum pernah menerima seorang pun tamu di rumah ini. Itu karena Nate sangat menjaga privasinya. Sehingga, tidak banyak orang yang tahu alamat rumahnya. Hanya keluarga dan orang terdekat saja yang tahu alamat rumahnya. Dia sengaja tidak menyebarluaskan alamat rumahnya karena tidak ingin para wartawan mengikutinya sampai ke rumah. Hal itu sangat wajar mengingat Nate adalah salah satu billionaire muda terkaya di Amerika. Apalagi, dia juga berwajah sangat tampan. Jadi, tidak heran jika banyak wartawan atau mungkin penggemar yang mengikuti dan berusaha mengorek kehidupan pribadinya.
Sementara aku masih bertanya-tanya, bel di pintu depan rumah terus berbunyi. Aku memutuskan untuk bangun dari sofa di ruang televisi lalu berjalan menuju ke arah ruang tamu. Tapi, sebelum membuka pintu, aku lebih dulu mengintip melalui jendela untuk melihat siapa yang sedang bertamu. Aku harus memastikan bahwa orang yang sedang bertamu saat ini adalah orang yang kukenal. Karena aku sedang berada sendirian di rumah saat ini. Aku tidak ingin mengambil resiko jika ternyata orang yang bertamu adalah orang jahat.
Aku membuka sedikit gorden di jendela lalu mengintip siapa yang ada di depan pintu. Dan ternyata, orang yang sedang bertamu saat ini adalah ibuku. Aku buru-buru berjalan ke arah pintu lalu membukanya.
"Mommy...!!", aku berseru senang dan langsung memeluk ibuku.
"Anna...!", Ibu balas memelukku.
"Aku sangat merindukanmu, Mom.", aku berkata pada ibuku seraya memeluknya dengan erat. Dan tiba-tiba, aku merasa ingin menangis. Bahkan, air mata juga sudah menggenang di pelupuk mataku bersiap akan jatuh. Namun, aku buru-buru menguasai diri. Aku tidak ingin ibuku menyadari kesedihanku lalu curiga bahwa aku tidak bahagia menikah dengan Nate.
"Mommy juga merindukanmu, Sayang.", balas ibuku.
Aku masih terus memeluknya hingga beberapa saat kemudian. Ketika aku sudah cukup bisa menguasai diri agar tidak menangis, aku baru melepaskan pelukan kami.
"Ayo, Mom. Masuklah ke dalam.", aku mengajak ibuku masuk ke dalam rumah.
Ibuku mengangguk.
"Dimana Nate? Apakah dia sedang berada di kantor?", Ibu bertanya padaku tentang keberadaan Nate.
"Nate sedang berada di San Fransisco, Mom. Sudah lima hari dia berada di sana.", jawabku.
"Untuk apa Nate pergi di San Fransisco?", Ibu bertanya lagi.
"Dia pergi ke San Fransisco untuk urusan bisnis.", jawabku berbohong pada Ibu. Sebenarnya, aku tidak tahu untuk apa Nate pergi ke San Fransisco. Karena saat aku bertanya padanya beberapa hari yang lalu, dia tidak menjawab dan malah berkata ketus padaku.
Ibu mengangguk mengerti.
Aku dan ibuku sudah berada di ruang tamu. Dan sekarang, ibuku juga sudah duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
RomantikNathan (Nate) Hariss, pengusaha muda yang sangat sukses hingga membuat namanya masuk ke dalam daftar billionaire muda terkaya di Amerika. Lalu, secara tiba-tiba dia memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis bernama Annastasia (Anna) Taylor. Buka...