Bab 4

4.2K 210 8
                                    

~ANNA~

Aku hanya bisa menangis pasrah menerima segala perlakuan Nate padaku. Pagi ini, aku kembali membuatnya marah karena dia tidak cocok dengan rasa makanan yang aku masak untuknya. Bahkan, dia begitu kejam menghukumku dengan menyuapkan secara paksa nasi goreng itu ke dalam mulutku.

Sekarang, aku juga harus membersihkan sisa nasi goreng yang berserakan di lantai karena tadi Nate melemparkan mangkok berisi nasi goreng itu. Aku masih terus menangis sejak Nate pergi dari ruang makan dan berangkat ke kantor hingga sekarang aku sudah selesai membersihkan dapur dan ruang makan. Aku sangat sedih atas perlakuan Nate padaku.

Padahal, kami baru menikah selama seminggu. Tapi, perlakuan Nate padaku semakin hari semakin kejam. Apakah aku bisa bertahan dalam pernikahan ini bila Nate terus memperlakukanku dengan buruk seperti ini? Aku tidak yakin. Bagaimana cara agar aku bisa keluar dari lingkaran balas dendam Nate padaku ini? Aku tidak melihat adanya jalan keluar apapun agar aku bisa bebas dari Nate. Dan itu membuatku merasa sangat takut.

***

Sekarang, sudah jam lima sore. Aku sedang menunggu makanan yang aku pesan untuk makan malam Nate. Karena tadi pagi Nate berpesan agar aku tidak keluar rumah selama dia berada di kantor. Aku menurutinya. Aku tidak ingin membuat dia marah lalu kembali bersikap kejam padaku.

Beberapa menit kemudian, makanan pesananku sudah datang. Setelah selesai membayar makanan pada kurir, aku segera membawa makanan itu ke dapur. Aku mengeluarkan makanan itu dari bungkusnya lalu memindahkannya ke dalam piring. Begitu selesai memindahkan dan menyajikan semua makanan di atas meja makan, aku mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Aku berjalan dari dapur menuju ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang. Ternyata, itu mobil Nate. Aku berdiri di depan pintu rumah dan melihat Nate keluar dari dalam mobil. Aku menyambutnya dengan senyum ramah pada wajahku.

"Kau sudah pulang, Nate.", aku menyambutnya.

Nate tidak menjawab sambutanku. Dia hanya menatap dingin ke arahku sambil berjalan melewatiku begitu saja masuk ke dalam rumah.

Aku menyabarkan diriku dalam hati melihat sikap Nate yang sangat dingin padaku. Setelah Nate masuk ke dalam rumah, aku menutup dan mengunci pintu lalu berjalan mengikutinya. Begitu di dalam rumah, Nate langsung berjalan ke arah ruang makan.

"Tadi pagi, kau mengatakan padaku bahwa bahan makanan di kulkas sudah habis. Tapi, sekarang kau bisa menyiapkan semua makanan ini. Jangan-jangan, tadi pagi kau berbohong padaku hanya untuk mendapatkan izin dariku agar kau bisa keluar dari rumah?", Nate langsung berbicara menuduhku.

"Tidak, Nate. Aku tidak berbohong padamu. Bahan makanan di kulkas memang sudah habis. Semua makanan yang kusiapkan untukmu malam ini adalah makanan yang kupesan dari restoran yang ada di dekat sini.", aku menjelaskan padanya.

"Kau memesan makan? Kau bisa memasak. Tapi, kau malah memesan makanan. Kau pasti sangat malas memasak hingga memutuskan untuk memesan makanan. Benarkan? Seharusnya, kau berhemat dengan tidak memesan makanan seperti ini. Apa kau sengaja ingin menghambur-hamburkan uangku?", Nate bertanya marah dan menuduhku.

"Aku tidak malas memasak, Nate. Kau sendiri yang melarangku keluar rumah selama kau berada di kantor. Aku jadi tidak bisa berbelanja bahan makanan. Dan kau juga memintaku untuk menyiapkan makan malam saat kau sampai di rumah. Aku tidak  bisa memasak karena bahan makanan sudah habis. Jadi, aku memutuskan untuk memesan makanan. Aku sudah melakukan seperti apa yang kau katakan dan memenuhi permintaanmu. Tapi, kenapa kau terus mencari-cari kesalahanku?", aku berkata emosi padanya. Bahkan, tanpa sadar nada bicaraku juga meninggi.

Nate menamparku. Dia menamparku dengan sangat keras hingga aku merasakan sedikit darah keluar dari sudut bibirku.

"Diam! Kau sudah berani menentangku?", Nate berteriak marah padaku. Dia menatapku dengan mata berapi-api. Kemudian, dia menjambak rambutku lalu menyeretku berjalan dari ruang makan menuju ke pintu depan.

"Sakit, Nate.", aku mengeluh padanya karena Nate menjambak rambutku dengan sangat keras.

Nate tidak menganggapi keluhanku. Tapi, dia malah semakin mengencangkan cengkeraman tangannya pada rambutku. Aku hanya bisa merintih kesakitan karena Nate terus menjambakku. Begitu sampai di pintu depan, Nate membuka pintu lalu mendorongku dengan keras hingga aku jatuh tersungkur di teras rumah.

"Malam ini, kau tidur di luar. Ini adalah hukuman untukmu karena kau sudah berani menentangku.", Nate berkata tajam padaku.

Aku merangkak menahan kakinya.

"Aku minta maaf, Nate. Aku mohon jangan menghukumku seperti ini. Aku mohon maafkan aku.", aku memohon sambil memeluk kakinya.

Nate menghempaskan diriku dengan kakinya hingga aku melepaskan rangkulanku pada kakinya.

"Tidak. Aku akan membiarkan kau tidur di luar malam ini. Aku ingin memberimu pelajaran agar kau tidak berani menentangku lagi.", Nate berkata padaku. Kemudian, dia berjalan masuk ke dalam rumah.

Aku berusaha mengejarnya. Tapi, Nate sudah menutup dan mengunci pintunya dari dalam.

"Tolong buka pintunya, Nate. Aku mohon. Di luar sini sangat dingin. Aku mohon maafkan aku.", aku memohon sambil menangis bersandar di depan pintu. Namun, itu tidak ada gunanya. Nate tidak berubah pikiran. Dia tetap tidak membuka pintunya untukku.

Bahkan, tidak lama kemudian lampu di teras rumah juga padam. Sepertinya, Nate sengaja mematikan seluruh lampu di depan rumah mulai dari lampu teras hingga lampu-lampu taman yang menerangi halaman rumahnya. Sehingga, keadaan di sekilingku saat ini sangat gelap.

Aku sudah terkunci di depan rumah selama lebih dari satu jam. Kini, udara malam di sekitarku sudah semakin dingin. Ditambah dengan keadaan di luar yang sangat gelap. Dan itu membuatku merasa takut. Aku hanya bisa menangis menahan rasa dingin dan takut dalam gelapnya malam di teras depan rumah Nate. Aku berharap, tidak lama lagi Nate akan berubah pikiran lalu mengizinkanku masuk ke dalam rumah. Namun, hal itu tidak kunjung terjadi. Bahkan, sampai berjam-jam kemudian hingga sudah tengah malam, aku masih meringkuk menahan dingin di teras depan rumah. Nate benar-benar menghukumku. Dia bersikap sangat kejam padaku.

***

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang