Beberapa shuriken berhasil menancap dengan sempurna di papan kayu yang sudah menemani latihannya beberapa tahun yang lalu. Kini Ino sudah bernafas terengah, banyak keringat menetes dari tubuhnya. Di tengah sinar terik matahari itu Seorang Yamanaka Ino kini tengah mati matian mengasah kemampuan nya lagi.
'Tidak! Ini masih belum cukup'
Ino segera berlari menuju pepohonan maniki batangnya yang besar, meloncati beberapa dahan pohon dan langsung berbalik melemparkan kembali shuriken dan kunainya secara bersamaan. Tepat sasaran.
'Yosh! Sepertinya sekarang sudah cukup, aku akan melatih shintensin no jutsu ku'
Ino menatap papan yang sudah penuh dengan kunai dan shuriken tersebut dengan senyum puas. Kini ia menapakkan kaki jenjangnya turun dari pohon, matanya menangkap seekor landak yang sedang berjalan melewatinya. Dengan segera, ia menarik kedua tangannya tepat didepan wajahnya membentuk jutsu andalannya. Seperti terkena hentakan, tubuh Ino kini sudah terjatuh di tanah. Sedangkan landak itu hanya bisa menatapnya dan berjalan menuju tubuh Ino yang sudah jatuh terkapar begitu saja. Tak lama sebenarnya, kemudian tubuh Ino kembali menggeliat. Matanya terbuka perlahan dan mulai bangkit berdiri.
'Sepertinya ini juga tak begitu sulit, selanjutnya apa ya?' ia tengah berpikir. Sedangkan kakinya ia seret kembali menuju lapangan hijau tadi. Meninggalkan hutan rimbun ini. Setelah sampai pada lampangan hijaunya, Mata indahnya menangkap seorang Sai di depan sana yang sedang duduk di salah satu pohon yang sudah tumbang. Ia terlihat sedang menggambar sesuatu. Merasa penasaran, ia pun berjalan mendekat.
"Sai-kun" Ino mengeratkan kedua tangannya di belakang tubuhnya. Ia tersenyum manis.
"Oh, Ino? Apa yang kau lakukan disini?" Sai menatap wajah gadis di atasnya. Karna posisi Sai yang sedang duduk dan Ino sedang berdiri.
"Aku? Aku sedang latihan disini. Lihat?" Ino menunjuk kearah dimana Shuriken dan kunainya menancap. Sai pun mengikuti apa yang di tunjuk Ino.
"Begitu ya, maaf kalau aku mengganggu mu"
"Eh? Tidak kok santai saja~ kau sendiri? Kau sedang menggambar apa disini?" Ino ikut mendudukkan dirinya disebelah Sai. Melihat kearah gambar yang sedang ia lukis setengah jadi dipangkuannya itu.
"Tidak ada. Aku hanya sedang melukis gunung itu, yah anggap saja ini sebagai kegiatan di waktu luangku" Sai tersenyum.
"Begitu ya?" Ino terlihat menimbang sejenak. Tangannya ia gunakan untuk memegangi dagunya seolah sedang berpikir.
"Nah, bagaimana kalau kau membantu ku berlatih? Sai kan hebat... Kalau kau tak keberatan" Ino menatap lurus kedua mata onyx disebelahnya. Ia tersenyum tipis. Sai masih menatap lurus ke arah gunung didepannya. Tengah memikirkan sesuatu.
"Hm? Baiklah aku akan membantumu." Sai menengok ke arah Ino menatap langsung aquamarine nya. Sangat dekat, mungkin hanya 10 cm. Membuat wajah Ino seketika mulai memerah. Bukankah itu terlalu dekat?
Karena malu Ino segera mengalihkan pandangannya ke arah lain membuat mereka putus kontak. "Te-terima kasih, ya"
Sai hanya bisa tersenyum lagi melihat gelagat gadis disamping nya itu. Menggemaskan.
.
Sasuke berjalan menyusuri desa, di kanan dan kirinya ramai sekali toko meriah yang sedang buka ramai pengunjung. Tak heran banyak pula tatapan menyelidik dan tak suka yang orang orang perlihatkan kepadanya. Namun ia tak peduli.
Tujuan utamanya kini adalah rumah sang Uchiha. Tempat dimana pembantaian itu terjadi. Yang membuatnya berubah menjadi sesosok yang dingin dan terjerumus oleh kegelapan seperti dulu. Namun kini sepertinya dirinya sudah sadar akan perbuatannya. Dan berusaha melupakan masa lalu kelamnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」
Teen Fiction"Tunggu, apa? kenapa harus aku yang menjalankan misi ini Naruto?" "Kau lah satu satunya ninja yang memiliki jurus telepati, Ino. Kau carilah informasi sebanyak-banyaknya dengan kemampuan mu itu" "ya, aku tau tapi kenapa harus bersama UCHIHA SASUKE...