#05

1.2K 136 5
                                    

Putih...

Itulah yang menyelimuti pandangan sang Yamanaka. Ia sadar bahwa dirinya sedang mengambil alih tubuh lawannya. Ia mengedarkan mata indahnya keseluruh arah. Mencari dimana orang tersebut berada. Memang sangat nekat, namun mau bagaimana lagi? Ia tidak ingin Sasuke terus menyerang lawannya karena jika itu terjadi, maka keberadaan Sasuke akan semakin tidak diterima. Maka mau tidak mau ia harus menjelaskan secara rinci kepada orang ini. Setidaknya cukup 1 saja yang mendengarkan. Selebihnya ia berharap orang ini mau menyebarluaskan penjelasannya.

Mata indah aquamarine nya menangkap sesosok orang yang dicarinya. Ia pun berjalan mendekat, berdiri tepat di hadapannya. "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa maumu?" Lelaki tersebut menatap tajam kedalam bola mata Ino.

"Dengarkan aku dulu. Apa kau tak sadar jika perbuatan Sasuke itu sudah dimaafkan?" Ino memulai.

"Diam kau. Mau bagaimana pun dia tetaplah pembunuh yang tak dapat dimaafkan"

Ino terkekeh geli. Punggung tangannya ia gunakan untuk menutupi mulutnya.

"Kau pun juga seorang pembunuh kan? Kita sebagai seorang shinobipun pasti pernah membunuh walaupun itu cuma satu kan?"

"Tsk, bukan seperti itu mak-"

"Hanya saja yang membedakan kita semua dengan Sasuke adalah, ia sudah hampir rela mengorbankan nyawanya hanya untuk mengalahkan Kaguya dan Madara. Sedangkan kau? Aku tau kau hanya bisa berdiri dan bertarung dengan shinobi Edo Tensei. Begitu pula denganku. Sasuke, Naruto, Sakura, dan guru Kakashi, yang berjuang mati matian digaris depan hanya untuk menyelamatkan kehidupan shinobi yang akan mendatang." Ino menundukkan kepala pirangnya.

"Dan tanpa bantuan mereka, maka kita akan selalu meringkuk dalam kepompong menjijikan itu. Dan mati disana. Apa kau mau seperti itu? Percayalah, buka kedua matamu untuk Sasuke. Jangan pandang dia dengan sebelah mata. Percayakan dia kepadaku, jika dia sampai melukai sedikitpun warga desa ini aku yang akan menanggung resiko nya. Aku bersedia mengorbankan nyawa ku untuknya."

Laki laki didepannya kini tertegun dengan ucapan kunoichi tersebut. Ia membelalakan kedua matanya, bahkan kini tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

"Kau, kau tau apa kau tentang diriku? Jujur..." Ia menggantungkan kalimatnya membuat Ino mendongak kan kepalanya lagi.

"Aku bahkan tidak turun ke medan perang. Bahkan aku tidak menyentuh sekalipun Edo Tensei itu. Aku.... Hanya berada di desa ini" Suaranya terdengar lirih namun Ino masih bisa menangkapnya. Pernyataan itu membuat Ino menahan tawanya.

"Heh.... Lihat kau bahkan lebih rendah dariku. Aku kunoichi yang lemah saja ikut turun langsung melawan obito dan Edo Tensei lainya loh?" Ada nada sedikit mengejek yang Ino berikan. Tenang, Ino hanya ingin menggoda nya saja. Ia tidak serius dengan ucapannya.

"Apa?! Kau mengejekku?" Wajah lelaki tersebut kini sudah memerah karena malu dan marah.

Ino menghentikan tawanya. Ia menyeka air matanya kemudian menatap kembali laki laki didepannya itu.

"Tidak tidak, aku hanya bercanda. Aku yakin ada alasan lain kenapa kau tidak ikut turun perang. Aku percaya kau itu kuat sebenarnya." Ino memberikan senyumnya manis.

Membuat laki laki itu kini terkejut untuk yang kedua kalinya ia benar benar takjub dengan perkataan gadis di depan nya itu. Kini wajahnya kembali bersemu, entah karena alasan apa.

'Gadis ini.... Kenapa ia bisa berpikiran positif padaku?'

"Baiklah kalau begitu, kita sudah sepakat dengan keputusan ini kan?"

Laki laki itu mendekatkan tubuhnya ke gadis yang lebih kacil darinya tersebut. Membuat Ino mendongak kan kepalanya keatas untuk menatap langsung wajahnya.

𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang