#17

975 115 2
                                    

Mata aquamarine nya terpejam rapat. Bibirnya yang melengkung keatas menandakan bahwa ia sedang dalam mood yang baik saat ini.

Semilir angin sepoi sepoi membuat beberapa helai rambutnya membelai pelan wajah ayunya.

Tak ingin sendirian, kini angin ikut menerbangkan helaian rambut hitam lainnya. Membuat sebelah mata rinegan nya terlihat jelas dibalik poni hitamnya.

Di sore hari itu, dua shinobi konoha tengah berdiri menatap manisnya senja di atas jembatan merah. Setelah cukup lama berkeliling menyusuri perumahan, hutan, dan berakhir disini. Tidak ada percakapan, namun cukup membuat keduanya nyaman dalam suasana seperti ini.

Keduanya memilih untuk saling berdiam satu sama lain, menikmati langit senja didesa yang tenang seperti ini benar benar sangat nyaman. Walaupun ini tidak di desa tempat kelahirannya.

Saking heningnya sampai sampai hanya suara gemercik air sungai dan suara burung berkoak lah yang menemani kedua manusia berbeda gender itu.

"Aku jadi merindukan desa." Percakapan pertama Ino membuat Sasuke menolehkan wajahnya ke wanita yang lebih pendek darinya.

Onyx nya menatap rambut pirangnya sebentar lalu kembali menatap langit senja.
"Kita akan pulang besok"

"Besok? Bagaimana dengan misi ini?" Ino merasa tidak terima dengan keputusan Sasuke. Sudah jelas urusannya belum selesai disini. Menurutnya, bukan menurut Sasuke.

"Misinya sudah selesai. Kita tinggal kembali ke desa besok dan melaporkannya pada Naruto. Lalu biarkan  ini menjadi urusan mereka setelah itu. Karna mereka masih bungkam tidak ingin memberitahu apapun padaku kemarin"

Jeda sejenak untuknya mengambil nafas.

"Tidak masalah, asalkan Ren dan yang lainnya sudah bisa bebas sekarang. Aku juga sudah membawanya ke penjara ruang bawah tanah yang ada di desa ini"

Ino mengerutkan alisnya. Ini sama sekali tidak ada yang masuk dalam pikirannya. Ia benar benar bingung, mungkin ingatanya yang masih belum begitu pulih membuatnya menjadi linglung sepertu ini. Sasuke yang menyadari keanehan dari rekannya itu hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Kalau kau penasaran dengan apa yang terjadi kau bisa membaca pikiranku"

Ino menoleh tak percaya ke arah Sasuke. Membaca... Pikirannya? Apa ini tidak apa apa? Tapi memang ingatanya hanya sampai saat dirinya mengobati luka di perut Sasuke. Setelah itu ia tidak ingat apa apa lagi. Memang ada peningkatan sedikit sejak tadi pagi.

"Tidak apa apa buatmu? Aku merasa tidak enak" Ino mengusap lengannya lembut. Ia mengalihkan perhatiannya ke bawah sungai yang mengalir dengan tenang.

"Kalau tidak mau aku juga tidak masalah" Masih dengan wajah datarnya ia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari pemandangan indah didepannya.

"Jika tidak keberatan.... aku mau"

'Ini kesempatan mu untuk menyentuh Sasuke, jangan lewatkan kesempatan emas ini Ino!'

Jantungnya berdegup kencang, berterima kasihlah pada poni panjangnya yang sudah berhasil menutupi semburat merah diwajahnya. Walaupun tidak semuanya tertutup.

"Hn. Kalau begitu kita pulang sekarang" Sasuke berjalan memutar, ia meninggalkan Ino sendirian disana.

Tak ingin kalah, ia berlari kecil menyusul langkah Sasuke yang sudah cukup jauh itu. Meninggalkan jembatan merah yang sedari tadi setia menemani keduanya sejak tadi.

.

Sasuke dan Ino berjalan beriringan menyusuri ramai nya desa Kinyobu saat itu. Seperti biasa, para pedagang yang sudah bekerja keras sejak pagi itu kini sudah saatnya mereka untuk bertemu keluarga tercintanya di kediaman masing masing. Lampu lampu yang sedari awal mati, kini ikut membantu bulan menyinari jalanan gelap itu. Cahayanya yang berwarna warni menambah suasana yang tak kalah riuhnya dari pagi hari, membuat keadaan menjadi sangat meriah dan seru. Walaupun tak seluas desa Konoha tetapi kemeriahan nya cukup membuat Ino senang.

𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang