#10

997 125 5
                                    

Di siang hari yang tak begitu terik saat itu seharusnya bisa ia rasakan dengan tenang. Cuacanya pun juga indah jika saja kedua mata biru lautnya menatap pesona alam kala itu. Namun, karena keadaan berkata lain. Ino saat ini harus berjuang mati matian untuk menahan rasa sakitnya sendiri. Tanpa ingin berbagi kepada orang lain. Rasa sakit yang berlebih pada kepalanya itu membuat ia tak sadar beberapa menit yang lalu. Hingga ia kehilangan tenaga dan segalanya. Kini hanya kegelapan yang menelannya bulat bulat, tanpa belas kasih sama sekali.

Kedua mata onyx yang sedari tadi mengamati tubuh wanita yang tertidur lemah didepannya itu hanya bisa mengusap rambutnya kasar. Lagi lagi ia gagal melindunginya. Padahal ia sudah berjanji pada seseorang untuk selalu menjaganya. Tapi lihat hasilnya? Ia bahkan sudah hampir membahayakan nyawanya 2 kali. Dalam waktu yang berdekatan pula. Apa itu wajar untuknya selalu menepati janji?

Sasuke menghela nafas berat. Rambut hitam berbentuk seperti pantat ayam itu terbawa angin beberapa mili meter. Matanya yang kini mulai terpejam tak menghiraukan tatapan sebuah burung elang yang sedari tadi mengamatinya dari jauh.

Entah apa yang ada dipikirannya kali ini.

Mata hitamnya itu tak akan membuka sampai ia menangkap sebuah bunyi erangan pelan. Ia menatap secara langsung wanita yang kini sudah dipenuhi oleh keringat itu dalam wajah datarnya. Wanita itu terlihat menggeliat sebentar dibawah jubah hitam yang menyelimutinya, ekspresi nya yang terlihat kesakitan itu membuat beberapa pikiran menumpuk di kepalanya. Apa yang harus ia lakukan? Sasuke bukanlah ninja medis. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada kunoichi didepannya itu. Yang ia tahu hanya ini pasti ada hubungannya dengan lengannya yang terluka tadi.

Sasuke berjalan mendekat dan berjongkok didepan Ino saat ia tahu kedua aqua nya kini sudah membuka. Ino pun melakukan hal yang sama. Ia mendudukkan dirinya perlahan sedang kakinya lurus dan tangannya memegangi kepalanya yang dirasa sangat berat itu.

"Kau tak apa?"

"Hm. Sepertinya aku terkena racun saat Gin menyerangku tadi." Ino melirik ke lengannya yang diperban hitam.

"Apa aku harus mencari bunga Suisen lagi?"

"Um, kalau kau tak keberatan sih"

"Berapa yang harus kuambil?" Sasuke mulai berdiri. Ia memunggungi kunoichi itu namun matanya masih menatapnya dibalik bahunya.

"Tiga. Aku hanya butuh tiga. Dan kalau bisa sekalian dengan kantung plastik" Ino menatap penuh harap kepada Sasuke.

"Hn. Aku pergi dulu" Tanpa menunggu jawaban yang Ino berikan, Sasuke segera melesat pergi jauh dari pandangan nya. Seperti sebuah kilatan petir, ia langsung hilang entah kemana. Ino hanya bisa tersenyum miris.

'Lagi lagi aku terlihat lemah. Hanya bisa menatap punggungnya dari belakang terus menerus. benar benar menyedihkan'  kedua lututnya ia tekuk menempel badanya. Kepala pirangnya ia taruh diatas kedua lututnya. Ia merasa benar benar tidak berguna saat ini.

Apa yang harus ia lakukan? Ia memang akan terlihat lemah tanpa adanya Shikamaru dan Choji yang tidak membantu nya menjalankan misi. Kerjasama team 10 memang paling bagus diantara team lain. Seharusnya Ino bisa tau itu. Tapi apa jadinya jika ia terpisah dari clan Nara dan Akimichi itu? Sedangkan ia disatukan oleh clan Uchiha yang notabene dingin dan tidak pernah mau diajak kerjasama itu. Ia seperti benar benar kehilangan cara bertarungnya. Apalagi sifat dingin Sasuke yang membuatnya tak bisa banyak bicara hanya untuk menyusun rencana. Semua rencana pasti Sasuke lah yang menentukan. Bertarung pun demikian, lalu apa fungsinya dia disini?

Ino menghela nafas panjang. Tangannya ia gunakan untuk meremas liontin yang menggantung di depan dadanya. Ia baru saja akan menangis meratapi nasibnya jika saja sebuah tangan tidak menyentuh pundaknya yang tidak tertutup kain itu. Membuatnya kembali mendongak kan kepala pirangnya. Ia menatap wajah datar Sasuke yang saat ini sudah ada didepannya. Ia menggenggam 3 bunga Suisen di salah satu tangannya.

𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang