Ino menyandarkan punggungnya pada tembok kamar dibelakangnya, mata aqua nya menatap jauh langit malam desa Konoha yang bersedia menghiburnya kala itu.
Tangannya yang saling bertautan memeras pelan kedua lututnya. Matanya kembali terpejam.
'Dia selalu datang dengan memberi harapan, bodohnya aku yang mau menerima dengan penuh harap. Dan seiring dengan berjalannya waktu, semua berubah secara perlahan.'
Hembusan angin sejuk yang tak sengaja mampir ke ruangannya membuat beberapa helai rambut pirangnya terbang terbawa angin. Tidak ada kah hembusan angin tersebut yang membawa harapan kecil bagi kehidupan cintanya yang rumit?
Ino menundukkan kepalanya menyentuh kedua pucuk lututnya. Perasaannya yang semakin pahit akan ditelan kegelapan membuatnya tersiksa secara mental dan batin.
Begitu menyesakkan saat diingat kembali. Begitu pahit saat berusaha melupakan.
Itulah yang membuatnya menjadi gadis yang menyedihkan seperti ini.
Tok tok
"Hime?" Suara bak malaikat yang berhasil membangunkannya dari pemikiran buruknya membuat kepala pirangnya kembali mendongak. Berusaha mengatur kembali nafasnya yang dirasa kurang mengenakan di paru parunya, Ino berdeham sebentar untuk mengontrol emosi nya.
Perlahan, ia menjatuhkan sebelah kaki jenjangnya dari atas ranjang, menginjak lantai sedingin es itu dengan wajahnya yang getir. Begitu dingin, sampai membuat bulu kuduk nya berdiri dalam sekejap. Namun tidak menjadi penghalang untuknya bertemu dengan sang ibu, dengan segenap hati ia membuka pintu kamarnya lebar lebar. "Ya okaa-san, ada apa?" Kini si pirang sudah berhasil memasang topengnya kembali. Ia tersenyum manis membuat ibunya juga ikut tertular akan senyumnya.
"Ada seseorang yang mencarimu dibawah sana."
Alis pirangnya saling bertautan, "siapa?" Sambil menata rambutnya yang sedikit berantakan, ia melangkah keluar kamar mengekor ibunya.
"Sudahlah temui saja dulu. Dia sepertinya sangat ingin bertemu denganmu" Perlahan tangan lembutnya menyentuh pintu kaca didepannya, dan mendorongnya keluar. Tubuhnya yang menghalangi pemandangan putrinya untuk melihat tamu pentingnya malam itu ia geser ke sebelah kiri dan berbalik menaiki anak tangga. Meninggalkan sang gadis Yamanaka yang berhasil melihat tamunya dengan sempurna dan utuh.
Ia terlonjak kaget, saking kagetnya sampai jantungnya hampir saja copot. Bahkan mulutnya pun sampai menganga melihat sesosok orang yang sudah berhasil menghancurkan hidupnya itu kini tengah menatapnya datar.
"Sasuke?" Berusaha menormalkan detak jantungnya, Ino menatap tajam pemuda didepannya.
Mata onyx nya masih setia menatap tubuh gadis didepannya. Walaupun hatinya ingin sekali segera menyeretnya pergi jauh jauh dari tempat serba bunga ini. Namun, ia berusaha menahannya.
"Aku ingin berbicara denganmu."
Ino berdecih, kemudian mata birunya ia alihkan ke arah lain. "Apa? Misinya sudah selesai kan. Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Sudah, selamat malam" Baru saja ia akan memutar kembali tubuhnya kembali naik katas, sebuah tangan sudah menggenggam nya dengan erat namun tak sampai menyakiti nya.
"Hei, apa yang kau lakukan?!" Berusaha meronta, namun mustahil tenaganya dapat dikalahkan oleh seorang laki laki yang lebih kuat darinya.
Sasuke masih diam, ia mengeluarkan tubuhnya dari toko bunga itu dengan tangannya yang menyeret Ino.
Merasa mustahil walau dirinya bersusah payah melepaskan diri, lebih baik Ino memilih untuk pasrah mengikuti alur yang dibuat oleh Sasuke saat itu. Menyusuri jalanan ramai desa Konoha yang menyambut keduanya dengan tatapan bingung dan menyelidik dari penduduk yang saat itu ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」
Teen Fiction"Tunggu, apa? kenapa harus aku yang menjalankan misi ini Naruto?" "Kau lah satu satunya ninja yang memiliki jurus telepati, Ino. Kau carilah informasi sebanyak-banyaknya dengan kemampuan mu itu" "ya, aku tau tapi kenapa harus bersama UCHIHA SASUKE...