#04

1.2K 134 2
                                    

Sakura masih menundukkan kepalanya mendengar jawaban sang kunoichi serba ungu tersebut. Mata hijaunya tertutup oleh poni merah mudanya. Wajahnya terlihat datar. Hinata yang merasakan atmosfir disekitarnya berubah menjadi panas hanya bisa bergantian mengamati kedua sahabatnya itu. Ia sangat khawatir jika akan ada perang dunia shinobi ke-5 dengan definisi merebutkan sang Uchiha terakhir. Itu, tidak akan terjadi kan? Konyol sekali.

Ino sendiri masih menatap meja didepannya. Ia sudah siap mendapatkan ceramah dari kunoichi bernama Sakura itu.

Setelah sekian lama, Sakura akhirnya membuka suaranya. "Aku sudah tau kok!" Sakura tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya yang tertata rapi disana. Melihat perubahan wajah Sakura yang mendadak seperti itu membuat Hinata dan Ino membelalakan matanya. Ia berjengit kaget.

"K-kau tidak marah forehead?" Matanya masih membulat sempurna. Hinatapun juga sangat menantikan jawaban wanita berambut Sakura tersebut dengan mulutnya yang sudah sedikit membuka. Tidak percaya.

"Untuk apa aku marah padamu Pig? Sasuke kan bukan siapa siapaku, lagipula kita kan masih menjadi rival kan?" Sakura menepuk pundak Ino dengan keras. Membuat Ino merintih sakit dan memegangi lengan atasnya.

"L-lalu bagaimana Sakura tahu kalau rekan setim Ino adalah Sasuke-san?" Hinata menyodorkan badanya sedikit kearah Sakura.

"Oh~ itu. Tadi aku sedang berjalan jalan di gedung Hokage, aku sedang mencari Tsunade-sama. Lalu saat aku berjalan hampir dekat dengan pintu hokage, aku melihat Sasuke keluar dari ruangan itu. Terkejut sebenarnya... Karna tak menyangka yang keluar dari sana adalah Sasuke-kun. Tapi begitu melihat rinegan nya itu membuatku yakin bahwa itu Uchiha Sasuke sungguhan. Lalu kami sempat mengobrol sedikit disana. Ia bahkan mengatakan kata kata yang manis kepadaku." Jeda sejenak Sakura gunakan untuk mengambil nafas. "Sasuke-kun mengatakan terima kasih untuk yang kedua kalinya padaku. Karna aku sudah bisa menunggunya selama 2 tahun dari kepergiannya waktu itu. Sasuke-kun juga mengatakan beberapa kata kata manis kepadaku. Lucu sekali kan" Sakura dengan panjang lebar menjelaskan. Sedangkan Ino dan Hinata hanya setia mendengarkan ocehan si jidat lebar itu.

'Kata kata manis?' Ino mengernyitkan alisnya, apakah dirinya sudah kalah dari Sakura? Lagi pula apa apaan itu, kenapa Sakura harus menunggu Sasuke? Apa yang akan mereka lakukan setelah Sakura berhenti menunggu? Kenapa... Jadi seperti ini?

Seribu satu pertanyaan itu memutari kepala cerdasnya. Ia kalut dalam pemikirannya sendiri mengabaikan Hinata dan Sakura yang melanjutkan obrolan cerah keduanya. Hatinya sangat sakit, namun ia bisa apa? Bahkan Sasuke tak pernah sekalipun 'menengok' kearahnya. Ia hanya 'memperhatikan' Sakura dari segi manapun. Bukan kah itu sudah cukup baginya untuk menyerah? Ino menghela nafas berat tanpa sepengetahuan kedua sahabat karibnya itu. Sudahlah lupakan saja Uchiha bodoh itu...

Dengan memakai topeng palsunya, Ino kembali ceria seperti biasanya. Ia mulai cerewet seperti biasanya. Ino sepertinya berhasil menutup luka di hatinya dengan baik.

.

.

.

"Ini untukmu" Tangan berkulit pucat itu memberinnya sebuah liontin berwarna ungu tua. Dan diterima dengan baik oleh sang gadis.

"Cantik sekali, ini apa?" Kedua mata aquamarine nya berkilauan senang. Tangannya tak henti hentinya membolak balik liontin yang di beri oleh lelaki berkulit pucat didepannya.

"Anggap saja itu sebagai jimat. Semoga misimu sukses ya, Ino. Aku selalu menantikan kedatangan mu kembali" Sai tersenyum ramah. Sangat tampan.

𝐀 𝐂𝐡𝐨𝐨𝐬𝐞 「ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang