• 𝓖𝓻𝓪𝓽𝓲𝓪 •
.
.
.Bel istirahat berbunyi keras menandakan jam pelajaran sudah berakhir dan para guru harus keluar dari kelas. Bukan hanya guru, tetapi juga murid-murid, seperti Sesya. Bedanya jika murid lain bergegas menuju kantin, maka Sesya berjalan cepat menuju perpustakaan.
Sesuai dengan perintah Filo tadi malam, Sesya mengambil tempat di jendela besar dekat rak novel. Ia lalu mengeluarkan dua buah sandwich stroberi dari saku rok abu-abunya.
Sesya mengambil napas panjang, tangannya memegang dada kirinya yang kini berdetak tak karuan.
'Keep calm, Sya, everything's gonna be okay!'
Gadis bersurai panjang itu mengeluarkan cermin kecil dari saku rok kemudian berkaca, memastikan make up tipis yang dipakainya pagi tadi masih rapi.
Selang lima menit menunggu, orang yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Radana atau yang akrab dipanggip Dana benar-benar datang dan duduk di sebelah Sesya, persis sama seperti yang dikatakan Filo.
Sang objek menyadari tatapan Sesya, lantas ia menoleh lalu tersenyum tipis. "Hai, sepertinya aku baru melihatmu di sini. Kamu murid baru?"
"Hah?" Sesya tersentak dari lamunannya. "Ah iya, nama saya Sesya Ornella." Ia menunduk malu karena tertangkap basah menatap lelaki jangkung itu.
Dana menyengir lebar, memperlihatkan lesung pipi di kedua pipinya. "Namaku Radana, kamu bisa panggil aku Dana. Aku bukan zombie, jadi santai aja," ucapnya.
"Ba-baik, Kak." Sesya menundukkan kepalanya lagi.
Dana terkekeh geli melihat tingkah Sesya. Ia kemudian membuka buku yang diambilnya sebelum duduk di sana. Sesya melirik buku itu sekilas, buku berukuran cukup tebal, sampul warna putih dengan judul 'The Little Prince'.
"Kak Dana suka buku klasik begitu?" tanya Sesya antusias.
Dana menoleh lalu mengangguk. "Iya, kamu juga?"
"Iya, Kak. Suka banget," jawab Sesya penuh semangat.
Siapa sangka hobi membaca buku klasik yang dianggap aneh oleh orang lain ternyata malah makin melancarkan pendekatannya dengan Dana.
"Wah, jarang loh aku ketemu sama orang yang punya hobi sama kayak aku. Kamu keren banget," puji Dana, membuat perut Sesya terasa digelitiki oleh kupu-kupu.
"Terima kasih, Kak," sahut Sesya malu-malu. Kedua pipinya terasa panas akibat ucapan Dana. Efek pujian lelaki itu ternyata sungguh luar biasa bagi kesehatan jantungnya.
"Oh iya, Sya." Dana menggaruk tengkukny yang tak gatal. "Apa kamu punya buku ini?"
"Pu-punya, Kak."
Mendengar itu, Dana segera membuka beberapa halaman yang telah dirobek. Robekannya cukup besar, membuat sebagian besar tulisan di halaman itu tidak bisa dibaca.
"Aku gak bisa baca lagi gara-gara robekan ini," kesal Dana. "Kalau aku pinjam bukumu, apa boleh? Sebelumnya, maaf kalau aku lancang, padahal kita baru jumpa."
Sesya langsung menggeleng kuat. "Gak papa, Kak. Kalau Kak Dana mau baca, besok aku bawa."
"Benarkah? Wah, terima kasih banyak. Kalau gitu besok kita ketemu lagi di sini, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gratia
Novela JuvenilSesya hanyalah seorang murid Mageìa High School biasa yang memiliki kisah hidup monoton. Tak ada yang menarik dari hidupnya hingga sosok lelaki mendatanginya dan mengaku sebagai anaknya dari masa depan. Benarkah lelaki itu adalah anaknya dari masa d...